Kamu adalah penguat ketika aku lemah, penyemangat disaat aku capek dengan semua. Kamu adalah tempat bersandar ketika aku mulai goyah.
____________________________
Rafa melangkahkan kakinya di koridor menuju kelasnya, sekolah terlihat sudah ramai karena memang 15 menit lagi bel masuk mau berbunyi. Di sepanjang koridor, Rafa di ikuti terus oleh Alfa yang kelasnya saja tidak se arah dengannya.
"Lo ngapain sih ngikutin Gue mulu." Rafa berbalik dan bertanya kepada Alfa, Alfa terkejut hampir saja menabrak tubuh jangkung Rafa yang tiba-tiba membalikan badannya.
"Gue cuman mau anterin Lo." ucap Alfa dengan polosnya.
"Ck! Lo ngapain nganterin Gue. Emangnya Gue anak TK apa. Udah sono masuk kelas, malu-maluin aja sih Lo." ujar Rafa.
"Gue cuman mau mastiin kalo Lo masuk ke kelas."
Rafa mengernyitkan dahinya. "Maksudnya?"
"Gue tau perasaan Lo kayak gimana sekarang, dan biasanya kalo Lo lagi sedih, marah pasti ya bolos. Gue gak mau Lo bolos terus." tukasnya, Rafa terkekeh mendengar ucapan Alfa.
"Lucu banget sih Lo. Emang apa yang Lo tau tentang Gue. Udahlah sana masuk kelas, Gue janji gak bakal kabur. Gue bakal belajar jadi anak yang baik." ucap Rafa sambil meninggalkan Alfa yang diam mematung di tempat.
Perkataan Rafa terus terngiang-ngiang di benak Alfa. Memang benar, Alfa tidak sepenuhnya mengetahui bagaimana perasaan Rafa karena dia pintar menutupi perasaannya. Terkadang Alfa bingung, bagaimana bisa Rafa bisa setegar ini menjalani hidup yang tidak pernah di anggap ada oleh Ayahnya sendiri. Jika Alfa menjadi Rafa mungkin Alfa akan pergi menjauh dari Dirga, toh mau apa lagi jika hidupnya saja tidak dianggap.
***
Di kelas semua murid heboh mempertanyakan kemana saja Rafa. Rafa yang di beri berbondong-bondong pertanyaan hanya memamerkan senyum manisnya.
"Dari mana aja Lo?!" tanya Alex dengan muka datarnya.
"Biasa," jawab Rafa santai.
Karena sudah naik pitam, Alex pun menarik kerah seragam Rafa. "Lo tau gak, kita semua khawatir sama Lo jing!"
Nazwa yang sedang berada di sana pun melerai Alex dan Rafa untuk tidak bertengkar.
"Lex, udah!" teriak Nazwa. Alex di bawa menjauh oleh Malvin.
"Sorry," ucap Rafa lirih.
Alex yang sedang dalam mode lepas kendali pun di giring Malvin ke Rooftop. Di belakang Rafa mengikutinya.
Sesampainya mereka di Rooftop, Alex langsung menendang kaleng bekas cat besar. Rafa yang baru saja membuka pintu Rooftop pun terlonjak kaget. Rafa berjalan menghampiri Alex dan Malvin.
"Sorry, Gue salah gak ngabarin kalian." ucap Rafa sambil tertunduk dalam.
"Lo pikir kita itu siapa?! Kita sahabat Lo, Raf! Lo nyadar gak sih kalo Lo itu udah berubah?! Berubah jadi orang yang gak Gue kenal." seru Alex marah.
"Iya, Raf. Kita sahabat Lo, tapi Lo gak pernah terbuka sama kita. Masalah Lo selalu Lo pendam sendiri tanpa mau berbagi sama kita." ujar Malvin menyudutkan.
"Gue tau, Gue salah. Gue kayak gini karena Gue gak mau kalian terbebani sama masalah Gue."
"Cukup! Jangan lagi Lo ngomong kayak gitu. Udah berapa kali sih Gue bilang. Masalah Lo jadi masalah kita juga!" jawab Alex yang benar-benar sudah naik pitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN?
Teen FictionRafa Arkana. Kata Bahagia sangat jauh dalam kehidupannya, yang ada hanyalah Kata Kesedihan, Kerapuhan, dan Kesendirian. Dibenci Ayahnya sendiri tanpa dirinya pun tidak tahu apa sebabnya. Sampai dihari terakhirnya Rafa hanya ingin dipeluk oleh sang A...