47

4.5K 187 7
                                    

Gengs, ini lagu So Far Away aslinya lagu buat yang Aletta sama Devano nyanyiin. Tapi adegan mereka yang itu ada di part tengah menuju terakhir. Jadi terserah kalian mau nge-play ini dari awal atau pas bagian mereka nyanyi. Hehe

***

Sejak pagi tadi, Cafe milik Alula dua kali lebih ramai dari biasanya. Orang-orang tak berhenti berdatangan hingga membuat para pekerja hampir kewalahan. Dan itu semua karena sedang ada promo atas ulang tahun Cafe.

Semakin sore, hingga sekarang langit sudah mulai menggelap, bukan hanya para pelanggan yang berkunjung tapi juga teman-teman Alula, beberapa teman Andine dan tak lupa beberapa teman Aletta datang ke Cafe.

Aletta baru kembali lagi setelah mengganti pakaiannya. Dengan sweater rajut abu-abu yang luarannya overall di atas lutut berwarna baby pink. Bersama sneakers putih melekat di kaki jenjangnya.

Aletta turun dari motor milik Bima. Bersamaan dengan itu, Shiren juga datang bersama Aldric juga Aaron dan satu motor lainnya di belakang.

"Shiren!" Aletta berlari kecil ke arah Shiren dan langsung memeluk Shiren.

"Astaga, lo ngagetin gue." Ujar Shiren.

Aletta terkekeh, "Adel mana?"

"Katanya udah sampe daritadi." Shiren menoleh pada Aldric, "Kak, aku duluan, ya?"

Aldric yang sedari tadi diam memperhatikan Shiren pun mengangguk sambil tersenyum, "Nanti aku nyusul."

Kedua gadis itu berjalan masuk ke Cafe tanpa berhenti bercengkrama. Sedangkan Aldric menoleh ketika sadar Devano datang. "Lo masuk sana, Dev. Kali aja mau check sound."

"Iya, buruan, Dev! Gue mau makan, laper parah!" Ujar Aaron.

"Makan mulu pikiran lo."

"Ya, kalau gak makan ntar gue mati."

"Mati aja sonoh."

"Durhaka lo jadi Kakak."

Aldric terkekeh, "Lo duluan aja, Dev. Nanti gue nyusul."

Devano mengangguk. Ia berjalan dengan santai masuk ke Cafe, tanpa peduli pada Aaron yang berteriak memanggil Devano namun lelaki yang namanya dipanggil tak menoleh sama sekali.

Aldric menggeleng sambil terkekeh pelan melihat kelakuan kembarannya itu. Lalu tak lama ia melirik Bima yang tengah memainkan ponselnya di atas jok motor.

"Sampe kapan lo mau buat mereka jauhan gini?" Tanya Aldric membuat

Bima mendongak, menatap heran Aldric yang ada di hadapannya, "Lo ngomong sama gue?"

"Gak ada orang lain selain lo sama gue disini."

Bima menegakkan badannya, memasukkan ponselnya ke saku dan menatap Aldric bingung, "Siapa mereka yang lo maksud?"

"Aletta sama Devano."

Tiba-tiba Bima tersenyum miring, "Sampe gue dapetin Aletta," Ada jeda, "Atau mungkin selamanya?"

Kini gantian Aldric yang tersenyum miring, "Lo gak bakal bisa dapetin Aletta, Bim."

"Lo bukan Tuhan yang tau takdir."

"Tapi gue juga yakin Tuhan gak bakal buat seseorang dapetin apa yang dia mau apalagi orang itu pake cara yang salah."

Telak. Bima terdiam saat itu juga. Tangannya sudah mengepal dan rahangnya juga sudah mengeras. Ia tak terima Aldric mengatakan itu padanya.

Eres mía, Aletta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang