35. Tak terduga

5.9K 431 37
                                    

'Aku berhak menentukan apa Yang aku mau, Dan apa Yang aku rasakan.'

__________________

Rafa terlihat sudah rapih dengan memakai jeans hitam dan kemeja kotak-kotak berwarna merah. Setelah menunaikan ibadah sholat maghrib ia langsung bersiap untuk pergi bekerja seperti biasa.

"Lho, udah rapih gini mau kemana?" tanya Lis yang tiba-tiba masuk kedalam kamar Rafa yang pintunya terbuka lebar.

"Ma, aku mau ke Cafe." jawab Rafa.

"Raf, duduk dulu sini." suruh Lisa yang juga sudah mendudukan bokongnya di atas kasur empuk milik Rafa. Dan Rafa pun menuruti perkataan Lisa untuk duduk.

"Raf. Mama mohon, kamu mau ya berhenti dari pekerjaan kamu dan fokus ke pengobatan kamu. Tenang aja, soal biaya Mama ada kok. Kamu gak usah khawatirin masalah uang," ujar Lisa, Rafa tampak berfikir. Rafa menatap mata Lisa yang begitu meneduhkan, lalu tangannya menggenggam tangan hangat milik Lisa.

"Ma, jangan khawatir. Tanpa melakukan pengobatan pun aku pasti baik-baik aja. Aku udah terlalu menyusahkan, cukup dengan obat aku pasti baik-baik saja." ucap Rafa meyakinkan Lisa.

"Obat saja tidak cukup, Rafa. Mama ingin kamu sembuh. Sekali ini saja, tolong turuti permintaan, Mama." mohon Lisa, Rafa tidak tega ketika melihat mata Lisa yang sudah berkaca-kaca.

"Nanti aku pikirin lagi, aku udah telat. Aku berangkat dulu, ya." pamitnya kepada Lisa, tak lupa ia mengecup kening Lisa sebelum beranjak pergi.

"Hati-hati! Jangan ngebut, ya. Pulangnya jangan terlalu larut malam, besok kamu sekolah." ucap Lisa sekedar untuk mengingatkan. Rafa menganggukan kepala sambil berlari kecil menuruni anak tangga.

"Kamu anakku yang paling keras kepala, semoga kamu bisa sembuh ya, Raf." gumam Lisa sambil menatap sendu ke arah Rafa yang sudah jauh dari pandangannya.

***

Langit sudah gelap, Dirga baru saja keluar dari supermarket untuk sekedar membeli air mineral karena tenggorokannya terasa kering seperti musim kemarau. Ketika sedang melakukan pembayaran, Dirga dikagetkan dengan tepukan dibahunya. Dirga menoleh ke belakang untuk mengetahui siapa pelaku yang baru saja menepuk pundaknya dengan sangat tidak sopan.

"Dirga?" tanya seorang lelaki yang sepertinya seumuran dengan dirinya.

Dirga mengernyitkan dahinya, ia sedang berusaha mengingat. Ia seperti mengenal orang itu, tetapi ia lupa.

"Lo, Dirga kan?" tanya lelaki itu lagi.

"Iya," jawab Dirga ragu.

"Masih inget gue gak? Ilham?" ucap lelaki yang baru di ketahui bernama Ilham tadi.

"Ilham? Sorry gue lupa," bukannya sombong, karena memang Dirga lupa dengan sosok orang yang ada didepannya. Maklum, Dirga sudah tua.

"Ilham, temen sebangku lo waktu SMA." ujar ilham.

"Bentar-bentar. Gue emang kayak kenal lo, tapi sorry banget. Gue beneran lupa,"

"Yaudah, lo bayar dulu deh tuh. Kasian Mbak-nya nungguin,"

Setelah membayar, Ilham mengajak Dirga untuk ngobrol di luar.

"Oh, iya-iya gue inget. Sumpah Ham, pangling banget lu sekarang. Gue sampe gak kenal lo, sorry ya. Kemana aja lu? gue gak pernah denger kabar lo tau gak." seru Dirga.
Lelaki yang bersetelan kemeja kantoran itu tertawa menanggapi perkataan Dirga yang baru mengenali dirinya.

WHEN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang