I'm back~~~~~~
Sorry kalau banyak typo
Selamat membaca
Setelah mengecek kondisi kesehatannya jimin langsung pulang, memasuki kamarnya, menuju kamar mandi dan menghidupkan shower. Mengguyur tubuhnya menjadi basah. Dia terduduk dilantai sambil memeluk lututnya dan menangis sekencangnya. Sekarang ia tidak tau harus berbuat apa. Penyakit yang sekarang dialaminya sangatlah berbahaya.
Jimin terus menangis dibawah guyuran air itu, seakan air itu menghapus air mata kesedihannya itu. Ia memukul kepalanya, menarik rambutnya, memukul dadanya sambil menangis. Ia sungguh tidak sanggup lagi.
Flashback
"kamu mengidam penyakit kanker otak stadium akhir"
Perkataan dokter tersebut membuat jimin merasa pisau menusuk jantungnya
Yang benar saja ia mengidam penyakit berbahaya itu
"A a apa dok?"
"Iya jimin kamu mengidam penyakit kanker otak ini sudah stadium akhir"
"Tapi... dok kenapa sudah stadium akhir. Bahkan gejalanya pun baru saya rasakan sekarang. Jadi mana mungkin dok"
"Memang benar yang semua yang kau bicarakan itu, tapi kamu memang sudah mengidam penyakit ini sudah sangat lama. Tetapi tidak separah ini itu masih ditahap aman. Apakah kamu pernah jatuh atau terbentur?"
"Iya dok saya pernah terkena lemparab bola basket di kepala saya"
"Nah itu jadi faktor kanker ini mengembang pesat. Akibat lemparan yang keras itu, penyakit ini semakin melebar dan berbahaya"
"Jadi saya harus gimana dok, apakah saya bisa sembuh"
"Kemungkinan untuk sembuh itu sangat kecil jimin. Kita tidak tau bagaimana takdir kita serahkan sama yang diatas. Tapi saya akan berusaha keras untuk membantu kamu"
"Tolong bantu saya dok bagaimana pun caranya saya harus sembuh"
"iya jimin saya mengerti. Jadi mulai sekarang saya minta kamu setiap seminggu sekali untuj check up kesehatab kamu dan untuk cuci darah itu satu bulan sekali saja"
" iya dok nanti saya lakukan, terima kasih dok"
"Iya samasama, semoga cepet sembuh ya"
Flashback off
Jimin terus menangis diguyuran air itu. Bagaimana ia mengatakan kepada orang tuanya tentang penyakitnya ini. Pasti orang tuanya akan sedih dan terpukul. Bagaimana tidak jimin satu-satunya anak tunggal mereka. Tentu saja mereka tidak mau kehilangan anak tunggalnya itu.
Tok tok
Tok tok
"Sayang sudah pulang?"
Eomma jimin mengetuk pintu kamar jimin
Jimin mendengar ketukam pintu dan suara eommanya langsung berdiri mengelap air matanya dan menetralkan nafas dan suaranya agar saat ia menjawab panggilan eommanya itu , tidak curiga ia sehabis menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love ✔️ REVISI
RomanceSetelah mendapatkan cinta pertamanya Jungkook dan eunha selalu saja mendapatkan badai pada hubungan mereka. Tetapi semakin terguncangnya hubungan mereka semakin tidak bisa terpisah kan