31. Feeling Like Rollercoaster

684 106 3
                                    

Aku memang mencarinya, Byun Baekhyun. Waktu itu saat kita bertemu kembali secara tidak sengaja di sebuah kafe di Kota London. Aku tidak kaget. Justru, aku merasa gembira karena tak perlu susah mencari sosoknya.

Namun, aku tak menyangka skenario ini berubah di luar kendaliku.

Saat ini ada rasa takut saat melihat Baekhyun dengan tampangnya yang tak biasa namun kuberanikan diri mendekatinya.

"Baek, minumlah ini dulu. Mungkin ini sangat tiba-tiba tapi kau ha-,"

"Dasar wanita kejam!" Bentaknya tiba-tiba.

Aku menutup mata. Tanganku lemas dan botol itu menggelinding ke lantai.

Layaknya roller coaster hidupku perlahan di atas namun sekejap saja aku jatuh begitu cepat lalu untuk berada di atas kembali harus dilakukan perlahan.

Putus asa, itu yang kurasakan saat ini. Ketegaran, keberanian, percaya diri, ketekunan. Semua itu mendadak menghilang dari diriku.

Air mataku merengsek untuk keluar, namun ragaku berhasil menahannya.

Aku tidak cengeng.

Aku coba meyakinkan diriku.

"Kau pengkhianat!" Baekhyun berhadapan denganku. Bentakannya membuatku terbangun pada realita.

"Andai aku tak bertemu denganmu, wanita sombong tanpa hati," ia menunjukku dan berkata dengan gigi gemeretak. Rahangnya mengeras membuatku setia menunduk.

Aku tak bisa memejamkan mataku. Terlalu takut untuk menyerah dan tak ada gunanya juga sok berani membela diri.

Aku tahu ini batas kekuatanku. Aku tak bisa bertanggung jawab, setekun apapun diriku.

"Dulu kukira kau adalah gadis baik yang dapat mengubah ekspetasiku, tapi apa ini? Apa?!" Bentaknya. Aku masih setia pada tundukkanku.

Baek, tak seharusnya kau berharap kepada makhluknya Tuhan.

Inikah Baekhyun yang kukenal, yang kukira dapat melakukan hal baik.

Aku masih merunduk sembari mengingat bahwa aku juga terlalu berharap.

Ah iya, kami manusia.

"Seharusnya aku bersama Suzy saja, dia cantik tak sepertimu. Bunga yang bisa busuk kapan saja," ucapnya lagi.

"Kau juga, kau pasti yang membuat Daniel meninggal, kan? Katakan bahwa kau yang membuatnya seperti itu!" Ucapnya.

Aku terdiam, air mataku tumpah. Lorong rumah sakit ini masih sepi mendominasi amarahnya.

"Malah nangis. Hei! Aku menyuruhmu untuk menjawab!" Ucap Baekhyun disertai senyum miringnya. Tatapannya padaku tampak berbeda. Campuran kelam dan amarah saling bertabrakan.

"I-iya," jawabku terbata. Nyatanya aku sendiri juga menyalahkan diriku atas kematian Daniel tersebut.

Aku tak tahu bahwa itu pertanyaan, terdengar seperti pernyataan.

"Dan sekarang kau membunuh ibuku!" Bentaknya sembari menunjuk-nunjuk pintu kamar jenazah.

Ia bertepuk tangan pelan. Aku tahu itu ledekkan.

"Bagus, bagus, lanjutkan.. Haha kau tak puas telah membunuh dua orang?" Ucapnya.

"Kau juga mencegahku menemui ibuku, kan? Berpura-pura bahwa kau sakit hingga aku harus menemanimu di kamar,"

"Hei ingat gadis lemah, dunia itu kejam layaknya dirimu. Berhenti menjadi manja hanya karena apa yang kau inginkan telah terwujud. Doktoral, derajat yang bagus untuk wanita egois dan apatis seperti dirimu," lanjutnya.

The Case (Sudah Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang