Bagian 19

1.6K 95 18
                                    

Genap satu bulan tragedi penembakan yang dialami Hinata, sampai sekarang Hinata masih menutup matanya. Ia juga tidak menunjukan tanda-tanda kapan dirinya akan tersadar.

Hal ini tentu membuat Sasuke gundah gulana. Baru beberapa menit mereka sah menjadi suami istri, namun sang istri harus terbaring lemah di rumah sakit dengan keadaan koma.

"Hime, apa mimpimu sangat indah sampai kau tidak mau membuka mata? Apakah kau merindukan kami di sini hmm?" Sasuke mengelus pipi Hinata lembut. Bibirnya tidak berhenti mengecupi permukaan wajah milik sang istri.

"Ini sudah satu bulan, tapi mengapa kau tidak mau bangun? Apakah aku harus membunuh gadis idiot itu agar kau bangun?" Sasuke terus berbicara pada Hinata, meskipun ia tahu bahwa Hinata tidak akan menjawab ucapannya.

"Aku sangat merindukanmu, Sayang. Kapan kau akan membuka mata indahmu..."

"Sasuke-kun..." Mikoto yang sedari tadi berdiri di ambang pintu menatap lemah putra bungsunya.

Hatinya begitu sakit melihat Sasuke yang terpuruk.

"Ada apa Kaa-Chan?" Tanya Sasuke pada Mikoto.

"Fugaku Tou-chan memanggilmu," jawab Mikoto.

"Baiklah" jawabnya lemah.

Sasuke bangkit dari kursinya. Melepaskan genggaman tangannya pada Hinata. Setelahnya Sasuke mengecup kening Hinata lama sebelum pergi meninggalkan Hinata dengan perasaan tak ikhlas.

Mikoto yang melihat raut wajah kecewa Sasuke tampak sangat menyesal. Jika bukan pembicaraan penting, ia akan menahan putra bungsunya di sini.

"Cepatlah bangun nak, suamimu tidak akan bisa bertahan hidup tanpamu. Berjuanglah untuk kesembuhanmu. Kami semua menyayangimu, Hinata-chan." air mata Mikoto sudah tidak bisa terbendung lagi. Air mata itu jatuh mengenai tangan Hinata yang terbalut baju rumah sakit. Mikoto mulai menitikkan air matanya.

Cup

Mikoto mencium kening Hinata penuh kasih.

"Berjuanglah untuk kami, Sayang.
Suamimu sangat merindukanmu. Jadi cepatlah bangun dan sambut suamimu dengan senyuman hangat." setelah mengatakan itu, Mikoto berlalu meninggalkan Hinata yang terbaring lemah sendiri.

Tanpa Mikoto sadari, jari telunjuk kanan Hinata bergerak dengan sangat pelan.

....

"Sasuke ini mungkin sulit untukmu meninggalkan Hinata yang terbaring lemah. Tapi, kami membutuhkanmu untuk membantu Itachi mengelola perusahaan kita yang berada diambang kebangkrutan di Rusia." Papar Fugaku saat Sasuke menanyakan apa tujuan sang Ayah memanggilnya.

"Ta-tapi Tou-chan," tolak Sasuke tak enak hati.

"Tou-chan mohon Sasuke. Kami sangat membutuhkanmu. Itachi tidak bisa mengerjakan semuanya sendirian.
Tou-chan mohon. Tak akan lama, hanya satu bulan saja."

Deg

'Satu bulan itu lama, Tou-chan' batin Sasuke tak terima.

Sasuke sangat ingin menolak permintaan ayahnya, namun melihat sang ayah yang memohon padanya membuatnya tidak enak hati.

"Ba-baiklah, Tou-chan aku akan membantu Itachi-nii." Tutur Sasuke tak ikhlas.

"Syukurlah. Maaf Tou-chan mengatakannya secara mendadak.
Besok kau akan berangkat ke Rusia."

'Be-besok?!' Batin Sasuke terkejut.

Meskipun begitu, Sasuke tetap menyetujui apa yang sang ayah katakan.

PeoniaceaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang