Bagian 4

1.5K 111 1
                                    

Keempatnya masih berdiri di atap sekolah. Setelah Sasuke menceritakan awal pertemuannya dengan Hinata,  sedikit rasa haru tersimpan di hati keduanya. Setelah kepergian keduanya, Hinata menjadi cahaya baru, teman main baru bagi Sasuke. Dan perpisahan keduanya membuat cahaya Sasuke meredup.

Mereka mengenal sasuke sejak batita. Mereka jelas tahu bagaimana watak Sasuke yang periang dan juga manja. Namun pertemuan mereka dua tahun yang lalu, membuat mereka bertanya ke mana perginya Sasuke kecil yang periang dan manja.

"Jadi ini penyebab sikapmu berubah, Teme" gumam Naruto memandang Sasuke dengan tatapan lesunya.

Sakura yang mendengar gumaman Naruto menunduk kecil. Sebegitu besarnya pengaruh Hinata pada Sasuke. Matanya beralih memandang Hinata sebentar. Hinata memang gadis baik dan manis. Siapapun pasti terpesona olehnya.

Namun kata manis itu terkubur dengan sikapnya yang pemalu dan canggung. Jangan lupa statusnya sebagai murid beasiswa yang entah di mana asal-usulnya.  Membuat gadis itu terkucilkan oleh teman-teman sekolahnya.

Dirinya beruntung bisa melihat sisi lain Hinata. Hinata yang baik, ramah, penyayang, dan juga periang, yah meskipun semua sifat itu masih tertutup oleh sikap canggungnya.

Sakura sebisa mungkin akan menjaga tali pertemanan ini. Ia tidak akan pernah memutuskan tali yang baru di urainya bersama Hinata.

"Jadi Sasu-kun kau harus berterima kasih padaku!!!" Sakura mulai membuka suaranya.

"Emang kenapa Beb?" timpal Naruto dengan bodohnya.

"Karena aku telah menyatukan mereka baka!!!" jawab Sakura terlampau kesal pada Naruto. Tangannya yang sedari tadi bertaut, kini memukul kepala Naruto agak kasar.

"Ittai... sakit Saku!!!" membuat Naruto menjerit minta dilepaskan. 

"Kau sih baka!!! "ucap Sakura

"Tapi kau mencintai si baka ini kan~~" Naruto menaik turunkan alisnya, mencoba menggoda Sakura.

Hal tersebut jelas membuat pipi Sakura bertransformasi menjadi udang rebus.

"Tuh kan wajah mu memerah Saku-chan" heboh Naruto semakin menggoda Sakura.

"Terserah kau saja Naruto no baka!!!" Sakura menutup wajah merah miliknya dengan kedua tangan. Menyembunyikan wajah malunya.

"A-ano Ke-key " Hinata memalingkan wajahnya dari NaruSaku. Lantas dengan gugup dirinya memanggil Sasuke lembut.

"Hn? " yang dipanggil malah bergumam tak jelas.

"se-sebenarnya ak-a_ "

Bel istirahat berakhir memotong ucapan Hinata. Membuat mereka kelabakan dan berlari turun dari atap sekolah.

"Hina-chan ayo sebelum Anko-sensei datang " Naruto menarik tangan Hinata. Membuat dua orang di belakangnya menatap tajam pemuda bersurai pirang itu.

"Ayooo!!! " Naruto kembali menyeru kala dirinya tidak mendapatkan jawaban dari kedua sahabatnya.

Merekapun berlari pergi menuju kelas masing-masing.

Di tempat lain

Seorang lelaki paruh baya dengan rambut coklat panjangnya terlihat kesal. Matanya menatap pigura kecil di tangannya. Pigura yang dua bocah kembar dengan rambut coklat panjang. Pikirannya mulai kacau. 

"Sudah lima belas tahun insiden itu berlalu!!! Tapi sampai sekarang perusahaan utama itu belum jatuh ke tanganku!!!"

Pigura kecil itu berhasil mendarat di lantai marmer dengan kepingan kaca yang berserakan. Kakinya menginjak pigura yang menjadi pelampiasan rasa kesalnya.

PeoniaceaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang