22

5.1K 248 0
                                    

"Hati-hati, Del!" Pekik Aletta dan Shiren bersamaan ketika mobil terios hitam itu melaju meninggalkan parkiran sekolah.

Aletta menoleh pada Shiren, "Lo tumben belum balik."

"Iya. Gue ada janji." Balas Shiren dan Aletta hanya mengangguk saja.

"Lo nunggu siapa? Biasanya langsung naik ojek online."

"Nungguin Devano."

Mata Shiren menatap Aletta jahil, "Apa?!"

"Lo mau jalan, ya, sama Kak Devano?" Tebak Shiren.

"Gila lo! Mana mungkin gue jalan sama dia!" Protes Aletta.

"Terus ngapain dong?"

Aletta menggedikkan bahunya, "Gak tau. Tu cowok nyuruh gue pulang sekolah nunggu dia di parkiran." Shiren mengangguk.

Tak lama kemudian, suara beberapa lelaki terdengar semakin mendekat, membuat Shiren dan Aletta menoleh ke arah pintu keluar sekolah.

Terlihat Aldric, Alan, Aaron, dan tak lupa seorang lelaki yang sibuk memainkan ponselnya berjalan keluar gedung sekolah. Ia Devano.

Aletta memutuskan untuk tak memperhatikan keempatnya ketika Devano juga mendongak dan tak sengaja melihatnya.

Devano memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya lalu berjalan lebih cepat ke arah seorang perempuan yang terduduk di kursi dekat parkiran sekolah.

"Gimana kaki lo?" Tanya Devano saat dirinya sudah berdiri di hadapan Aletta.

Gadis itu mendongak, "Udah lumayan." Devano mengangguk sebagai jawaban.

"Jadi mulai sekarang Devano udah buka hati, ya, sama Aletta!" Goda Aldric membuat Devano dan Aletta sama-sama menoleh.

"Iya, nih. Siang tadi gue denger Devano gendong Aletta sampe UKS." Ucap Aaron.

"Itu karena kaki Aletta keseleo kok. Bukan apa-apa." Balas Aletta.

Tiba-tiba Alan datang dan duduk tepat di sebelahnya dengan wajah khawatir, "Masih sakit gak?"

Aletta menggeleng, "Udah lumayan. Tadi Devano sempet pijit sedikit kaki Aletta."

"Syukur, deh. Biar gue telepon Kak Lala, ya?" Tawar Alan.

Namun sebelum Aletta mengeluarkan jawaban, Devano sudah menjawab, "Kakak lo udah otw kesini."

Semua tatapan beralih pada Devano yang sedang sibuk melihat ke arah jalan raya.

"Lo nelepon dia?" Tanya Alan.

Devano menoleh sekilas lalu mengangguk samar, "Gue kira lo yang bakal anterin Aletta." Celetuk Aldric.

Tin... Tin...

Mobil sedan berwarna putih itu datang. Dilihatnya dibagian pengemudi bukan Alula yang menyetir, tetapi Rio ada disana.

Makin hari hubungan mereka memang semakin serius. Aletta jadi tidak sabar jika nanti kakaknya yang kaku itu akan menikah dengan Rio—siswa paling digandrungi Nusantara Bangsa pada masanya.

Mobil itu berhenti dan keluarlah seorang perempuan dengan kacamata bertengger di hidungnya berlari khawatir pada Aletta.

"Ta, gak apa-apa?" Tanya Alula.

Aletta terkekeh, "Cuman keseleo Kak Lala. Jangan gitu, ah, Aletta malu sama yang lain."

Alula mengedarkan pandangannya, tersadar bahwa bukan dirinya dan Aletta saja yang ada disana. Ia tersenyum, "Maaf, ya."

Eres mía, Aletta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang