"Sini, Del. Katanya Alan mau ngomongin sesuatu." Tari menarik anak gadisnya itu untuk duduk di sebelahnya, berhadapan dengan Alan yang tersenyum tipis menyambut kedatangan Adel.
Adel kebingungan. Bukan kebingungan tentang kedatangan Alan kemari, karena Alan memang sudah berjanji malam ini akan menjemput Adel untuk pergi ke acara ulang tahun Alula.
Kebingungan Adel adalah ketika datang-datang, Alan langsung menanyakan keberadaan Mama dan Papanya yang kebetulan tengah berkumpul di ruang keluarga.
"Jadi kamu Alan, kakak kelas Adel di sekolah?" Tanya Adimas yang dibalas anggukan oleh Alan.
"Alan juga kakak kelasnya Adel di SMP dulu, Pa." Tari menimpali.
Adimas mengangguk mengerti mendengar pernyataan dari istrinya, ia menatap Alan lalu tersenyum, "Maksud kedatangan kamu kesini ada apa?"
Alan berdeham, "Sebelumnya Alan mau minta maaf kalau sekiranya ganggu Om dan Tante. Niat Alan kesini, Alan mau minta maaf sama Om, Tante, juga Adel."
"Minta maaf?" Adimas mengernyit, "Memang kamu melakukan kesalahan apa?"
"Sejak masih SMP, Alan selalu denger kabar bahwa Adel suka sama Alan. Beberapa kali juga Adel suka ngasih perhatian lebih sama Alan bahkan sampai SMA." Alan menoleh sekilas pada Adel, "Tapi dari dulu, gak jarang Alan nyuekkin Adel. Bersikap biasa aja sama perhatian yang Adel kasih buat Alan. Karena dulu Alan nganggap perasaan Alan itu cuman sebatas adik-kakak."
"Alan tau di satu sisi Adel juga pasti kecewa sama tingkah laku Alan yang cuman nganggap angin lalu kedatangan Adel ke hidup Alan. Tapi lama-lama Alan sadar, kalau ternyata perasaan Alan ke Adel bukan sebagai adik-kakak."
Adel terdiam, tapi sejujurnya di dalam hatinya ia sungguh berbunga-bunga karena mendengar kebenaran itu langsung dari mulut Alan.
"Dan lagi, Alan takut buat ngungkapin itu semua. Alan takut kalau Alan itu sebenarnya gak pantas sama Adel karena kelakuan Alan ke Adel dulu." Alan terlihat menghela nafasnya, "Maka dari itu, kedatangan Alan kemari, selain buat minta maaf karena pernah buat anak Om sama Tante sakit hati. Alan bermaksud mau minta restunya jadiin Adel sebagai pacarnya Alan."
Semuanya nampak terdiam. Adimas memperhatikan Alan juga Adel secara bergantian. Sementara Tari memilih memeluk anaknya yang tengah bahagia.
"Adel udah maafin Alan?" Tanya Adimas tiba-tiba membuat Adel menoleh lalu terdiam. Namun tak berlangsung lama. Karena setelahnya Adel mengangguk dengan senyuman tipis.
"Jujur, Om sempet kesal karena pengakuan kamu yang memperlakukan anak Om seperti itu. Mungkin kalau sejak dulu Adel cerita tentang kamu, Om udah gak memperbolehkan lagi Adel suka bahkan dekat sama kamu." Ada jeda, "Tapi, kalau Adel udah maafin kamu dan kamunya juga janji bakal berubah, saya serahin keputusan ke tangan anak saya langsung."
Tiga pasang mata itu menoleh pada Adel. Kedua tatapan mata orang tuanya terlihat yakin dengan apapun keputusan Adel, sedangkan tatapan mata Alan nampak memohon namun menyiratkan kepasrahan dengan apapun keputusan Adel nantinya.
"Ya udah." Ujar Adel.
"Yang jelas ngomongnya, sayang." Peringat Tari.
"Iya, Adel mau—jadi pacarnya, Kak Alan." Setelah melontarkan kata itu, Adel memeluk Tari dengan erat. Meracau bahwa dirinya malu dan dibalas tawa oleh Tari.
"Sekian ceritanya." Ujar Adel.
Shiren terkekeh, "Enggak sekalian dilamar aja sama Kak Alan?"
"Sembarangan!" Adel memukul lengan Shiren, "Yang ada gue langsung dicoret dari kartu keluarga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eres mía, Aletta [END]
Teen FictionAkibat suatu kejadian yang membuat satu batang coklat gepeng, Devano yang dingin dan cuek harus berurusan dengan Aletta, junior yang sifatnya bertolak belakang dengannya. Aletta yang bawel, Aletta yang selalu melihat sikap dingin Devano, Namun Alett...