26. Regret

1.2K 128 2
                                    

OST this part : Davichi - Days Without You

Pintu rumah terbuka setelah Sang tamu sebagai pemiliknya muncul dari luar ruangan sembari memberi salam. Aku yang sedang melipat pakaian menghentikan aksiku dan segera berlari menuju pria tersebut, suamiku sendiri.

Aku menawarkan membawa tas Baekhyun ke meja kerjanya. Itu hanyalah meja belajar yang difungsikan seperti meja kerja karena berkas-berkas milik suamiku berserakan dan aku yang sebenarnya merasa risih tahu aku tak berhak membereskannya karena takut ada berkas yang hilang.

Mata Baekhyun mengekori sosokku, aku tahu itu. Sekilas kulihat ia tersenyum samar melihat diriku yang tampak letih ini.

“Kau capek?” Tanya Baekhyun setelah aku kembali dan menawarkan diri untuk membuka dasi dan jasnya.

Aku menggeleng. “Tidak. Kau tidak capek, Baekkie?”

Baekhyun hanya tersenyum setelah mendengar pertanyaanku yang membuatku bingung atas responnya. Seketika ia mendekap tubuhku membuatku memaki diri sendiri. Bagaimana tidak, aku bahkan belum memakai wewangian sejak selesai mandi tadi.
Tanganku masih diam, menggenggam erat jas dan dasi milik Baekhyun.

“Aku merindukanmu,” bisik Baekhyun tepat di telinga kananku.

“Aku juga merindukanmu, sangat merindukanmu, tidak tahu kenapa. Bahkan setiap kali aku bertemu seseorang baru aku selalu teringat dirimu. Bukan karena kau tampan, aku hanya merindukan sikap hangatmu,” jawabku dalam hati.

Tiba-tiba setetes cairan bening meluncur dari mata kananku lalu disusul oleh mata kiri. Baekhyun melepaskan pelukannya setelah merasakan pakaiannya basah lalu menatapku sembari mengernyit.

“Kenapa menangis?” Tanyanya. Ia menghapus cairan yang bersarang di pipiku dengan jari lentiknya. Entah kenapa aku merasa nyaman.

“Tidak apa.”

“Kenapa berkata ‘tidak apa’ dan menolak bantuanku. Cia, kau istriku sekarang. Katakan semua padaku.”

“Kau capek, Baek. Mau makan malam bersama?” Aku malah mengalihkan topik.

Baekhyun diam sejenak lalu aku berinisiatif mengambilkan handuk untuknya mandi.

Malam itu aku meminta Baekhyun untuk berada di sampingku selalu. Aku, telah bermimpi kehilangannya. Melihatnya kecelakaan dengan tangan kanan yang patah.

~~

Aku mendengarkan musik keesokan paginya karena terlalu malas untuk bersih-bersih rumah sementara Baekhyun kembali pergi bekerja. Aku ingin kerja tapi Baekhyun dengan segala sikap keras kepalanya yang tak jauh beda denganku (namun ia pernah meledekku kepala batu) malah bersikeras meminta pihak pengadilan memberiku cuti. Kubiarkan saja, dia memang tak tahu alasanku menangis kemarin. Ia pikir mungkin aku sangat kecapekan.

Musik di ponselku terhenti dan berubah menjadi nada dering. Itu dari Daniel dan aku segera mengangkatnya.

“Ya Daniel?”

“Temukan kertas dari balik bidet,” ucapnya lirih.

Mukaku pasi. “Dan, kenapa suara-“

TIT TIT

Sambungan terputus. Aku mematikan musik dan ponselku. Terdiam sejenak dengan raut panik, segera berlari saat aku mengerti situasi. Dengan tergesa aku menuju apartemen Daniel dengan mobilku tanpa perlu berias. Aku khawatir.

Aku membuka pintu apartemennya keras yang tidak dikunci. Panik saat kutahu pintunya sudah tak bersegel sandi. mataku mengelilingi ruangan Daniel yang berantakan. Parah, dengan darah berceceran di lantai.

The Case (Sudah Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang