Istirahat kali ini, Aletta sudah janji pada Alan untuk bertemu di studio band sekolah yang tepat bersebelahan dengan studio vokal anak paduan suara.
Ditemani Shiren, Aletta berjalan dengan santai. Karena Aletta ingin menceritakan soal tragedi coklat pada Shiren. Siapa tau gadis alim di sebelahnya ini bisa membantu.
Hari ini Adel izin tak masuk sekolah karena harus datang ke acara pertunangan saudaranya di Banten. Jadi sepertinya, gadis itu baru akan kembali masuk sekolah nanti lusa.
Aletta membuka pintu studio dan belum mendapati siapapun di sana. Baik Devano maupun Alan. Atau bahkan kedua anak kembar itu.
"Gue kenapa harus ikut? Gue gak ada sangkut pautnya tau." Shiren protes.
"Tadinya gue mau cerita, tapi kayaknya nanti aja deh di taman bacaan, biar enak." Balas Aletta
Shiren mendengus, "Kalau gitu ngapain gue cape-cape nganterin lo sampai sini?"
Aletta terkekeh lalu setelah Shiren menepuk bahu Aletta, gadis pendiam itu pergi dari ruang band menyisakan Aletta sendirian disana.
Aletta menengok ke belakang dan melihat banyak alat musik. Apalagi piano, sudah lama sekali Aletta tak bermain alat musik itu. Sejak dia tak datang di rumah sakit menjenguk Ayah Aletta yang kini sudah pergi selamanya, Aletta jadi jarang sekali bermain alat musik.
Gadis itu duduk di kursinya dan jemarinya mulai bergerak melantunkan sebuah lagu dari Shawn Mendes.
Aletta memang suka dengan Shawn Mendes, hampir setiap saat lagu yang didengarkannya adalah lagu dari lelaki muda yang lahir di Canada itu.
Karena itu juga Aletta ingin ada seorang lelaki yang menyanyikan lagu dari Shawn Mendes untuknya. Aletta ingin sekali.
***
"Kita jadi ketemu Aletta di ruang band kan?" Tanya Aldric.
Alan mengangguk, "Tapi gue mau ke kantin dulu beli minum."
"Gue juga ikut, Lan!" Ucap Aldric
Tatapan Devano beralih pada Aaron, meminta dirinya untuk ikut dengannya sekarang atau sama seperti kedua temannya yang akan pergi terlebih dahulu.
"Gue mau ke toilet dulu, ada panggilan alam, hehe." Ujar Aaron sambil cengengesan.
"Kalau gitu gue duluan."
Devano melangkahkan kakinya keluar kelas dan berjalan menuju ruang band.
Jika masalah janji, Devano memang selalu on time. Ia tau jika menunggu terlalu lama akan membuat seseorang jenuh, maka dari itu, lebih baik Devano yang menunggu daripada harus seseorang. Apalagi seseorang itu adalah perempuan.
Dari kejauhan Devano sudah melihat seorang perempuan yang keluar dari ruang band. Tapi Devano yakin itu bukanlah Aletta.
Kalau tak salah itu salah satu teman Aletta. Shiren kan?
Devano kembali melangkahkan kakinya mendekat ke gagang pintu. Devano baru ingin membuka pintu tersebut, namun suara perempuan yang dihiasi dengan dentingan piano membuat dirinya membeku ditempat.
🎶 You've got a hold of me
Don't even know your power
I stand a hundred feet
But I fall when I'm around you
Suara Aletta membuat dirinya diam. Bahkan saat gadis itu berhenti untuk mengambil nafas, Devano seperti tak rela.
Ia ingin terus mendengar suara itu.
Dan sekarang Devano percaya dan tau kenapa Aletta bisa menang di perlombaan bernyanyi saat SMP. Suaranya memang lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eres mía, Aletta [END]
Подростковая литератураAkibat suatu kejadian yang membuat satu batang coklat gepeng, Devano yang dingin dan cuek harus berurusan dengan Aletta, junior yang sifatnya bertolak belakang dengannya. Aletta yang bawel, Aletta yang selalu melihat sikap dingin Devano, Namun Alett...