The Case (Sudah Diterbitkan)

36. The Case

Pesawat mulai lepas landas. Kepalaku menyender di dinding pesawat sembari memandang lautan awan.

Korea Selatan menuju Jerman.
Aku masih menggunakan mantelku karena Korea dan Jerman sedang musim dingin.

Sebentar lagi natal, karena sekarang Bulan Desember. Semua orang bersukacita, tidak untukku.

Aku bersyukur bisa memiliki waktu dengannya lagi meskipun hanya setahun. Berbagai waktu yang kulalui sejak bertemu dengannya di London, melihat Sakura di musim semi, bermain di taman bermain saat musim panas, dan saling menghangatkan di musim gugur.

Apakah musim dingin adalah batas?
Kurasa iya.

Aku selalu merasakan malam panjang di bulan ini. Mengharapkanmu saat salju pertama turun. Namun aku sadar, aku sendiri.
Bulan ini, kumerasa bahwa malam selalu panjang.

Apa kabarmu?
Maaf, aku egois.

Setelah tiba di apartemenku di Berlin, aku mulai membersihkannya. Barang-barang memang sudah ada, tak akan kulanjut ceritanya karena kalian akan mengira aku sombong.

Aku pun pergi mandi dengan air hangat lantas mendandani diriku secantik mungkin. Mencoba tersenyum di balik kaca dan melupakan semua yang terjadi.

Ayolah Alicia Jung, lupakan satu tahun itu. Kau tak pernah bertemu dengan Baekhyun. Lagipula aku sudah mengambil cuti sebulan. Gajiku cukup besar untuk berlibur di negara ini.

Aku pun duduk malas di sofa empuk apartemenku. Membaca koran berbahasa Jerman dan segelas Wine.

"Akh!" Aku melempar koran tersebut di halaman bisnis.

Berita korupsi Perusahaan Byun telah menyebar. Perusahaan teknologi dan fashion tersebut memang memiliki pengaruh besar di dunia. Dapat disejajarkan dengan Samsung, Google, dan JD.id.

Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal. Mengacak rambutku lantas meneguk Wine di meja lalu menaruhnya kembali. Nafasku memburu.

Aku membuka jendela apartemenku, hawa dingin menjalari tubuhku. Kakiku melangkah menuju balkon dan berhenti saat mataku menelusuri gemerlap cahaya kota. Perlahan salju turun menghiasi langit, aku mendongak ke atas. Malam ini gelap tanpa bintang-bintang sementara salju turun dengan egoisnya.

Aku tersenyum miring ingin menertawakan hidupku.
Dengan balutan piyama, aku menuju kamarku. Menatap cermin yang berdiri disana.

Aku cantik, aku anggun, aku manis, tapi sayangnya aku bodoh.

Bodoh telah mengenal pria itu, bodoh telah mengetahui masa lalu itu, bodoh telah mengetahui kasus itu, dan bodoh telah percaya padanya..

Aku tersenyum miring mengingatnya. Tanganku mengambil lipstick semerah wine dan mengoleskannya pada bibir tipisku. Lalu tanganku beralih mengambil segelas wine yang berada di meja tak jauh dari tempat cermin terpasang.

Aku tertawa, miris.
Ingin gila rasanya saat mengingat masa yang seharusnya indah.
Seharusnya indah saat aku tak ikut campur masalah itu.

Konflik yang terjadi atas drama hitam milik negara.

Aku jatuh pada pria itu.
Pria bermarga Byun.
Manis dan tampan mendominasi wajahnya.
Kesempurnaan dan kebaikan yang ia punya.
Tapi apa? Dia mengecewakanku..