Senja mengerjapkan matanya beberapa kali. Kepalanya terasa berdenyut. Perutnya juga masih sedikit sakit. Ia berusaha bangun dari tidurnya."Kalau masih sakit jangan dipaksain bangun" ucap cowok yang baru saja datang dengan satu gelas teh hangat berada ditangannya.
Cowok tersebut memberikan teh tersebut kepada Senja. Senja menerima teh tersebut dengan ragu-ragu. Ia meminum teh tersebut. setelah teh tersebut habis ia menyodorkan gelas kosong tersebut ke cowok tadi.
"Makasih"
"Sama-sama. Gimana masih pusing?"tanya cowok tersebut.
"Better"jawab Senja diiringi senyuman hangatnya.
"Oh iya, lo kok bisa tau gue pingsan. Kan gue pingsanya di toilet putri, atau jangan-jangan lo ngintip ya?" tuduh Senja memincinkan matanya.
"Eh.. enggak ya. Gue tadi lewat terus ada siswi minta tolong katanya ada yang pingsan ya udah gue tolongin"
Senja mengangguk-ngangguk paham.
"Nama lo siapa?" tanya cowok mengulurkan tangannya.
"Senja Adisinta Natanegara" Senja menerima uluran tangan cowok tersebut dengan senyuman merekah.
"Gue Wiliam Nean Adiansyah. Panggil aja Nean" balas Nean.
Mata tajam Nean menatap sorot mata Senja. Pandangan mereka berdua saling terkuci.
"Ehm"
Deheman dari seseorang yang baru datang bersama seorang perempuan yang baru datang membuat Nean melepaskan genggaman tangannya dari Senja.
"Bisa kali kalau pacaran gak di UKS. Berduan yang ketiga setan loh" sindir Raka.
"Berasa nyindir sendiri?" Senja balik bertanya. Membuat Raka mengerutkan dahinya.
"Lo nyindir gue. Tapi lo gak liat apa. Yang pacaran di sekolah gue apa lo? Tangan udah gandengan terus. Takut di tabrak truk kontainner?" ledek Senja.
Raka baru saja ingin membalas namun Senja terlebih dahulu keluar UKS dengan menarik tangan Nean membuat Nean kaget. Ia melewati Raka dan Sisi tanpa melirik sedikitpun ke arah Raka.
Tanpa sadar Senja menarik Nean sampai ke rooftop. Sesampainya di rooftop, Senja melepaskan cekalan tangannya dan duduk di salah satu kursi kayu yang ada di rooftop.
"Ehm.. lo kok bisa dapet kunci rooftop dari mana?"
"Dari Widya"
"Oh sekertaris gue"
"Apa?"
"Iya. Widya sekertaris OSIS kan? Dia sekertaris gue"
"Kok bisa?"
Nean berdecak.
"Ya bisalah gue kan Ketua OSIS" jelasnya.
Senja menganggukan kepalanya tanda paham."Lo gak tau?"
Senja menggeleng.
"Dasar Kudet" ejek Nean. Senja memukul lengan Nean dengan keras membuat cowok tersebut mengaduh kesakitan.
"Buset itu tangan ringan banget ya?"tanya Nean sambil mengelus-ngelus lengannya yang tadi dipukul oleh Senja.
"Spesial buat lo kalo ini"
"Cie baru kenal udah spesial. Tapi kalo spesialnya itu gue kok nggak suka ya"
"Lo mah dispesialin gak bersyukur. Oh iya bel masuknya kurang berapa menit lagi an?"tanya Senja memalingkan wajahnya ke arah jalan raya yang terlihat dari atas rooftop.
"5"
"Lima menit lagi?"
"4"
"Hah"
"3"
"2"
"1"
Kring..kring..kring.."Si gelo. Ditanya kurang berapa menit malah berhitung"
"Ya udah sih yuk ke turun, masa ketua OSIS malah bolos. Kan gak kece"ucap Nean. Senja mendengus kesal mengikuti langkah Nean untuk turun dari rooftop.
Senja dan Nean berjalan beriringan di lantai koridor kelas XII. Banyak tatapan mata dan ucapan siswi-siswi yang menyindir Senja.
"Kok mau sih Nean sama Senja?"
"Murah banget ya? Kemarin deket sama Raka sekarang deket sama Nean"
"Jangan didengerin. Mereka emang sukanya nyinyir doang"ujar Nean. Senja menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Nean mengantarkan Senja sampai depan pintu kelas senja."Gih masuk. Supaya pinter dikit" ujar Nean memperlihatkan deretan giginya.
"Kayak lo pinter aja. Udah gue masuk duluan"
Senja melangkahkan kakinya menuju ke dalam kelas. Di mejanya nampak Raka dan teman-temannya tengah berkumpul. Senja berjalan ke arah mereka dan duduk di bangkunya. Lebih tepatnya di samping Raka.
Ia mengeluarkan handphonenya yang ada di saku rok dan mengambil headset yang ada di laci mejanya. Ia memasangkan headset tersebut ke telinganya. Ia menenggelamkan kepalanya ke lipatan tangannya yang ada di atas meja. Ia sama sekali tidak menggubris adanya Raka dan teman-temannya.
Kring.. kring..kring..kring..
Bel pulang sekolah berbunyi. Senja masih enggan beranjak dari duduknya.
Ting
Handphone Senja berbunyi menandakan ada pesan masuk.
081234567890
Bareng gue yuk? Gue di depan kelas lo.
-Nean.Senja mengeryitkan dahinya. Dari mana Nean mendapatkan nomer handphonenya, pikir Senja.
"Pulang nggak?"tanya Raka yang masih ada di sampingnya.
"Pulang tapi nggak sama lo" Senja memasukan bukunya ke dalam tas dan beranjak pergi. Namun baru beberapa langkah tangannya dicekal oleh Raka.
"Sama siapa?" tanya Raka menaikan sebelah alisnya.
"Bukan urusan lo" Senja menghempaskan tangan Raka dengan kasar.
Raka menatap punggung Senja yang bergerak menjauh darinya dan hilang.
"Lo kenapa sih Nja?"
**
Senja turun dari motor Nean.
"Makasih udah ditebengin" ucap Senja.
"Santai aja. Nanti juga terbiasa"
"Maksudnya?" tanya Senja menaikan sebelah alisnya.
"Gak papa" Nean kembali memakai helm full facenya. "Gue duluan nja" lanjut Nean. Nean melanjukan motor sportnya meninggalkan pekarangan rumah Senja.
Senja memandangi Nean yang sudah pergi dari pekarangan rumahnya. Tak lama setelah kepergian Nean, kembali terdengar suara derum motor Raka.
Raka melepas helmya dan memandang ke arah Senja dengan senyum manis. Namun, Senja mengabaikannya dan memasuki rumahnya tanpa sedikitpun memandang ke arah Raka
***

KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA (COMPLETED)
Teen Fiction(Beberapa chapter di privat! Follow dulu sebelum baca!)❤ "Bagaimana rasanya jika kalian menyukai sahabat kalian sendiri??" -Senja Adisinta Natanegara "Sahabat ya sahabat pacar ya pacar. yang namanya sahabat gak akan pernah bisa jadi pacar!" -Raka Ju...