34. I Miss You Always Come To Me

742 90 7
                                    

Ia mendengar suara seorang wanita. Terdengar lembut namun tegas. Sunggingan senyum dari Baekhyun senantiasa tertarik.
Wanita itu menggenggam tangan Baekhyun. Erat, sangat erat. Seolah menyalurkan kekuatan bagi dia.

"Baekhyun, tidak apa-apa. Kau akan baik-baik saja! Kumohon bertahanlah! Kumohon tetaplah hidup, Byun Baekhyun!"

'Tenanglah Cia, aku pasti hidup.'

Ucap Baekhyun yang tertahan dalam batin. Senyumnya masih mengembang seiring dengan hilangnya kesadaran.

~~

Aku masih setia memandangi Baekhyun yang tertidur lelap tanpa mau bangun.

Aku sudah sedikit merasa ringan tapi aku agak sedikit muak karena air mataku masih terus mengalir.

Memandang Baekhyun nanar di pinggir dipan kamar rumah sakit ukuran reguler ini membuatku sakit.

Baekhyun tak memiliki banyak uang untuk membayar kamar VIP seperti dulu. Sungguh miris, namun tak semiris tubuhnya saat ini.

Aku yakin jika penggemar semasa SMAnya masih mengetahui keadaan Baekhyun mereka akan berhenti mengidolakannya.

Dia tak tampan meskipun operasi plastik mungkin saja bisa membantunya. Tangannya menjadi sangat kasar tak selembut dulu meskipun jarinya masih bertahan pada kelentikannya.

Wajahnya sudah bersih dari bekas abu tapi tidak dengan kulitnya yang mengelupas akibat luka bakar.

Aku terjongkok sembari memegangi pinggir dipan, tangan kananku meraih tangan kasar nan lemah miliknya. Aku menangis deras, lagi. Otakku pening memikirkannya.

Keluarga Byun, keluarga Jung, dan orang-orang yang membantu proses penyelamatan Baekhyun memandangku nanar, tak ada yang mendekat sama sekali.

Ini Baekhyunku, ini Byun Baekhyun. Ia tampan, baik, idaman, kaya, pemimpin, cerdas.
Kau seperti itu kan, Baek?
Kau tak akan berubah kan, Baek?
Tololnya diriku masih mencintaimu disaat seperti ini.
Kenapa aku tidak seperti wanita diluar sana yang memilih lelaki tampan?
Ada apa dengan diriku?

Bangun, Baek.
Jangan sesantai ini.
Mana mungkin aku tenang disaat masalahmu seperti ini.
Kau jahat, kenapa kau korupsi?!

Aku menempelkan keningku di pinggir dipan dalam posisi jongkok ini. Menangis meraung-raung sembari memaki dalam hati.

Aku menangis, tak bisakah kau melihatku?
Tenangkan aku kumohon.
Peluk aku, Baek. Seperti waktu itu!
Kau tega membiarkanku seperti ini!
Kumohon, meskipun kau menyukai Suzy dan Irene. Setidaknya datanglah kepadaku.
Jangan biarkan aku menangis seperti ini, Baek!

Tuan Byun pun menghampiriku. Mengangkat tubuhku yang lemah menuju sofa umum depan ruang rawat inap.
Beliau tak mengatakan sepatah katapun dan hanya menepuk-nepuk pundakku.

Mereka kasihan, aku merasa miris. Diriku sering kali mendengar kalimat kasihan kepadaku. Sungguh, aku tak ingin ini juga dibebani kepada Baekhyun.
Kasihan, sebuah kalimat yang tak ingin kudengar tentangku berkali-kali, kalimat yang begitu kutolak saat mendapatkannya. Tapi tidak untuk saat ini. Kurasa aku pantas mendapatkannya, asal jangan Baekhyun, jangan pula terlontar caci maki padanya.

Aku terdiam saat masa tangisanku habis lalu berjalan keluar ruangan menemui polisi. Tentu saja Shinyeong, Sehun, dan Chanyeol juga, sekaligus datang menjenguk.

"Sidang dilaksanakan saat Baekhyun sudah sadar," ucapku pelan namun jelas.

Semua terhenyak, hanya menggenggam tanganku, ada pula yang menepuk bahuku memberi ketabahan. Aku tersenyum tegar meyakinkan mereka lantas berpamit masuk lagi ke dalam ruangan.

The Case (Sudah Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang