"Jangan menangis! Ku tak suka melihat dirimu bersedih."
_______________
Sejak kejadian semalam, Lisa dan Rafa belum juga bertegur sapa. Bukannya Rafa yang menghindar. Namun, Lisa yang sepertinya enggan melihat Rafa. Rasa marah dan juga sedih bercampur menjadi satu, dan Lisa sulit menggambarkan bagaimana perasaannya.
Tadi pagi Rafa melihat Lisa dengan mata yang sembab dan juga wajah yang pucat. Lisa terlihat tidak bersemangat. Melihat Lisa menangis membuat Rafa juga sedih dan hancur. Ini salahnya, menyembunyikan suatu hal kepada semua orang. Rafa tahu apa yang akan terjadi jika semua orang tahu tentang penyakitnya. Mungkin, sebagian orang akan menganggapnya lemah, dan mungkin sebagian akan merasa kasihan. Rafa tidak mau itu terjadi kepada dirinya.
Perasaan Lisa pasti sama hancurnya dengan Rafa ketika pertama kali mengetahui ada monster yang bersarang di kepalanya. Namun, jika Dirga yang mengetahui itu apakah perasaanya sama dengan Lisa? Apakah Dirga akan berubah karena mengetahui anaknya yang sedang sekarat. Kalaupun iya, Rafa tidak mau hal itu terjadi. Rafa ingin Papa-nya berubah bukan karena ia sekarat, ia ingin Papa-nya berubah memang karena keinginan dari hati nuraninya.
Sore ini, cuaca sangat mendung. Rafa melihat Lisa sedang duduk di kursi pinggir kolam. Tatapannya kosong menatap kolam, ia nampak sedang merenung memikirkan sesuatu.
Rafa berniat untuk meminta maaf kepada Lisa. Mungkin akan sulit untuk mendapatkan maaf dari Lisa, karena Rafa tahu Mamanya sangat tidak suka di bohongi. Namun, kali ini Rafa akan mencoba. Rafa berjalan mendekati Lisa yang masih asik menatap kolam tanpa terusik dengan suara di belakangnya.
"Ma.." panggil Rafa tepat di belakang Lisa.
Tanpa menoleh Lisa tahu siapa yang baru saja memanggilnya, ia tetap dengan posisinya. Tanpa menghiraukan Rafa di belakangnya Lisa hendak akan pergi. Namun, urung karena Rafa tiba-tiba mencekal tangannya.
"Maaf... Maafin aku udah bohongin, Mama. Aku gak bermaksud bohongin Mama, aku cuman gak mau bikin Mama sedih terus. Aku—" belum selesai Rafa berbicara, Lisa terlebih dahulu memotongnya.
"Lalu? Dengan merahasiakan semua ini bikin Mama senang? Enggak Rafa. Mama gak suka di bohongin, apalagi anak-anak Mama yang berbohong. Mama sangat-sangat kecewa sama kamu. Tega kamu merahasiakan ini semua dari Mama. Apa artinya Mama di mata kamu, Rafa?!" ujar Lisa yang tampak marah. Baru kali ini Rafa melihat Lisa semarah ini kepadanya. Dengan mata memerah Lisa masih menatap Rafa yang sedang menundukan kepala tak berani menatap Lisa.
"Mama, sayang sama kamu seperti Mama menyayangi Alfa. Tapi apa, ini balasannya?" tanya Lisa yang kini sudah mengeluarkan air mata yang sedari tadi ia tahan.
"Maaf, selama ini aku cuman beban buat kalian. Aku gak mau menambah beban lagi," kata Rafa dengan suara yang lirih. Tanpa di sadari Rafa pun ikut menangis melihat Lisa menangis.
"Udah Mama bilang, jangan pernah kamu berpikir kalau kamu itu beban. Kamu itu anugerah yang tuhan titipkan kepada kita, untuk kita jaga." ucap Lisa sambil memeluk erat Rafa seperti ia takut akan kehilangannya.
"Makasih, Ma." ucap Rafa sambil menghapus air matanya.
***
Setelah terbongkarnya rahasia yang selama ini Rafa jaga. Lisa lebih protektif terhadapnya, seperti halnya dalam mengingatkan minum obat, makan, istirahat yang cukup, jangan terlalu lelah dan lain sebagainya yang membuat Rafa menjadi risih.
Seperti saat ini, Lisa sedang mengemasi bekal untuk Rafa bawa. Rafa belum sempat sarapan karena ada Dirga yang juga sedang sarapan. Maka dari itu Lisa membuatkan bekal untuk Rafa yang akan ia titipkan kepada Alfa. Semenjak mengetahui penyakit yang di derita Rafa, Lisa kini tidak memperbolehkan Rafa makan sembarangan apalagi junkfood.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN?
Teen FictionRafa Arkana. Kata Bahagia sangat jauh dalam kehidupannya, yang ada hanyalah Kata Kesedihan, Kerapuhan, dan Kesendirian. Dibenci Ayahnya sendiri tanpa dirinya pun tidak tahu apa sebabnya. Sampai dihari terakhirnya Rafa hanya ingin dipeluk oleh sang A...