Bagian 17

991 89 20
                                    

Setelah mendapat telepon dari Sasuke, Hinata dengan cepat mengganti baju tidurnya dengan dress selutut berwarna lavender yang dipadukan dengan stocking hitam. Malam ini sangat dingin, sebabnya Hinata memakai mantel tebal yang panjangnya sampai dress-nya.

Meskipun sekarang Hinata tidak memakai make up, namun itu tidak menjadi penghalang dirinya terlihat sangat cantik malam ini.

Ramai!!

Itulah yang Hinata lihat di ruang tamu malam itu. Padahal tadi ruang tamu terlihat sepi, tapi kenapa malam ini sangat ramai?

"Ohh jadi ini calon menantu mama, cantik sekali... " seorang wanita paruh baya berjalan anggun menghampiri Hinata, setelahnya ia membawa Hinata duduk di samping pemuda yang sangat dikenalnya.

Sasuke

'Ada apa ini?' batin Hinata bertanya.

"Ehem jadi Hiashi bagaimana jika kita percepat pernikahan mereka? Dua bulan lagi mungkin?" Ucap pria paruh baya yang berada di samping wanita paruh baya tadi.

'A-apa per-per-pernikahan' batin Hinata bingung.

'Pernikahan a-aku dengan K-Key? A-atau bukan sih?'

"Kau senang?" pikiran Hinata buyar kala orang di sampingnya, Sasuke berbisik kecil di telinganya.

"A-apa ya-yang sebenarnya ter-ter-terjadi, Key?" Tanya Hinata berusaha menjawab semua rasa penasarannya.

"Aa maaf Hinata Kaa-chan belum memberitahumu." ucap Hikari yang datang dengan nampan yang berisi matcha di tangannya.

Setelah menyajikan matcha untuk tamunya, Hikari mengusap kepala Hinata lembut.

"Kau ingat syarat yang Sasuke-kun ajukan pada Kaa-chan?"

Hinata hanya menganggukkan kepalanya.

"Syaratnya adalah Sasuke-kun ingin kau menjadi istrinya dalam waktu dekat ini." ucap Hikari tersenyum bahagia.

Deg

Hinata membolakan matanya, tak percaya.

'Benarkah?'

Matanya memandang sang ibu yang tersenyum, kemudian beralih pada Sasuke yang menatapnya penuh damba.

"Bagaimana sayang?" Tanya wanita paruh baya yang Hinata pastikan adalah ibu dari calon suaminya.

Eehhh

"Ta-tapi Key kan ma-masih kuliah. A-aku juga masih kuliah." sanggah Hinata gugup.

"Kuliah bukanlah penghalang kalian untuk menikah." ucap Hiashi memberi pengertian pada sang putri.

"Ya itu benar. Putra kami sangat jenius. Ia pasti bisa membagi waktu untukmu, studi, dan pekerjaannya." kini ayah Sasuke, Fugaku angkat bicara.

Hinata dengan cepat mengadahkan wajahnya menatap Fugaku.

"Ta-tapi a-aku takut dia kelelahan. Waktunya cu-cuma dua puluh empat jam, ta-tapi dia harus me-mengurus studi, pe-pekerjaan dan aku... " pipi Hinata memerah kala menyebutkan kata aku.

Ahhh Hinata sangat malu mengatakannya. Dirinya sakan setuju dengan pernikahan yang mereka ajukan.

"Dia tidak akan kelelahan. Aku jamin itu. Lagipula, satu semester lagi dia akan wisuda." kata Fugaku tenang.

Walaupun Fugaku mengatakannya dengan tenang, Hinata masih terkejut dengan apa yang didengarnya. Satu semester lagi Sasuke wisuda? Bukankah itu terlalu cepat....

PeoniaceaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang