Hari terakhir pertandingan, juga hari terakhir musim semi.
Ara melakukan pemanasan di pinggir arena. Pertandingan final hari ini harus dia menangkan jika tidak ingin menyerahkan gelar sebagai juara bertahan. Lawannya kali ini adalah pendatang baru, yang katanya memiliki tehnik mematikan. Cih, Ara tidak akan kalah.
Setelah wasit mempersilahkan Ara dan lawannya memasuki arena, teriakan seluruh penonton terdengar heboh mendukung jagoan mereka. Pertandingan dimulai dengan teriakan yel-yel dari setiap kelompok pendukung.
Hana, Eric, Jonghyun dan Hoseok yang datang hari itu tidak kalah heboh mendukung Ara. Bahkan Hoseok yang tidak pernah mengumpat didepan publik itu tengah mengumpat hebat saat melihat lawan Ara berhasil menyikut dan menendang pacarnya—membuat Hana yang diam-diam mengidolakan Hoseok membulatkan mata terkejut, tidak percaya.
Pertandingan selesai dengan cepat, saat Hana tidak fokus dengan pertandingan, masih terkejut memandang idolanya--Hoseok yang berbeda dari yang Hana kenal. Disekitarnya kembali heboh, karena wasit tengah mengangkat tangan Ara sebagai pemenang.
Hasil yang sudah pasti, sih, tapi Hana kan tidak menonton dengan detail, nanti bagaimana kalau Ara merajuk padanya saat tahu Hana tidak memperhatikan Ara.
Selesai pertandingan mereka berempat cepat-cepat keluar, menunggu Ara berganti pakaian.
Ara keluar sudah mengganti baju seragamnya dengan rok rempel manis, busana sedikit lebih feminin dibandingkan biasanya, membuat mereka semua—termasuk junior Ara di sanggar melirik ingin tahu.
Hoseok maju terlebih dahulu mendekati Ara, menyodorkan buket wortel sebagai ucapan selamat. Dengan malu-malu Ara mengambil buket wortel favoritnya, sambil menggerutu manja. Udara musim semi menjadi latar belakang drama dua insan yang baru kembali bertemu. Seakan dunia hanya milik Ara dan Hoseok saja.
"Oppa, kita akan jalan-jalan kemana?" Tanya Ara bersemangat.
Hoseok meneliti wajah Ara dengan cermat memperhatikan perempuan itu dengan raut cemas. "Tapi kamu benar tidak apa-apa?"
Ara mengangguk bertingkah kuat yang terlihat sekali dibuat-buat.
Hoseok dengan jahil menunjuk pipinya.
Masih dengan wajah manis, Ara mengangkat alis tak mengerti.
Hoseok kembali menunjuk pipinya sambil sedikit membungkuk menjajarkan tinggi agar sama dengan Ara. "poppo~"
Awalnya Ara membesarkan mata. "Ah, Oppa!" Jeritnya, lalu memukul pelan bahu Hoseok dengan malu.
Cepat-cepat Ara menggandeng lengan Hoseok mesra sambil berjalan menjauh.
"Menjijikkan sekali." Umpat Eric.
Ara bahkan tidak mengindahkan ketiga kakaknya yang capek-capek datang untuk mendukung. Hana dan Jonghyun hanya menggeleng pelan, berusaha maklum pada tingkah kekanakan Ara. Ini pasti salah satu cara balas dendam Ara pada ketiganya karena tidak datang pada pertandingannya dari awal.
Ara bahkan tidak repot-repot berterimakasih pada ketiga kakaknya—ya, nanti dirumah mereka juga akan bertemu, kok.
"Kalian Kenapa, sih!?" Marah Eric lagi saat melihat sekelompok laki-laki berotot dengan seragam karate tengah menahan tangis melihat kepergian Ara.
"Dasar penyihir! Dia belajar dari mana sih jadi perempuan genit yang menghancurkan hati banyak orang seperti itu!" Umpat Eric lagi dengan kesal sambil melirik anggota sanggar lagi. "Ya! diamlah kalian laki-laki harus tegar! Jangan biarkan hati kalian lemah hanya karena patah sekali!"
Hana dan Jonghyun saling melirik, lalu memilih untuk pergi dari sana, toh Ara pasti pulang juga kerumah.
"Padahal Ara belajar dari siapa, sih? ya dia sendiri." Jelas Hana diikuti anggukan setuju Jonghyun.
.
.
Dikejauhan Ara cepat-cepat melepaskan pegangannya pada lengan Hoseok. Geli sendiri dengan tingkahnya, Ara kembali pada mode tsundere.
"Oppa, aku sudah terlihat menyebalkan, kan."
Hoseok tertawa. Lalu mencubit pipi Ara pelan. "Iya, kalau aku jadi mereka, aku pasti kesal sekali."
Ara terkekeh jahat. "Salah mereka, sok sibuk sekali."
"Iya, sayang~" Hoseok tersenyum bahagia sambil memperhatikan Ara.
Ara mengangkat alis, lalu berdehem membuang rasa groginya. Ditatap Hoseok seperti itu, membuat Ara yang hanyalah wanita biasa juga malu.
"A-apa?" Ara mencoba santai bertanya, jangan bilang Ara kembali mimisan sekarang. Ara reflek memegang hidungnya.
"Yang tadi..."
Ara tidak mimisan, kok. "Apa sih?" tanya Ara mulai emosi.
Hoseok sedikit membungkukkan badan, lalu menunjuk pipinya. "Poppo~" tuntutnya.
Ara mendelik sebentar. "Idih!" berjalan cepat menyembunyikan wajah yang mulai memerah.
Hoseok terkekeh, menyamakan langkah dengan Ara. "Gandengan~" Manja Hoseok mengulurkan tangan, sekaligus mencoba menghentikan gerutuan Ara.
Ara menyambut tangan Hoseok. Mulai deh, jantung berdetak norak, kesal Ara mengibaskan tangan kirinya ke wajahnya yang memanas.
"Wah musim semi, sudah mau musim panas saja." Komentar Ara acuh berjalan mengiringi langkah Hoseok, berlagak tidak peduli pada tangan mereka yang saling menggengam erat.
....
BANGTAN LOVE STORY SEASON II
SUNSHINE DANCING IN THE SPRING
-END-
A/n: aku geliiii bacanya T. T
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine Dancing In The Spring [√]
Fanfiction"Kenapa sih senyum terus? Gak bosen? Kalau ada yang ganggu labrak aja, yuk aku bantuin!" - Nam Ara- "Maaf aku bukannya mau menggombal tapi kamu gak capek cemberut? Nanti wajah cantik kamu ilang, loh~" -Jung Hoseok- . Bangtan Love Story ke 2