"Jangan takut, lihatlah ke depan. Ada aku yang akan selalu membantumu."
_____________________
Lisa semakin yakin ada sesuatu yang Farhan dan Rafa sembunyikan darinya, terlihat dari gelagat Farhan ketika Lisa menanyakan apa yang Rafa sembunyikan darinya, lalu wajah Farhan langsung berubah. Tanpa Farhan menjawab pun Lisa sudah tahu jawabannya melalui mata Farhan yang menunjukan bahwa ada sesuatu yang nereka sembunyikan.
Lisa kini mengajak Farhan menuju kamar Rafa, ia ingin menunjukan sesuatu yang sempat ia lihat.
"Kamu harus jawab jujur, Farhan." ucap Lisa ketika membuka pintu kamar Rafa.
Dengan terburu-buru ia menyibakan selimut yang menjuntai kebawah. Kini terlihat sudah banyak sekali amplop-amplop besar dan juga sebuah peti harta karun kecil yang pernah Lisa kasih sewaktu Rafa kecil.
Lisa meraih beberapa amplop berlogo rumah sakit tempat Farhan bekerja sekaligus Rumah sakit milik keluarga.
"Coba jelaskan ini apa? Kenapa Rafa mempunyai amplop ini?" Farhan semakin gelagapan. Mungkin ini saatnya ia memberi tahu masalah Rafa kepada Lisa.
Farhan membuka salah satu amplop di tangan Lisa.
"Sudah enam bulan terakhir ini, Rafa sering ke RS buat berobat." ucap Farhan, sedangkan Lisa kini sedang membekap mulutnya. Ia terkejut sampai tak bisa berkata-kata lagi, yang hanya bisa ia lakukan adalah menangis.
"Kanker otak stadium lanjut, entah sampai kapan Rafa akan bertahan." bagaikan terkena sambaran petir, entah apa yang terjadi otaknya terasa penuh, dadanya berdesir perih. Ingin berteriak namun mulutnya terasa kelu untuk terbuka, seakan ada batu besar yang tertahan di tenggorokan. Yang bisa ia lakukan hanyalah menangis.
"Tenang Mbak, semuanya akan baik-baik saja. Percayalah, Rafa anak yang kuat." ucap Farhan menenangkan Lisa.
"Kenapa? Kenapa harus Rafa?" ucap Lisa tergugu.
"Kenapa bukan aku saja? Kenapa harus Rafa, Farhan. Kenapa?!" teriak Lisa histeris.
Farhan memeluk Lisa untuk sekedar menenangkan Lisa yang semakin terisak histeris. Ia sangat tahu betul bagaimana perasaan Lisa saat ini, sama sepertinya ketika pertama mengetahui ada monster di dalam tubuh Rafa, keponakan tersayangnya.
"Jangan terlalu larut dalam kesedihan, Mbak. Rafa butuh kita sebagai penguat, kalau kita ikutan sedih dan terpuruk, lalu bagaimana cara kita memberi semangat kepada Rafa?" ujar Farhan. Lisa melepas pelukan Farhan.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan agar Rafa sembuh? Apa tidak bisa kamu lakukan operasi?" tanya Lisa sambil menghapus air matanya yang tak kunjung mau berhenti.
Lisa berharap Farhan dapat menemukan solusi. Namun, dugaannya salah. Tampak Farhan yang menggelengkan kepala sambil memasang wajah muram.
"Kemungkinan berhasilnya operasi hanya 50% saja, Mbak. Bisa saja Rafa meninggal di dalam ruang operasi." Lisa kembali menangis, saking frustasinya ia mengusak wajahnya kasar.
"Sudah beberapa kali ini Rafa mangkir ketika aku menyuruhnya untuk datang. Rafa hanya mengikuti kemo satu kali saja. Habis itu, Rafa tidak datang lagi untuk kemo." jelas Farhan.
"Pantas saja, Rafa semakin kurus." ucap Lisa lirih.
***
Rafa sedang mencuci piring dan juga gelas bekas pelanggan. Malam ini cukup melelahkan baginya, banyak anak muda yang datang ke Cafe untuk sekedar ngopi-ngopi.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN?
Teen FictionRafa Arkana. Kata Bahagia sangat jauh dalam kehidupannya, yang ada hanyalah Kata Kesedihan, Kerapuhan, dan Kesendirian. Dibenci Ayahnya sendiri tanpa dirinya pun tidak tahu apa sebabnya. Sampai dihari terakhirnya Rafa hanya ingin dipeluk oleh sang A...