'Aku selalu berdoa kepada tuhan, supaya jangan ambil nyawa ku sebelum aku bahagia.'
___________________
Sebelum membalikan badan, Rafa memanggil Bi Yani dengan suara yang serak dan lemah.
"Bi, Tolong jangan panggil Om." Bi Yani menatap Rafa sesekali melirik Lisa untuk meminta persetujuan.
"Kenapa? Kamu butuh Om Farhan buat periksa keadaan kamu, Mama takut kamu kenapa-napa." ujar Lisa sambil mengelus lembut kepala Rafa yang basah oleh keringat.
"Aku gak papa, istirahat sebentar juga udah sembuh kok Ma." ucap Lisa menenagkan Lisa.
Lisa menatap Bi Yani, "Yaudah kalo gitu Bibi bawain kompresan aja kesini. Abis itu bikinin bubur ya buat Rafa, kasian Rafa belum makan."
Bi Yani mengangguk patuh. "Baik Bu,"
"Kamu kalo ada apa-apa coba deh bilang sama Mama atau Alfa. Mama gak tau apa yang kamu rasain sekarang, karena kamu gak terbuka sama kita." Rafa menatap wajah Lisa, ia mengerjapkan matanya sesekali karena kini wajah yang ada dihadapannya terasa berbayang.
Karena melihat keanehan dari Rafa, Lisa pun bertanya. "Kamu kenapa, Raf? pusing nak?" Rafa pun bingung harus menjawab apa, karena Rafa pun tidak mengerti apa yang sedang ia rasakan saat ini. Pusing, sakit disekujur tubuh lah yang ia rasakan. Tapi sakit itu tidak tau ada di titik mana saja.
"Ma. Aku boleh minta sesuatu,"
"Apapun boleh,"
"Boleh aku minta Mama peluk aku." pinta Rafa, tanpa menunggu lama, Lisa pun memeluk tubuh Rafa yang sedang berbaring. Mata Rafa terasa panas, dan berlinanglah air mata Rafa di pelupuk matanya. Sangat jarang sekali ia bisa rasakan pelukan ini. Sangat hangat, Rafa suka kehangatan.
"Makasih, Ma." bisik Rafa, sedangkan Lisa sedari tadi menahan tangisnya agar tidak terdengar oleh Rafa.
***
Kini Alex dan yang lain sedang mojok dikantin dengan beberapa makanan yang sudah mereka pesan.
"Gak ada Rafa sepi ya," ujar Malvin tiba-tiba saja.
"Apa jangan-jangan Rafa sakit ya, Lex. Kita main yuk ke rumah Rafa," Sambung Malvin bertanya kepada Alex.
"Boleh. Udah lama kan kita gak kerumah Rafa." Saut Alex.
"Gue ikut dong." Kata Mitha memohon-mohon.
"Gak. Nanti yang ada makanan di rumah Rafa pada abis sama Lo doang."
"Enak aja. Gue sih tau diri ya kalo maen ke rumah orang suka bawain makanan, lah Lo bawa masalah." Ujar Mitha tidak terima.
"Iya bawa makanan, itu juga buat Lo sendiri."
"Ya gak papa, seenggaknya Gue gak bikin repot orang."
"Eh! Udah dong jangan ribut terus kenapa sih." Seru Nazwa yang jengah melihat Mitha dan Alex bertengkar terus.
"Tau, lama-lama Lo berdua Gue kurung di gudang juga nih." ujar Malvin.
"Hah! Berdua? Sama dia? Ogah banget Gue," ucap Mitha menampakan wajah culas.
"Gue juga ogah kali," ucap Alex di depan wajah Mitha.
Nazwa mengibaskan tangan di depan wajahnya. "Liat mereka berantem bikin gerah body." gumam Nazwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN?
Teen FictionRafa Arkana. Kata Bahagia sangat jauh dalam kehidupannya, yang ada hanyalah Kata Kesedihan, Kerapuhan, dan Kesendirian. Dibenci Ayahnya sendiri tanpa dirinya pun tidak tahu apa sebabnya. Sampai dihari terakhirnya Rafa hanya ingin dipeluk oleh sang A...