3 - Hutang Budi

132 22 6
                                    

Ara menutup mulutnya rapat-rapat mencegah keluarnya kata-kata kasar yang berada diujung lidah. Sudah karena berat badan Hoseok dan Ara yang jauh berbeda, ditambah lagi bau tidak sedap bekas isi perut Hoseok. Akhirnya Ara hanya melancarkan tatapan sengit pada Hoseok yang berjalan lambat—nyaris hanya menyeret kaki, karena dipapahnya.

"Benar ya, jalan dormmu kesini." Tegas Ara yang di sambut anggukan lemah Hoseok.

"Euuh dasar sopir tidak punya hati, masa' dia ngusir penumpang cuma karena tidak sengaja muntah?" Ara berdecih kesal lalu menggelengkan kepala.

"Tidak, kalau aku jadi sopir itu aku juga pasti naik darah." Ara kembali mentap Hoseok dengan wajah tak bertenaga disampingnya. "Kamu yang salah. Harusnya kamu minta mobil berhenti saat mau muntah."

Hoseok diam tak melawan.

"Lagipula, apa kamu yakin barang-barangku aman? Semua belanjaanku ditinggal disana dan aku hanya membawa ranselku!" Omel Ara.

"Ya! Kamu mendengarkanku. Argh sepertinya aku akan berkata kasar!" Ara sedikit menggoyangkan tubuh Hoseok memeriksa apakah laki-laki yang diseretnya ini masih hidup.

"Erugh kamu berisik sekali, aku ingin muntah mendengarnya." Balas Hoseok pelan sambil menutup mulutnya dengan tangan. Dia sudah makan banyak tadi, ditambah bayangan susu basi yang menghancurkan makan malam mengerayangi otaknya.

"Awas saja kalau kamu berani!" Ancam Ara. Dia benar-benar tidak ingin kembali dinodai tteoboki basi yang telah difermentasikan lambung Hoseok.

"Hyung! Hobi hyung!" Panggil seseorang mendekat. Ara sedikit terkejut ketika orang tersebut mengambil alih Hoseok dengan sikap protektif sambil memandang Ara tajam.

Ya ambil saja, aku sangat berterimakasih! Kesal Ara dalam hati.

"Apa yang kamu lakukan?" Tuduhnya curiga.

Ara mengerutkan alis, laki-laki ini minta dimakan. "Apa yang aku lakukan?"

"Kenapa Hobi hyung bisa seperti ini? Kamu yang membuatnya seperti ini, kan!" Matanya yang tajam bertambah tajam menatap Ara penuh kebencian. "Kamu sesaeng fans kan!" Tuduhnya lagi.

Ingin rasanya Ara menendang wajah tampan itu dengan sepatu yang sempat Hoseok nodai ini. Namun Ara belum ingin di seret Hana pulang karena membuat masalah dengan teman konselinya.

"Iya, makanya berhati-hatilah!" Sahut Ara pendek.

"Tae-ya, sudahlah kamu membuat kepalaku bertambah sakit. Aku ingin cepat-cepat berbaring."

"Dengarkan dia, lebih baik kamu tutup mulutmu dan cepat membawanya. Kamu tidak lihat dia sudah sekarat."

"Tapi Hyung.—" Baru hendak memprotes, Hoseok sudah mengibaskan tangan menyuruh temannya itu diam saja.

Taehyung menatap Ara dengan sinis sebelum berjalan memapah Hoseok dengan telaten. Baru beberapa saat mereka berjalan, Ara berlari dan berdiri dihadapan mereka. "Hoseok, hapemu!"

"Apa yang kamu lakukan!" Geram Taehyung dan bertambah geram ketika Ara tidak mengindahkan peringatannya.

Hoseok mengeluarkan ponsel dari saku dengan lemah memberikannya pada Ara yang secepat kilat menghubungi ponselnya.

"Aku sudah menyimpan nomormu, secepatnya aku akan menghubungi. Istirahat yang baik, kawan!" Ujar Ara sambil menaruh ponsel ke saku jaket pemilikya. "Annyeong!" Pamit Ara berjalan santai tanpa melihat Taehyung yang hendak menelannya.

"Ya! YA!" Teriakan Taehyung tidak diindahkan. Taehyung hanya bisa berdesis sebal melihat kepergian wanita yang sedikit melompat riang dengan ransel dibelakang punggung. "Dia fans gilakan Hyung!" Desis Taehyung tak suka.

Sunshine Dancing In The Spring [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang