Ara memperhatikan layar ponselnya, lalu memperlihatkannya pada Hoseok.
"Kamu pernah keceplosan, tidak?"
Hoseok menggeleng cepat. "Akhir-akhir ini aku menjaga mulutku dengan amat baik."
Ara memicingkan mata. Tidak percaya mahluk yang katanya sering bocor ini tidak mengatakan apa-apa.
"Eeiii.." Hoseok melepaskan sumpitnya sebal mendapati Ara yang memandangnya curiga.
Ara mengacuhkannya.
Mereka sedang makan malam didaerah Sancho mencoba kembali pencarian, meskipun belum bisa menghubungi Minhyun, Dongho memberi kabar bahwa keluarga Jonghyun kabarnya masih tinggal di Sancho.
Pesan Hana yang memintanya datang ke Kantor terlihat begitu serius. Ara mengunyah nasinya sebelum berbicara.
"Jadi, menurutmu, aku punya salah apa?" Ara menggigil tidak sanggup membayangkan Hana yang bahkan jarang berteriak itu, marah. Hoseok yang menggelengkan kepala, membuat Ara mendecih sebal.
"Nee-chan tidak pernah mengirimiku pesan tanpa emoticon." Ara menatap Hoseok meminta laki-laki itu meyakinkan bahwa semua baik-baik saja.
"Eii, Hana Noona mana bisa marah. Kalau dia marah, aku akan membawa pawangnya, tenang saja." Hoseok kembali menyuap. Ara cepat-cepat menghabiskan makanannya meminta Hoseok melakukan hal yang sama.
.
.
.
Ara menyeret Hoseok untuk ikut mengantar sampai didepan pintu kantor Hana.Ara meneguk ludah. Lalu berbalik, "jangan pulang dulu. Aku akan menyebarkan nomormu, kalau kamu pulang duluan!" Ancam Ara.
Hoseok mengangguk mengiyakan.
Ara sudah melangkah hampir membuka pintu kemudian kembali berbali menatap Hoseok.
"Kalau dalam sepuluh menit aku tidak juga keluar, panggilkan pawang yang tadi kamu bilang, berarti aku dalam bahaya." Pesan Ara tak yakin.
Hoseok tertawa, Ara terlihat ketakutan nampaknya—padahal dia tidak berbuat salah apa-apa. "Sudah cepat masuk sana." Hoseok membuka pintu mendorong Ara masuk, lalu menutupnya.
Ara meneguk ludah sambil tertawa canggung melihat Hana menunduk pening dimeja kerja. Hana mendongak lalu meminta Ara duduk di sofa. Hana berdiri memutar dan duduk disana.
"Ara-chan." Panggil Hana pelan, lalu meletakkan surat undangan berwarna biru yang memuat foto Jonghyun dan seorang wanita. "Sebenarnya aku sudah lama tahu, kamu mencari ini, kan?"
Ara meneguk ludah, menimbang dari mana Hana tahu alasannya ke Korea. Masih diam Ara tersenyum tak nyaman.
"Kamu kabur dari rumah?" Tanya Hana lagi dengan lembut membuat Ara membulatkan mata kaget dan merasa bersalah.
Dari mana Hana tahu? Sepertinya Ayah tidak pernah menghubungi Hana lagi semenjak beberapa bulan lalu pindah ke Paris. Lagipula bagaimana Ara disebut kabur jika dia hanya tinggal sendirian. Ini lebih kepada jalan-jalan keluar Negeri tanpa cerita ke siapa-siapa.
"Paman hampir serangan jantung saat menelepon ku. Seluruh pegawai restoran panik saat sadar kalau kamu pergi diam-diam, Ayahmu juga tidak tahu kamu datang ke Korea. Keadaan disana kacau bahkan Ayahmu pulang ke Jepang mendengar kamu menghilang."
Ara menggaruk kepalanya bingung, bingung harus bercerita dari mana. Ara sedikit takut melihat Hana yang masih menahan emosinya, sebentar lagi pasti meledak—tebak Ara.
Semoga Hoseok segera memanggilkan pawangnya.
"Hmm, Nee-chan."
"Kamu berkeliling mencari keberadaan Jonghyun. Kenapa kamu tidak jujur pada Nee? Dan seharusnya kamu tidak perlu mencarinya. Kamu lupa jika dia tidak menepati janjinya sendiri dan keluar dari restoran, kan." Ucap Hana sedikit meninggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine Dancing In The Spring [√]
Fanfiction"Kenapa sih senyum terus? Gak bosen? Kalau ada yang ganggu labrak aja, yuk aku bantuin!" - Nam Ara- "Maaf aku bukannya mau menggombal tapi kamu gak capek cemberut? Nanti wajah cantik kamu ilang, loh~" -Jung Hoseok- . Bangtan Love Story ke 2