Kelas X-3 kali ini sedang bersorak-sorai karena mendapat kabar bahwa guru sejarah mereka tak bisa mengajar dengan alasan ada urusan mendadak.
Setiap orang berkubu membentuk kumpulan. Ada yang bergosip, bernyanyi tak jelas, ada juga yang hanya sekedar membaca novel seperti yang Aletta lakukan sekarang.
"Lo udah tanya ke Kak Alan soal coklat itu?" Tanya Shiren membuat Aletta mendongak tanpa bersuara.
"Oh iya! Gue mau nanyain sama lo, kenapa Kak Alan belum kabarin gue apa-apa, ya?" Kini Adel yang bertanya
"Mungkin lupa. Nanti gue coba ingetin deh." Balas Aletta
Adel mengangguk mengerti dengan senyuman mengembang di wajahnya.
Obrolan mereka terhenti ketika pengumuman datang dari speaker yang disimpan di setiap kelas.
"Selamat Pagi! Diberitahukan kepada seluruh ketua kelas X-1 sampai X-9 lalu kelas seluruh XI IPA dan IPS untuk berkumpul di depan ruang tata usaha. Terimakasih."
Pengumuman itu membuat semua pasang mata menatap Aletta yang berdiri hendak meninggalkan kelas.
"Al, kalau ketemu Kak Alan tolong salamin, ya!" Pekik Adel
"Dia bukan ketua kelas, Del." Balas Aletta
"Kali aja, dia kan suka nongkrong di DPR." Adel terkekeh melihat Aletta mengangguk mau tak mau, lalu mata Adel hanya melihat kepergian punggung Aletta yang menghilang dibalik pintu.
Koridor sekolah tak begitu sepi. Tentu saja. Apalagi kebanyakan dari mereka adalah teman Aletta yang jabatannya sama dengannya.
Hubungan kenal antara ketua kelas memang diharuskan, apalagi jika tidak salah dengar, nanti akan ada perlombaan yang mewajibkan perwakilan setiap kelasnya berjabat sebagai Ketua Kelas.
Aletta tertegun saat melihat seorang lelaki tinggi bermata biru tengah berdiri berkumpul dengan ketua kelas lainnya.
Devano. Ya, lelaki dingin itu berkumpul dengan kumpulan ketua kelas
Aletta menepuk keningnya karena teringat bahwa Devano memang ketua kelas di XI-IPA-2.
Melihat lelaki itu adalah ketua kelas, Aletta sepertinya jadi lebih mudah untuk meminta tanggung jawab Devano karena kasus kemarin.
Devano menoleh sinis ketika menyadari ada cewek yang tiba-tiba saja berdiri di sebelahnya dengan seulas senyuman.
'Cewek gila ini lagi'
Sayangnya Devano tidak memperdulikan Aletta yang masih tersenyum lebar padanya.
"Kamu! Kenapa senyum-senyum sendiri?!" Suara itu membuat Aletta menoleh kaget.
"Kurang kerjaan sekali! Ketua kelas mana kamu?!" Tanya lelaki paruh baya itu.
"I-itu, pak, anu..."
"Anu apa?! Saya tanya kamu kelas berapa, jawab!"
"Kelas X-3, Pak." Balas Aletta menunduk.
"Disana untuk kumpulan ketua kelas XI, pindah cepat!"
Aletta mengangguk gugup. Lalu ia menghampiri kumpulan ketua kelas X dengan larian kecil.
"Baik, selamat pagi semuanya!" Ucap Pak Ito, guru yang tadi memergoki Aletta tengah tersenyum pada Devano.
"Pagi Pak!"
"Niat saya mengumpulkan kalian semua kesini untuk menginformasikan bahwa hari Selasa hingga Rabu depan nanti akan diadakan pentas seni. Sedangkan hari Jumat dan Sabtunya akan diadakan Perjusa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eres mía, Aletta [END]
Подростковая литератураAkibat suatu kejadian yang membuat satu batang coklat gepeng, Devano yang dingin dan cuek harus berurusan dengan Aletta, junior yang sifatnya bertolak belakang dengannya. Aletta yang bawel, Aletta yang selalu melihat sikap dingin Devano, Namun Alett...