Part 27. He Kiss me

21.1K 882 17
                                    

Happy reading 📖
Dont forget to VoMent ya...

_________________________

Tak ada yang bisa mengalahkan
Kekuatan cinta selain Maut.  Bahkan hingga nanti, cinta itu akan terus abadi sampai dikehidupan selanjutnya karena takdirku bersama kamu.

_________________________
Bagaimana perasaanmu ketika melihat orang yang kamu sayangi, sedang berjuang antara hidup dan mati karena sebuah unsur kesengajaan.  Sedih?  Pasti.  Marah ? Ya. 
Itulah yang Alishya rasakan, gadis dengan paras menawan berambut coklat panjang. 

Ia menatap ruangan kakeknya, di ruang ICU dengan nanar.  Kakeknya terbaring dengan alat alat kedokteran terpasang ditubuh itu.  Kakeknya siang tadi, mengalami kejang kejang hingga kondisinya cukup memburuk. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter yang menangani kakeknya mengatakan bahwa terdapat racun yang cukup membahayakan tubuh karena dapat menurunkan fungsi organ tubuh secara perlahan, namun sangat disayangkan karena racun itu berdosis tinggi hingga menyebabkan kakeknya seperti ini.

Dosa apa yang telah diperbuat kakek hambamu ini...

Jam menunjukan pukul 10 malam, Alishya bahkan tidak berniat untuk enyah dari sini, dari tempat dimana kakeknya sekarat.  Kurang lebih hampir 2 jam Alishya disini, tanpa melakukan apapun dan hanya ditemani oleh Michael dan George,  orang kepercayaan kakeknya. Sedangkan Alex dan Livina telah pulang ke apartemen mereka dari satu jam yang lalu.  Mereka memang ikut Alishya ke rumah sakit sesaat setelah Alishya mendapat telepon.
Sekarang ia sedang tak bisa berpikir jernih, bahkan untuk memikirkan apa yang terjadi.  Terlalu rumit.  Apakah selama ini kakeknya membuat suatu masalah, apakah ada seseorang yang berniat menghancurkan kakeknya. Jika iya--

"Brengsek" umpat Alishya ,ia berdiri dari posisi semulanya yang duduk.

"George, tolong kamu cek CCTV,  yang sekiranya ada kaitan dengan semua ini"

"Baik ,nona"

"Terima kasih" ucap Alishya pelan. Oke, sepertinya otaknya baru bekerja sekarang, jika tidak pasti sudah sedari tadi ia melakukan ini.

Sepeninggalan George, tinggalah Alishya yang tengah melamun dengan pandangan lurus dan Michael yang menatap Alishya prihatin.

"Al, sebaiknya kamu beristirahat dulu.  Aku tahu kamu cukup lelah" ucap Michael sambil menyentuh pelan bahu gadis itu.

Alishya menggeleng "tidak.  Aku akan tetap disini hingga kakek sadar.  Aku ingin menemaninya.  Aku takut jika akan ada seseorang yang berniat jahat lagi dengan kakek.  Aku tak mau Mike,  hanya dia keluargaku disini" ucapnya lirih.

Michael lantas memeluk gadis itu ketika melihat mata dengan iris abu indah yang berkaca kaca.
"Sudahlah Al, jangan bersedih.  Kamu tak sendiri.  Apakah kamu mau kakek melihatmu seperti ini. Pasti tidak kan.  Begini saja,  kakek akan lebih senang bila kamu tak terpuruk dan memilih bangkit, bagaimana jika kita selidiki ini saja, tentang dalang dari kejadian ini" ucap Michael mencoba membujuk Alishya.

Alishya menghapus air matanya yang sempat terjatuh dengan cepat dan seelah itu berdecak " aku juga sedang berusaha menyelidikinya bodoh"

"Oh iya" michael dengan bodoh menggaruk tengkuknya yang dipastikan tidak gatal.

Lalu,Alishya mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.  Setelah itu terjadi keheningan cukup lama,  hingga sekitar 15 menit kemudian George datang.

"Nona, tidak ada hal lain yang mencurigakan nona selain dua perawat yang satu perempuan dan yang satu laki laki yang menggunakan masker, setelah itu mereka menuju belakang rumah sakit yang pada saat itu Keamanan sedang di off kan nona" jelas George

My Beloved Billionaire||TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang