9

5.6K 295 7
                                    

Lampu kamarnya dibiarkan menyala dan Aletta tertidur di kasurnya sambil menonton salah satu film kesukaannya.

Badan Aletta kini sedikit lebih panas dari tadi pagi dan Aletta sangat berharap dirinya bisa bernyanyi dengan benar nantinya. Karena kepalanya terasa begitu berat.

Setelah Devano pergi dari lapangan, kepala Aletta menjadi sangat pusing. Sampai-sampai untuk jalan ke kelas Aletta harus dipegangi Alan karena selalu oleng. Penglihatannya juga menjadi ada bayangan. Dan akhirnya Aletta izin pulang dijemput oleh Alula.

Tok...tok...

Aletta menoleh melihat pintu kamarnya yang tertutup rapat dan kini terdengar suara ketukan pintu dari benda tersebut.

"Masuk." Ucap Aletta pelan dan serak.

Pintu putih itu terbuka dan memperlihatkan segerombolan anak perempuan dan laki-laki sedang menatapnya dan tersenyum lebar. Aletta ikut tersenyum lebar ketika tau itu adalah anak taman bacaan.

"Kalian?!" Ujar Aletta. Dirinya mengubah posisinya menjadi duduk dan bersandar.

"Sini masuk!" Ujar Aletta lagi, dan anak-anak itu berlari lalu memeluknya erat.

"Kak Aletta kenapa?"

"Kak Aletta sakit apa?"

"Kok gak bilang-bilang sama kita?"

Aletta ingin menangis. Terharu melihat anak-anak ini memeluknya dan mengkhawatirkan dirinya.

"Kalian sama siapa kesini, hm?" Tanya Aletta.

"Sama Kak Bima. Cuman kayaknya masih dibawah deh." Salah satunya menjawab.

Pelukannya direnggangkan oleh Aletta dan Aletta menatap satu-satu wajah polos dihadapannya itu.

"Kak Aletta sakit apa?" Tanya Aqila, gadis kecil berambut keriting.

"Kak Aletta gak sakit. Inget, ya, Kak Aletta cuman kecapean." Jelas Aletta.

Semua anak mengangguk. Lalu suara dehaman seseorang membuat Aletta mendongak ke arah pintu. Di sana ada Bima yang sedang tersenyum.

"Makasih, ya, Bim." Ucap Aletta.

Bima mengangguk, "Semoga lo baikan ya dengan cara gini."

"Baikan banget!"

Bima lalu melihat anak-anak itu mulai sibuk sendiri, "Hey! Kita ke ruang tengah, yuk! Biar ngobrol sama Kak Aletta lebih enak."

Anak-anak itu menurut. Mereka keluar dari kamar Aletta setengah berlari. Hanya menyisakan Aqila yang masih diam melihat teman-temannya.

"Aqila gak keluar ikut yang lain?" Tanya Aletta.

Aqila menggeleng lalu tangan mungilnya terulur memegang tangan Aletta, "Kita keluar bareng, ya, Kak. Qila gak mau Kakak kenapa-kenapa."

Aletta sempat terdiam sejenak. Anak sekecil Aqila sudah bisa mengucapkan kata-kata seperti itu bagi Aletta itu sangatlah menyentuh hatinya. Bahkan sekarang air matanya kembali menetes karena terharu.

Aletta beranjak dari kasurnya dan mengikuti tarikan lembut dari Aqila.

Lalu setelah berada di ruang televisi yang bersebelahan dengan kamar Aletta, Aqila menuntun Aletta untuk duduk dan berhati-hati.

Setelah itu, malam ini rumah Aletta dipenuhi dengan gelak tawa dari anak-anak manis dihadapannya.

***

Lelaki itu keluar dari kamarnya karena haus dan ingin mengambil air minum di kulkasnya.

Suasana rumahnya sudah gelap. Ia nyalakan lampu dapur lalu berjalan ke arah kulkas dan membukanya. Diraihnya sebotol air dingin yang memang sering ia simpan di dalam kulkas.

Eres mía, Aletta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang