12 - Pesan Jonghyun

78 19 0
                                    

Jonghyun merupakan teman dekat Eric—sepupu Ara yang bersekolah di Korea. Setelah lulus, Eric kembali ke Jepang dan Jonghyun mengikutinya dengan alasan ingin merantau. Akhirnya mereka berdua melanjutkan sekolah sambil bekerja di restoran keluarga Ara. Karena karakter Jonghyun yang pemalu, dan tidak bisa bahasa jepang, dia hanya berteman dengan Eric, Hana dan Ara.

Bagi Ara, Jonghyun itu sosok abangable yang selalu ada untuk Ara. Semua orang tahu Ara adalah perempuan kuat, mereka mengandalkannya jika dalam bahaya, bahkan Eric dengan tidak tahu malu bersembunyi di belakang Ara saat mantannya datang menuntut dendam. Hanya Hana dan Jonghyun yang menganggap Ara perlu dilindungi, padahal mereka jauh lebih lemah dari pada Ara.

Ketika Eric dan Hana meninggalkannya untuk mengejar cita-cita mereka, Ara tidak begitu sedih, Jonghyun masih bersamanya, begitu juga ketika Ayahnya menemukan kebahagiaan baru dan meninggalkan anak perempuan kuatnya sendirian. Namun hari dimana Jonghyun menemukan impiannya juga datang. Jonghyun meninggalkan Ara dengan sepucuk surat yang tidak pernah Ara baca.

Ara sangat sadar bahwa perasaannya pada Jonghyun tidak sama dengan perasaan Jonghyun padanya. Adik, Ara tidak bisa menjadi lebih dari Adik tercinta bagi Jonghyun. Ara marah, namun pada saat yang sama dia tahu bahwa dia tidak berhak marah, Ara mengambil keuntungan restoran bulan itu dan memberikan semuanya pada Jonghyun.

Jonghyun tentu saja tidak mengambilnya, namun Ara memaksanya. Lagi-lagi Ara kehilangan sosok yang bisa diandalkannya. Ara merasa semua orang begitu tega, Ara yang kuat berdiri sendiri lagi.

Ara pikir dia bisa melepaskan Jonghyun dengan benar. Namun dua minggu berlalu Ara masih penasaran dan takut dalam waktu bersamaan untuk tahu apa yang Jonghyun pikirkan, apalagi sepucuk surat ditangannya ini tidak bisa dia buka dan baca.

Tanpa pikir panjang, Ara datang ke Korea dengan niat meminta Jonghyun bercerita langsung. Namun ponsel Jonghyun tidak bisa di hubungi. Satu-satunya cara mencari keberadaan Jonghyun dengan melihat post media sosial lama yang sudah tidak Jonghyun pakai lagi.

...

Ara menarik nafas menatap Hoseok yang masih setia mendengarkan. "Aku tidak bisa meminta bantuan Hana-nee, dia begitu membenci Jonghyun saat tahu laki-laki itu meninggalkanku sendiri di Jepang. Sedangkan Eric.." Ara berdecak kesal. "Baru saja dapat cerita penting sudah bocor kemana-mana."

Ara menarik pelan rambutnya geram.

"Mau aku bantu membacanya?" Hoseok menatap Ara yang melihatnya ragu.

"A-apa?" Ara menaikkan alis, berusaha memastikan pendengarannya.

"Surat tadi."

Ara terdiam sebentar lalu menghela nafas menyerah. Dengan gerakan tidak yakin Ara memberikan amplop surat yang selalu dibawanya setiap saat.

Hoseok membuka lipatan kertas dan mulai membaca tulisan hangul berantakan disana.

.

.

"Untuk adik kecilku Ara-chan.

Kamu tahu aku begitu pemalu bahkan padamu yang sudah menjadi keluargaku sendiri. Jika bercerita secara langsung, aku pasti akan menangis dan kamupun juga akan menangis lalu aku memutuskan membatalkan tekadku karena tidak ingin meninggalkanmu.

Ara-chan aku tahu kamu sebenarnya lemah, dan membutuhkan kami yang lebih lemah agar kamu tidak bersikap sok kuat sendirian. Saat Eric pergi, aku tahu kamu diam-diam menangis di kamar sambil menutupi mulut dengan bantal. Saat Hana pergi, aku tahu setiap sore kamu menangis diam-diam selama dua minggu di belakang sekolah. Lalu saat Ayahmu pergi, kamu juga menangis sendirian di atap restoran setiap jam dua pagi, ketika tidak ada satu orangpun yang bisa melihatmu. Jadi, bagaimana aku tega kembali membuatmu bersedih?

Namun aku harus melakukannya. Keluargaku di Korea membutuhkanku. Mereka terlibat hutang serius, tapi kamu tidak usah khawatir, seperti yang sering aku katakan bahwa Tuhan akan mempertemukan kita dengan seseorang yang baik. Orang baik itu berwujud perempuan cantik yang membantu keluargaku, namun nasib perempuan itu tidak begitu baik, suaminya mengalami kecelakaan saat dirinya tengah mengandung. Keluargaku memintaku untuk menjadi Ayah dari anak yang dikandung perempuan itu sebagai balas budi.

Tidak, aku tidak keberatan, sebelum bertemu perempuan itu aku sudah jatuh cinta dengan kebaikan hatinya jadi aku merasa senang saja. Perempuan itu pasti akan menjagaku dan anak-anakku nanti dengan baik tanpa membedakan apapun.

Ara-chan, kamu pasti sedang menangis diam-diam lagi. Kamu tidak akan menjadi perempuan lemah hanya karena menangis, Ara-chan.

Seperti kami, kamu pasti akan menemukan bahagiamu, akan ada seseorang yang mencintaimu namun tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian.. Jika bertemu orang seperti itu, jangan dilepaskan ya Ara-chan, tunjukkan bahwa kamu memerlukannya.

Maafkan aku ya Ara-chan. Jangan membenciku.

Aku tidak tahu harus menulis apa lagi, air mataku terus menetes.

Kalau kamu datang ke Korea, kamu harus menemuiku. Alamat rumah kami di daerah pemukiman Ribas no 65 dekat butik Laura tidak jauh dari Gangnam, kamu tinggal menanyakan rumah keluarga Kim pemilik kebun wortel mereka pasti akan tahu. Aku akan mengajakmu kerestoran kecil kami di daerah Sancho.

Banyak-banyaklah tersenyum, Ara-chan selalu cantik saat tersenyum.

Sampai bertemu adikku sayang.

.

.

Hoseok melipat surat ditangannya dan melirik Ara yang diam mematung dengan air mata yang mengalir deras. Benar kata Jonghyun, Ara pandai menangis tanpa suara.

Ara menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tertawa dipaksakan. "Hahaha, wuahh. Siapa yang tahu kalau ada alamatnya disurat? Merepotkanku saja."

Hoseok tersenyum lembut, memberanikan diri menghapus air mata Ara yang terus mengalir, dengan telapak tangannya. "Aku berterimakasih karena kamu tidak membuka surat itu."

Ara mendelik, memandang Hoseok yang terlihat gila. Mereka berdua kepayahan mencari alamat orang hanya berbekal foto postingan lama. Lagipula bukan cuma Ara yang menderita disini, laki-laki itupun sama lelahnya karena diseret Ara kemana-mana. Laki-laki itu, bodoh ya?

"Kalau aku tidak ikut direpotkan selama ini, aku tidak akan berfikir untuk menjagamu. Kamu itu, selalu membuatku khawatir dan aku tidak tenang jika tidak mengawasimu."

Mata Ara tidak bisa lepas menatap sorot mata bulat Hoseok yang menatapnya penuh keyakinan. Otak Ara bekerja keras. Ara tahu inti dari kalimat menggelikan Hoseok. Tapi Ara tidak ingin terlalu percaya diri saja takut Hoseok tertawa lalu berkata hanya bercanda dan menciutkan hatinya.

Jadi, Ara pura-pura tidak mengerti saja.

Melihat Ara yang tidak bergerak, Hoseok mendekap Ara menenangkan perempuan itu, seperti yang selalu Ara lakukan padanya. "Aku serius. Jika kamu perlu waktu untuk menjawab. Pikirkan saja bahwa kamu harus membalas budi karena merepotkanku semenjak datang ke Korea."

Ara sangat tahu maksud Hoseok meskipun Ara tidak menjawab sekarang. Ara harus menerima Hoseok tanpa penolakan.

"Aku hanya membantumu melaksanakan amanat Abang kesayanganmu itu." Bisik Hoseok lagi. Entah apa yang ada di otak Ara. Tidak menjawab namun menyambut pelukan menenangkan dari laki-laki kurus itu.

...

Sunshine Dancing In The Spring [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang