'Aku gak suka liat kamu sakit, bukan kamu banget.'
___________________
Rafa memaksakan diri untuk pergi ke sekolah. Padahal Alex sudah mewanti-wanti agar dirinya tidak usah sekolah kalau masih belum sehat. Namun, Rafa tetaplah Rafa yang keras kepala. Toh, hidupnya mungkin tidak lama lagi. Maka ia akan habiskan waktu yang singkat ini untuk menikmati hidup, bukan dengan cara berbaring di kasur, melainkan bersenang-senang dengan temannya.
Hari senin, adalah hari yang paling Rafa benci. Harus berdiri di lapang yang panas selama satu jam lebih untuk memberi hormat kepada bendera merah putih. Biasanya Rafa tidak pernah ikut upacara, ia pasti ngumpet di gudang belakang yang jarang di sambangi guru-guru. Tapi kali ini, Rafa ingin sesekali mengikuti upacara.
Di sebelahnya, Alex dan juga Malvin mewanti-wanti takut Rafa tumbang. Nampak jelas muka Rafa yang sudah pucat dengan keringat yang deras membasahi wajahnya.
"Raf, mending lo kebelakang aja deh. Muka lo udah pucet banget kayak mayat sumpah." bisik Malvin dekat dengan telinga Rafa.
Namun, Rafa tak menyahuti ucapan Malvin. Ia tengah sibuk memfokuskan pandangannya ke depan. Matanya tiba-tiba memburam, ia sampai mengedip-ngedipkan matanya agar kembali normal, namun pandangannya masih tetap buram.
"Lo oke gak, Raf?" tanya Alex menyenggol lengan Rafa.
"Iya," jawab Rafa seadanya.
"Bohong lu." ucap Alex. Semalam Alex sampai kalut melihat Rafa yang demam dengan panas tinggi yang tidak turun-turun. Saking cemasnya, ia menghubungi Malvin padahal sudah jam 1 malam. Malvin yang sudah tertidur akhinya datang ke apartemen Alex membawa obat paracetamol.
Satu jam berlalu, upacara pun selesai dan para murid mulai meninggalkan lapangan. Namun, berbeda dengan Rafa yang masih berdiri dengan memegang bahu Alex.
"Ayo, Raf. Betah amat lu di lapangan." ucap Malvin.
"Kenapa, Raf? Ada yang sakit?" tanya Alex, merasa ada yang aneh.
"Gak, cuman pusing aja." jawab Rafa jujur.
"Tuhkan, apa gue bilang. Gak usah sekolah kalo masih sakit. Gak ada penolakan, lo harus ikut kita ke UKS!" ucap Alex menggiring Rafa ke UKS. Rafa tidak menolak, ia pasrah saja mengikuti Alex di depan dan Malvin di belakang untuk berjaga-jaga jika Rafa tumbang.
***
Sudah mengantar Rafa ke UKS, Alex dan Malvin kembali ke kelas atas permintaan Rafa sendiri. Sebenarnya Alex dan Malvin tidak tega membiarkan Rafa sendiri, masalahnya Rafa terserang demam lagi setelah tadi berangkat sekolah baik-baik saja, atau mungkin Rafa hanya berpura-pura baik saja.
"Lex, Rafa mana?" tanya Nazwa.
"Ada di UKS, lagi demam dia." raut wajah khawatir terpampang jelas di wajah Nazwa.
Pasalnya setelah Rafa mengajak Nazwa pergi kemarin, Rafa tidak menghubunginya sama sekali. Biasanya setiap malam, Rafa selalu memberi pesan untuk hanya sekedar mengucapkan selama malam.Nazwa melirik jam putih yang melingkar di tangan kirinya. Sebentar lagi ada guru yang masuk. Tak masalah, hanya sekali ini ia berbolos. Nazwa ingin melihat Rafa, dan bertanya kemana saja Rafa.
Katakanlah jika Nazwa ini lebay aslinya, padahal Rafa bukanlah orang spesial di hidupnya. Tapi entahlah, tiba-tiba ada perasaan kehilangan jika Rafa tak ada kabar.
"Kenapa? Lo mau jenguk Rafa?" tanya Mitha yang mengerti maksud gerak-gerik Nazwa.
"Enggak," ucap Nazwa yang masih saja memperlihatkan kegengsiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN?
Teen FictionRafa Arkana. Kata Bahagia sangat jauh dalam kehidupannya, yang ada hanyalah Kata Kesedihan, Kerapuhan, dan Kesendirian. Dibenci Ayahnya sendiri tanpa dirinya pun tidak tahu apa sebabnya. Sampai dihari terakhirnya Rafa hanya ingin dipeluk oleh sang A...