'Seindah apapun huruf terukir,dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi? Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang?'
_________________________
Perasaan Rafa hancur saat ini, sesuatu hal yang sangat ia takuti akhirnya terjadi. Dan kemauan sang ayah pun akan terpenuhi. Monster itu datang, Monster yang membuat ibunya kesakitan dan akhirnya mati. Mengapa nasib begitu senang mempermainkan hidupnya.
Sudah pukul 9 malam dan Rafa belum juga pulang setelah dari ruangan Farhan ia malah pergi ke rooftop rumah sakit. Yang dia lakukan hanyalah diam menatap langit yang kini tidak ada bintang maupun bulan, mungkin sebentar lagi akan hujan karena langit terlihat mendung. Lihat, langit pun juga ikut merasakan apa yang sedang ia rasakan rintik hujan mulai terasa membasahi tangannya. Bukannya pergi kedalam untuk meneduh Rafa malah diam ditempat tanpa melakukan pergerakan.
Lama-lama hujan menjadi sangat deras, Rafa mulai menggigil merasakan dinginnya hujan, pantas saja dingin sangat terasa karena memang Rafa tidak memakai jaket yang ia kenakan saat ini hanyalah seragam sekolah.
Pandangannya kini berubah menjadi buram ketika denyutan itu kembali datang, kepalanya serasa mau pecah. Rafa makin terisak tak kala mengingat kini Rafa bukanlah Rafa yang dulu. Sekarang Rafa adalah seorang cancer yang membutuhkan support dorongan dari orang sekitar.
Rafa meluruhkan tubuhnya ketika kakinya sudah tidak sanggup menopang berat badannya lagi. Dibawah guyuran hujan Rafa terlihat hancur tak berdaya.
***
Di tempat lain, terlihat seorang wanita paruh baya yang sedang sibuk mondar-mandir didepan rumah dengan wajah yang tersirat akan ke khawatiran.
"Astagfirullah...,kamu kemana sih Raf." Ujar wanita itu sembari menepuk-nepukan Handphonenya ke paha. Dia adalah Lisa, sedangkan dipintu Alfa berdiri memandangi Lisa jengah.
"Ma, udahlah ngapain juga sih ditungguin. Paling juga dia kelayaban sama temen-temennya." Ujar Alfa yang tampak masih kesal dengan Rafa.
Mendengar perkataan Alfa, membuat Lisa menoleh dengan tatapan marah. "Kamu itu sebenernya kenapa sih Fa. Dari pagi kamu tuh kayak yang kesel sama abang kamu. Kalo kamu ada masalah sama Abang, selesain baik-baik jangan seperti ini."
"Dia yang mulai Ma, kalo aja Rafa gak dateng kerumah. Keluarga kita pasti bakalan keliatan harmonis terus. Aku cape denger kalian ribut dan ngeributin hal yang itu-itu aja. Aku benci Rafa!" Seru Alfa mengeluarkan semua uneg-unegnya kepada Lisa. Lisa terperangah mendengar Alfa berbicara seperti itu, tidak sepantasnya Alfa membenci Rafa. Setelah berbicara itu Alfa langsung pergi dengan mata yang berkaca-kaca.
Drrt!
Mendengar suara Handphonenya bergetar buru-buru Lisa melihat layar Handphonenya. Dan ternyata pesan dari Farhan yang masuk. Lalu Lisa membuka pesan itu.
Farhan
Mbak, gimana Rafa? Belum pulang juga dia?Me
Belum hanLisa memang sempat menghubungi Farhan terlebih dahulu, mungkin saja Farhan tau keberadaan Rafa. Karena kalau tidak sedang bermain dengan temannya, Rafa biasa pergi kerumah sakit untuk sekedar mengganggu Farhan.
Dan benar saja, katanya Rafa memang datang ke rumah sakit setelah sepulang sekolah dan pulang sebelum maghrib. Tapi sampai sekarang Lisa belum melihat batang hidung Rafa menapakan kaki kerumah. Padahal sekarang sudah pukul 10 malam.
***
Farhan tidak tau harus mencari Rafa kemana lagi, pasti Rafa masih ada disekitar sini, toh buktinya Farhan melihat motor Rafa masih terparkir rapih di parkiran. Farhan sudah mencari ke penjuru rumah sakit namun Rafa belum juga ketemu, tapi ada satu tempat yang belum ia lihat. Rooftop, Farhan baru ingat kalau Rafa senang sekali duduk santai dirooftop sembari menikmati semilir angin dan juga melihat keindahan langit yang paling Rafa sukai yaitu Bintang.
Dengan tangan kanan yang membawa payung cukup besar Farhan setengah berlari menaiki satu persatu anak tangga menuju Rooftop.
Setelah sampai dipintu menuju Rooftop Farhan menetralkan terlebih dahulu nafasnya yang sedikit tersenggal akibat berlari menaiki tangga, lalu membuka pintu tersebut.
"Rafa!" Farhan sangat terkejut apa yang kini ia lihat. Benar dugaan Farhan, Rafa berada di Rooftop dengan keadaan yang cukup mengenaskan dibawah guyuran hujan. Dengan buru-buru Farhan berlari menuju ke arah Rafa. Tidak masalah dengan jas kebanggannya yang kotor akibat terciprat oleh air hujan. Yang harus ia pedulikan saat ini hanyalah Rafa.
"Rafa bangun!" Farhan menepuk pipi Rafa agar Rafa tersadar. Rafa belum sepenuhnya kehilangan kesadaran, Rafa masih bisa mendengar ya walaupun samar-samar. Rafa juga masih bisa melihat wajah khawatir Farhan ya walaupun sedikit buram dan bergoyang seolah kepala Farhan ada banyak.
***
Rafa mengerjapkan matanya, ia melihat ke sekeliling ternyata ia sudah berada di tempat yang lumayan nyaman ketimbang dirooftop dalam keadaan hujan-hujanan. Namun yang membuat ia tidak nyaman adalah bau obat-obatan khas rumah sakit, dan juga punggung tangannya yang sakit akibat dipasangkan jarum infusan.
Cklek!
Sedang asik melamun, Rafa mendengar suara pintu yang dibuka dan juga langkah kaki seseorang yang akan menuju kesini. Rafa tidak bisa melihat dia siapa karena tertutup oleh tirai berwarna putih disekelilingnya.
Tirai itu terbuka dan menampakan wajah Farhan yang tengah tersenyum ke arahnya dan disebelahnya ada suster cantik, jika diperkirakan mungkin umurnya baru 25 tahunan.
"Jagoan om udah bangun ternyata, gimana? Apa ada yang sakit? Atau kamu masih pusing?" Rafa menganggukan kepalanya lemah, menjawab semua pertanyaan Farhan. Rafa memang merasakan sakit dikepalanya, tubuhnya begitu lemas dan juga pusing tapi masih bisa ia tahan.
"Om, sekarang jam berapa?" Tanya Rafa lemas, ditengah Farhan yang sedang memeriksa kondisi vitalnya.
"Sekarang udah jam 8 pagi." Jawab Farhan enteng. Sedangkan Rafa melebarkan matanya.
Berbagai macam pertanyaan memenuhi pikirannya, bagaimana dengan sekolah? Bagaimana Mama? Bagaimana dan bagaimana? Begitu banyak pertanyaan bagaimana di pikirannya membuat ia tambah pusing."Kamu jangan terlalu banyak pikiran, mending istirahat dulu. Tenang aja soal Mama kamu Om udah bilang kalau kamu nginep dirumah Om. Soal sekolah kamu juga udah Om urus. Jadi jangan khawatir oke. Mending sekarang kamu sarapan dibantu suster ya,Om mau cek pasien yang lain dulu. Kalo udah selesai Om balik kesini lagi." Tutur Farhan, dan Rafa hanya mengangguk saja. Farhan melenggang pergi meninggalkan Rafa, dan kini hanya tersisa Suster cantik dan juga Rafa.
"Hai Rafa, kenalin nama saya Suster Marsya. Terserah kamu boleh panggil aku apa aja." Rafa menanggapi ucapan Suster yang diketahui bernama Marsya itu dengan tersenyum.
Dengan telaten Suster Marsya menyuapi Rafa, ya walaupun hanya tiga suap tidak apa yang penting Rafa makan supaya sedikit bertenaga.
***
Udah ngaret pendek lagi hmmm maafin aku yang lagi mager nulis. Kalo yang udah pernah baca part ini pasti bingung kan kok beda? Ya aku rombak semua soalnya yang lama terlalu bertele-tele. Aku harap kalian suka sama part ini, kalau ada yang kurang mohon bantuannya buat kasih pendapat kalian apa pun itu.
Seperti biasa Vote & Coment
®typo dimana-mana
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN?
Teen FictionRafa Arkana. Kata Bahagia sangat jauh dalam kehidupannya, yang ada hanyalah Kata Kesedihan, Kerapuhan, dan Kesendirian. Dibenci Ayahnya sendiri tanpa dirinya pun tidak tahu apa sebabnya. Sampai dihari terakhirnya Rafa hanya ingin dipeluk oleh sang A...