Part 37. engagements and new destinations (enemies)

15.2K 732 30
                                    

Happy Reading guys.. Jangan lupa tekan ☆ nya yaa!

Menangislah, tapi aku mohon, menangislah untuk kebahagian bukan untuk kesedihan.
~Keenan Abraham.
____________________________

Pagi ini, pagi yang cukup dingin. Alishya keluar dari mobil sembari merapatkan jaket miliknya. Suasana kantor cukup tenang pagi ini, mungkin faktor cuaca yang membuat sebagian dari mereka memilih mengerjakan perkerjaan mereka dengan cepat agar nantinya bisa pulang tepat waktu, dalam artian lain, tidak lembur.

Jessie berdiri lalu mengucapkan selamat pagi untuk Alishya ketika Alishya mendekat .

"Miss, didalam ada tamu miss, ia berkata bahwa sudah ada janji dengan anda" ucap Jessie.

Aishya hanya mengangguk ,kemudian langsung masuk.

"Pagi sekali kamu datang" ucap Alishya tenang

"Lebih cepat lebih baik"

Alishya menaruh barang barangnya,kemudian duduk dikursi kebesarannya menghadap orang yang telah duduk didepannya.

"Apa maksud pesanmu kemarin? " tanya Alex tanpa basa basi.

"Kurasa kamu cukup mengerti pesanku Alexander " . Aishya menjawab dengan santai sambil membuka laptopnya dan mengotak atik disana.

Jawaban santai Alishya membuat Alex geram sendiri.
"Apa yang sebenarnya kamu ketahui hah?! Aku tak punya banyak waktu untuk bertele tele seperti ini" sentak Alex.

"Slow Alex! Kamu terlalu emosi. Aku tahu kamu sedang kalut  "

"Katakan apa yang kamu tahu!"

"Sederhana. Aku tahu semua tentang Freddy" jawabnya santai.

"Lalu apa? Kamu ingin menunjukan hal hal yang tidak aku ketahui tentangnya huh" sahut Alex sarkasme.

"Maybe no maybe yes. Tergantung dirimu Alex. Jika kamu  memilih menuruti Freddy, ucapkan goodbye pada kekasihmu. Dan sebaliknya jika kamu memilih memperjuangkannya, kiau harus terima melihat kehancuran ayahmu. "

Alex diam.
"kehancuran apa maksudmu? "

"Setiap perjuangan selalu ada pengorbanan. Sama halnya dengan cinta, kamu harus mengorbankan sesuatu demi meraih cintamu. Seperti sekarang" Alishya berhenti bermain laptopnya lalu menatap Alex datar.

" jika kamu memilih memperjuangkan Livina itu berarti kamu harus melawan ayahmu. Tetapi jika kamu memilih ayahmu, sama saja kamu mengorbankan perasaan wanita yang katanya kau cintai ". Alishya kembali bermain diatas keyboard laptopnya.

Beberapa menit, Alex masih terdiam.
Membuat Alishya menghela.

"Dengar Alex, tidak hanya cinta yang kamu korbankan kali ini. Bersikaplah egois demi cintamu, untuk apa kamu bertahan pada orang yang bahkan tak bisa mengerti dirimu, orang yang hanya menjadikan anaknya boneka. " Alex terlihat terkejut dengan ucapan Alishya yang tajam.

"Alex, berpikirlah selama ini apa ayahmu bisa menjadi sosok ayah yang kamu impikan, apa dia memperlakukanmu layaknya anak bukan BONEKA"

jleb!

Ucapan itu begitu menamparnya, gadis ini benar, sangat benar. Untuk apa ia bertahan disisi orang yang tidak benar benar memandangnya sebagai anak. Sebenarnya Alex pun merasa jenuh dan muak, ia ingin pergi ,tetapi ia tidak bisa mengabaikan janjinya pada mendiang ibunya. Dulu, sebelum mendiang ibunya pergi, beliau sempat meminta Alex yang masih remaja untuk menuruti setiap perkataan ayahnya, menghormatinya dan terus bersamanya.

My Beloved Billionaire||TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang