(Beberapa chapter di privat! Follow dulu sebelum baca!)❤
"Bagaimana rasanya jika kalian menyukai sahabat kalian sendiri??"
-Senja Adisinta Natanegara
"Sahabat ya sahabat pacar ya pacar. yang namanya sahabat gak akan pernah bisa jadi pacar!"
-Raka Ju...
Hari ini suasana di kelas XII IPA 3 tidak seperti biasanya. Kelas yang biasanya diramaikan oleh tingkah konyol muridnya kini terpaksa harus menjadi kelas yang hening. Hal tersebut akibat pertengkaran dari Raka dan Senja kemarin. Sehingga membuat teman-teman sekelasnya tidak ingin bersenang-senang diatas penderitaan orang lain.
Tempat duduk Senja yang tadinya dengan Raka kini juga pindah. Sedangkan Raka, ia hanya pasrah dengan tindakan yang Senja ambil. Karna memang itu semua adalah salahnya. Ia tak mau mendengarkan penjelasan dari Senja terlebih dahulu. Ia malah membentak Senja di depan umum hanya karena ia mengira Senja yang menyiram Sisi.
Kring...kring.. kringg..kring..
Bel pulang sekolah berbunyi. Menandakan kegiatan belajar mengajar pada hari ini harus selesai. Setelah guru yang mengajar kelas XII IPA 3 keluar, Senja juga tergesa-gesa merapikan bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Saat ia akan pergi, langkahnya terhenti akibat seseorang yang memegang lengannya.
"Pulang bareng yuk" Senja menoleh ke arah lelaki yang memegang lengannya. Setelah mengetahui yang memegang lengannya adalah Raka, ia langsung melepaskan tangan Raka dari lengannya dengan kasar.
"Lo siapa ngajak pulang bareng? Sok kenal banget" ujar Senja dengan tatapan marah ke Raka. Setelah mengucapkan itu Senja langsung melenggang pergi.
Sedangkan Raka, ia menatap punggung Senja dengan tatapan Sendu.
"Makanya jadi orang jangan gede bacot" suara bariton dari seseorang yang berada di belakang Raka membuat Raka membalikkan badannya. Dean berdiri disana dengan senyuman sinis dan tas yang terselempang di bahu sebelah kanan. Dean berjalan keluar dari kelas tersebut yang diikuti Andrew, Gerald, dan Bryan.
Memang setelah pertengkaran kemarin hubungan persahabatan mereka berlima menjadi tidak terlalu baik. Raka mendesah pelan. Ia harus kuat menghadapi semua ini. Karna ini adalah ujian menjadi seorang sahabat yang sebenarnya.
Disinilah Senja sekarang berada. Di salah satu caffe yang berada tak jauh dari sekolahnya. sebenarnya dia disini karna Nean. Nean yang mengajaknya untuk bertemu disini. Sudah hampir tiga puluh menit ia menunggu kedatangan Nean. Ia kembali mengecek roomchatnya. Apakah ada pesan baru masuk dari Nean. Tapi kenyataannya nihil.
Beberapa menit kemudian, seseorang duduk tepat di kursi yang berada di depannya. Ia sudah tau siapa yangtengah duduk tersebut. siapa lagi kalau bukan Nean. Orang yang selalu membuatnya menunggu puluhan menit jika sedang janjian.
"Maaf ya nja, tadi masih ada rapat OSIS bentaran" ujar Nean dengan wajah kelelahan. Dengan wajah yang masih ditekuk Senja membalas dengan deheman.
"Udah pesen makanan belum?" tanya Nean. Senja menggeleng. Nean mengangkat tangan untuk memanggil pelayan. Tak selang berapa lama seorang pelayan laki-laki datang menghampiri meja mereka berdua.
"Iya Pak Nean, ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayang tersebut. ucapan pelayan tersebut sukses membuat kening Senja berkerut.
"Tolong kamu bawakan makanan yang biasa saya pesen dua sekaligus minumannya" ujar Nean. Alis Senja semakin mencuram saat pelayan tersebut pergi . Banyak pertanyaan dikepalanya.
"Itu pelayan lo bayar berapa bisa kayak begitu?" Senja menatap Nean dengan wajah cengonya. Nean terkekeh melihat wajah Senja yang bisa dibilang polos- polos bloon begitu.
"Ini cafe punya gue" ujar Nean dengan santai. Senja masih memasang wajah cengonya. Beberapa kemudian ia langsung menatap Nean dengan wajah berbinar. Bisa dibilang kalau Senja memiliki kebiasaan lemot yang tak tepat waktu.
"Seriusan lo? Wih keren" Senja mengacungkan jempol ke wajah Nean. Nean terkekeh pelan melihat kelakuan Senja yang seperti anak kecil membuatnya menggelengkan kepala.
"Berarti boleh dong. Gue pesen lagi kalau belum kenyang. Lo kan tau gue bokek hari ini" ujar Senja diiringi cengiran diwajahnya. Nean mengangguk. "Seriusan?" Senja kembali memastikan. Nean kembali menganguk membuat Senja kelewat senang itu bertepuk tangan seperti anak kecil.
"Tapi nanti lo cuci bantuin pelayan cuci piring" mendengar ucapan Nean membuat Senja langsung menghentikan kesenangannya. Ia menatap Nean dengan wajah yang tak bersahabat. Wajahnya memberengut kesal.
"Taek lo"
****
Gimana buat part ini?
jangan lupa buat follow IG aku ya buat info lengkap kapan updatenya:)