9. Success

1.2K 190 4
                                    

Aku menerima ijazah dari rektor Universitas Oxford, menjabat tangannya, dan senyumku merekah.

Ini hari yang membanggakan untukku. Pada akhirnya aku adalah sarjana hukum. Tak perlu risau, Pemerintah Korea telah menawariku pekerjaan menyenangkan disana. Akhirnya aku bisa kembali pulang.

Aku terduduk di ruangan para wisudawan berkumpul setelah sesi acara selesai. Beberapa ada yang telah berfoto dengan orang tuanya bahkan pacarnya.
Aku membuka ponselku dan mengubah layarnya pada panggilan video.

“Ibu, apakah ayah masih kerja?” Tanyaku di hadapan ponsel setelah menyapa beliau. Terpampang gambar ibuku disana.

“Iya, bagaimana acara wisudamu, Cia? Kapan kau kembali kesini?” Tanya ibuku. Aku terkekeh.

“Menyenangkan, sangat menyenangkan, eomma. Aku juga akan segera pulang. Jadi tunggu aku, ya?” Janjiku pada ibuku.

“Aduh, anakku berhasil sekarang. Eh, ngomong-ngomong dimana Baekhyun? Bukannya dia juga kesana? Katanya dia akan menemuimu?” Tanya ibuku yang spontan membuat senyumku memudar.

“Aku tidak tahu, aku tidak tahu dia akan kesini, bu,” kenapa aku jadi berbohong pada ibuku begini?

“Oh ya sudah, jaga diri baik-baik ya, sayang. Aku mencintaimu,” jawab ibuku lembut.

“Aku mencintaimu juga, ibu,” tepat setelah kalimat itu, layar ponselku kembali ke halaman awal.

Aku termenung sejenak hingga sebuah suara menyadarkanku. “Noona!”

Itu Daniel, senyumku mengembang kembali. “Noona, kita lulus sekarang. Ayo foto berdua, sebagai kenangan. Nanti saat di Korea, jika ada waktu luang ayo kita bertemu. Ayo minum bersama, kau kuat minum Mocktail, kan?”

Aku terkekeh lalu mengangguk. Dan kami berfoto bersama.

“Alicia, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu!” Teriak salah satu temanku.

Aku menoleh. Meminta izin Daniel untuk menunggu sebentar.

“Siapa, Jessie?” Tanyaku pada temanku setelah menghampiri temanku.

“Bukannya dia pacarnya Suzy, kau mengenalnya?” Tanya Jessie.

“Iya, aku mengenalnya, terima kasih, Jess!” Ucapku lalu berhambur ke pintu diluar. Di samping itu juga karena ingin menghindari pertanyaan aneh Jessie, si biang gosip. Padahal mulutku juga tak kalah parahnya.

Aku melihat Baekhyun mematung di sana. Aku berusaha bicara sedingin mungkin. “Kenapa kesini?”

“Hanya mengucapkan selamat padamu. Apa tak boleh?” Tanya Baekhyun ramah. Aku mengangguk sedikit. Mencoba geming namun tak tega.

“Lusa kau mulai bekerja di Pengadilan Pemerintah Korea, kan?” Tanyanya yang kujawab dengan anggukan.

“Bisa kau tinggal disini selama dua minggu ke depan?” Tanyanya lagi.

“Untuk apa? Aku seharusnya sudah beristirahat tenang di rumahku,” protesku kemudian.

“Kalau begitu nanti pulang bersama, Suzy akan bersama orang tuanya, kau denganku,” pinta Baekhyun.

“Tidak, aku akan pulang sendiri,” tolakku.

“Cia, kau tidak akan aman jika pulang sendiri. Korea tidak aman, kau tidak akan bisa tidur nyenyak,” ia keras kepala selain itu kurasa ia sedang meracau. Sejak kapan Korea Selatan tidak aman?

“Kau pasti sedang mabuk. Aku akan pulang sendiri, aku tidak apa, dan aku biasa sendiri, oke? Aku ini gadis kuat,” tolakku pada Baekhyun.

“Tidak, kau harus pulang bersamaku,” ia angot sekali.

The Case (Sudah Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang