Darel melangkahkan kakinya memasuki sebuah rumah yang cukup mewah, kehadirannya itu langsung disambut oleh beberapa pelayan yang sedang membersihkan rumah.
"Papa gue mana?"
"Tuan sedang pergi bersama Nyonya" jawab seorang pelayan yang sedang mengelap meja.
"Cih dia bahkan lebih milih buat pergi sama rubah itu dari pada dateng ke makam Bunda" Darel mendecih pelan dan menyuruh pelan itu untuk kembali melanjutkan pekerjaannya. Bukan tanpa alasan dia datang kerumah yang sangat dia benci ini,dia hanya ingin menagih janji papanya untuk datang ke makam Bundanya untuk mengenang tiga tahun kepergiannya bersama tapi saat mendengar jika papanya sedang pergi dengan istri barunya membuat moodnya jadi rusak.
"Darel" panggil seseorang saat Darel akan melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana dan tanpa menoleh pun Darel sudah tau siapa yang memanggilnya "Lo mau cari papa ya?" Darel hanya melirik sekilas tanpa ada niat menjawab pertanyaannya.
"Den Darel ada titipan buat Den Darel" seorang pelayan menyodorkan sebuah paper bag kepada Darel yang akan melangkah keluar.
"Dari siapa?" tanya Darel sambil menyerengitkan dahinya.
"Dari papa." Darel menoleh dan menatap Yessi yang berdiri di depan tangga "Papa nyuruh elo pakai itu buat ke makam Bunda hari ini."
"Lo ikut?" tanya Darel sambil menatap penampilan Yessi dari atas sampai bawah. Cewek itu terlihat sudah siap dengan dress hitam selutut dan tas kecil yang senada dengan dressnya.
"Papa nyuruh kita berangkat bareng karena Papa sama Mama udah nunggu kita disana"
Yessi melangkah mendekati Darel "Cepetan ganti baju terus kita berangkat.""Kalo gue enggak mau gimana?" tanya Darel sambil menyeringai saat melihat wajah kesal Yessi.
"Yakin lo enggak mau?"
"Hmm"
"Berarti elo enggak sayang sama Bunda" Yessi berharap semoga kata-katanya ini bisa membuat Darel berubah pikiran.
"Gue sayang Bunda dan gue bakalan dateng ke sana tapi enggak bareng elo" Darel berbalik dan bersiap dan bersiap untuk pergi tapi tangan kanannya langsung digenggam oleh Yessi.
"Papa nyuruh kita kesana bareng Rel" ucap Yessi dengan nada memelas.
"Gue enggak peduli" Darel menyetak tangan Yessi dan kembali melanjutkan langkahnya.
"Gue bakalan ngajak Devon!!" teriak Yessi membuat langkah Darel kembali terhenti,dia berharap semoga Darel mau merubah keputusannya.
"Terserah itu hak elo." ucap Darel dengan nada dingin,dia juga tidak menoleh untuk menatap Yessi. "Gue enggak peduli." setelah itu Darel benar-benar pergi meninggalkan Yessi yang hanya bisa menangis sambil menatap punggung Darel yang semakin menjauh.
Darel menjalankan mobilnya meninggalkan kawasan rumahnya dengan perasaan yang campur aduk,dia merasa marah,kesal,kecewa dan bahagia secara bersamaan.Bahagia karena ternyata papanya masih ingat janji mereka untuk datang ke makam Bundanya tapi yang membuatnya kesal dan marah saat tau papanya mengajak istri barunya dan kecewa karena Yessi mengatakan akan mengajak Devon untuk pergi bersama.Dia tau saat ini status mereka sepasang kekasih dan dia juga tidak bisa melakukan apa-apa karena Devon adalah sahabatnya tapi paling tidak seharusnya Yessi bisa mengerti jika dia masih belum bisa melupakan semua sepenuhnya.
"Arghh sial!!" Dia memukul setir mobil dengan keras untuk meluapkan emosinya,dia merasa bingung harus bagaimana dan tiba-tiba perkataan Keyra kembali terngiang di telingannya tentang dia yang harus berdamai dengan masa lalunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect boy
Teen FictionHanya kisah cinta anak SMA yang berusaha untuk bertahan dan selalu bersama. Rangga sayang kepada Keyra semua tau itu. Tapi memang kenyataan yang tidak pernah seindah harapan membuat mereka harus melewati berbagai rintangan yang menghadang mereka ber...