Bagian 9

997 95 3
                                    

"Apakah disini ada yang namanya Hinata?" seorang pemuda dengan gaya rambut mangkuk memunculkan kepalanya di pintu kelas XII-4.

"I-itu sa-saya. Ada apa Lee-san?" timpal Hinata gugup.

"Kau dipanggil Hikari-sensei. Dia bilang kau harus keruangan nya sekarang" jawab Lee.

"Ahhh nee, Lee-san Arigatou... "

"Ne douita."

Setelahnya Lee meninggalkan Hinata yang termenung di bangkunya.

Hikari-sensei? Kenapa guru barunya itu memanggilnya? Apakah ia melakukan sebuah kesalahan? Apakah Hikari-sensei akan menghukumnya? Tapi atas kesalahan apa? Selama pelajaran tadi dia bukanlah siswi aktif dan nakal yang membuatnya di panggil ke ruang guru kan!

Pemikiran buruk menghantui Hinata. Dengan langkah pelan dia berjalan menuju ruangan Hikaei-sensei.

Skip

Ruangan Hikari-sensei

Tok..Tok..Tok

Ketukan pintu membuyarkan lamunan Hikari. Detik berikutnya Hikari tersenyum menebak siapa yang mengetuk pintunya.

"Masuk!" perintahnya.

Perlahan pintu terbuka. Tebakannya benar!!! Gadis berambut indigo memasuki ruangannya dengan gugup.

"A-ano hmmm a-apa aku me-melakukan ke-kesalahan sensei?" tanya Hinata cemas.

"Kau tidak melakukan kesalahan apapun, Hinata. Duduklah!"

Hinata mengangguk. Dengan canggung dia mendudukkan dirinya di hadapan Hikari.

"Sensei hanya ingin berbincang denganmu, Hinata. Bolehkah?" tanya Hikari lembut.

"Ten-tentang apa sensei ?" tanya Hinata lembut.

Hikari berjalan mendekat pada Hinata.

"Kau anak yang cerdas Hinata" ucap Hikari seraya mengelus rambut Hinata penuh sayang.

'Apakah seperti ini rasanya diusak oleh Kaa-chan? Sangat nyaman....
Aku berharap suatu hari nanti Kaa-chan juga dapat mengelus kepalaku penuh cinta." batinnya memejamkan mata.

Hikari sadar jika gadis di depannya ini melamun. Karenanya ia melambaikan di depan wajah Hinata guna menyadarkan gadis itu.

"Kau melamun?" tanyanya lembut.

"Ti-tidak sensei" jawab Hinata mengelak.

Bel berbunyi membuat Hinata spontan berdiri dari duduknya.

"Ahhh sudah berbunyi. Hinata cepat masuk ke kelas nee, jangan sampai terlambat! Nanti kalo ada waktu luang kita berbincang lagi nee" ucap Hikari dengan nada sedihnya.

"Ba-baiklah sensei jika begitu saya pamit dulu. Konnichiwa." Hinata membungkukkan badannya. Langkahnya menjauh meninggalkan Hikari yang girang.

"Yeyyyy misi pertama berhasil!!!" ucap Hikari girang.

Tangannya menyimpan sehelai rambut berwarna indigo pada plastik bening di laci miliknya.

"Saatnya pembuktian, Sayang!!!" ucapnya menunjukan seringai menakutkannya.

Flashback

Lanjutan chapter 7

"Apa kau sudah benar-benar yakin bahwa dia putri sulung kita?" tanya Hiashi dengan wajah penuh keraguan.

"Insting seorang ibu takan pernah salah Hiashi-kun!!" jawab Hikari kekeuh.

"Bagaimana cara kita membuktikannya?"

PeoniaceaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang