Part 29. Dinner

18.2K 814 31
                                    

Keesokan harinya, Keenan terbangun tanpa Alishya disampingnya. Ia mencari keseluruh ruangan namun tidak ada keberadaan gadis itu, tetapi ia menemukan makanan yang masih hangat serta catatan kecil dengan tulisan tangan rapi.

Makanlah ini ,aku memasak untukmu.
Aku hanya bisa memasak pasta ini.
Aku pulang subuh tadi, jangan khawatir.
Dan terima kasih untuk semalam.
Aku tak tau apa yang akan terjadi jika kamu tak datang.

Alishya

Senyumnya mengembang, begitupun hatinya yang bermekar bak mawar.
Ia langsung saja memakan hasil masakan Alishya yang ia akui sangatlah lezat ,bahkan ia lupa untuk menggosok gigi ataupun sekedar mencuci mulut.
Masa bodoh dengan itu, sayang jika makanan seenak itu dibiarkan menunggu terlalu lama.

****
Alishya mendatangi rumah sakit tempat kakeknya dirawat, sebenarnya Alishya sedikit merasa bersalah, karena dirinya terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga waktu untuk kakeknya sedikit. Ia masuk dan mendapati dokter sedang memeriksa, dokter mengatakan keadaan kakeknya jauh lebih baik. Ia meletakan tasnya dinakas lalu mengambil makanan rumah sakit yang disediakan rumah sakit. Lalu duduk dipinggiran ranjang kakeknya.

"Makan ya kek"

"Tidak, tidak enak"

"Siapa bilang enak kok"

"Tetap tidak, kamu saja yang makan kalau begitu"

"Kakek yang sakit kenapa aku yang harus makan. Buka mulut kakek" kekeh Alishya

"Sekali tidak tidak"

Alishya berdecak " ck.. Makan atau aku cabut bulu kaki kakek sekarang juga" ancam Alishya

"Tetap tidak. Aw.. " Alishya benar benar mencabut satu helai bulu kaki kakeknya yang sedikit panjang .

"Makan kek"

"Tega. Makan saja sendiri"

Alishya memang orang yang sabar tapi dalam hal ini ia sudah tidak sabar lagi.
"Terserah kakek mau makan apa tidak, dengan kakek tidak makan, itu membuat kakek drop lagi, lalu setelah itu jatuh sakit lagi. Apa bisa kakek menjaga cucu cucu kakek yang sedang dalam bahaya, tidak kek. Kakek akan lemah" ucapan Alishya menohok Baron. Dan ketika Alishya bangkit, Baron mengucapkan sesuatu yang mampu membuatnya tersenyum kemenangan.

"Suapi"

"Makan yang banyak ya kek, supaya cepat sembuh " ucap Alishya kepada sang kakek yang hanya menanggapi dengan gumaman.

"Kakek ini obatnya" ucap Alishya, lagi lagi kakeknya hanya bergumam membuat Alishya menggeleng maklum . Rupanya kakeknya masih merajuk karena ia paksa untuk memakan makanan rumah sakit yang katanya hampa.
Kakeknya baru saja diperbolehkan untuk memakan makanan biasa kembali setelah dipastikan racun didalam tubuh kakeknya menetral atau dapat dipastikan 80% telah menghilang, sehingga tak perlu lagi memakai nutrisi yang disuntikan.

"Kakek seharusnya itu tidak sendiri, seharusnya ada seorang istri yang akan menemani masa tua kakek. Jadi ketika kakek kekanakan begini bukan Alishya yang kena getahnya " celetuk Alishya membuat Kakeknya melotot namun tetap diam diposisinya.

Mengenai hal kemarin malam, ia tak kan menceritakan apapun kepada kakek nya, ia takut kakeknya mencemaskan dirinya hingga berimbas pada kesehatan kakek.
Alishya menunggu kakeknya meminum obat, setelah itu ia pamit untuk ke kantor.
Baru beberapa langkah ia keluar dari ruangan VVIP kakek, George, memanggilnya .

My Beloved Billionaire||TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang