IML2

27.3K 276 0
                                    

Tolong yah anak kecil jangan liat. Ini hanya untuk 18 keatas. Cerita ini ada unsur dewasanya

Tak pernah terpikirkan olehku, bahwa aku harus pergi jauh-jauh untuk mengadu nasib ke Negeri orang. Apalagi aku tak pernah tau tentang Negeri ini dan tak punya keluarga yang dekat di sini.

Los Angeles, tepat di perusahaan terbesar nomor 3 di Negara ini. Aku di Terima bekerja di perusahaan besar ini. Tak di duga, entah ini memang rejeki ku atau memang aku pantas untuk bekerja di sini.

Setelah di terima bekerja secara langsung oleh atasan, atau lebih tepatnya pemilik perusahaan. Mita yang menjabat sebagai sekretaris, langsung memberikan sedikit arahan padaku.

Seperti saat ini, aku di tempatkan satu ruangan bersama bos. Rasanya sulit sekali untuk berkonsentrasi saat bekerja. Takut dan gugup menjadi satu yang selalu saja mengganguku. Pada akhirnya, keheningan melanda kami berdua. Aku tidak mempunyai nyali untuk membuka percakapan dengannya. Suasana saat ini sangat membosankan dan sesekali aku melirik kearahnya, dia terlihat serius mengerjakan pekerjaannya.

Aku menundukkan kepalaku lalu melirik lagi kearah dimana CEO itu berada. Namun, Dia tidak ada dimejanya. Aku bangkit dari kursi lalu mencari keberadaannya yang tadi masih ada disini.

"Hemm. Kau mencariku" Ucapnya yang tiba-tiba berada dibelakangku, badanku membeku dan jantung ini rasanya mau lompat dari tempatnya. Bagaimana bisa dia berada disini? sedangkan tadi dia masih disana!.

Aku memutarkan badanku menghadapinya yang berada di belakangku. Rasa gugup, takut, dan juga salah tingkah, terjadi saat dia menatapku dengan sangat tajam. Jujur saja, aku tidak berani menatap matanya. Sudah cukup aku melihat amarahnya di pagi tadi.

"Hai... nona mengapa kau menundukkan kepala cantikmu?. Bukannya tadi kau selalu memperhatikanku? Sekarang aku berada di hadapanmu. Ayo, tatap aku. TATAP!" teriaknya aku semakin menundukkan kepalaku. Aku semakin takut padanya.

"Astaga, Tuhan! Bantu lisa. Lisa takut" batinku

Aku bingung harus menjawab apa, beribu alasan sudah ada dibenakku namun aku gak berani mengatakannya. Lihatlah tatapannya sangat tajam dan membunuh.

Getaran tubuhku sudah mulai terasa dan mataku sekarang mulai berkaca kaca. Aryan mengetatkan rahangnya karena Aku tidak menjawab pertanyaannya.

Yang hanya bisa terucap dari mulutku hanyalah kata. "m..maaf.." Lirihku. air mataku jatuh begitu saja dan aku mulai memberanikan diri untuk menatap matanya.

ya ampun cengeng banget prilis. Ya! Prilis memang tipe cewek yang cengeng karena dulu dia anak yang manja.

Perlahan wajahnya memancarkan kelembutan dan ibu jarinya menghapus air mataku. Lantas aku terkejut setengah mati. Setan apa yang lewat sampai dia mengubah kepribadiannya dengan cepat.

"Tcihh! Dasar cengeng! Kerjakan tugasmu! Kau di terima bekerja di sini! Bukan untuk memperhatikan ku terus-menerus! Dengar! " tegasnya dengan dingin sambil menatapku tajam.

"Manusia apa ini! Tadi lembut sekarang dingin! Tadi matanya melotot hampir keluar! Trus berubah sendu! Tapi, balik lagi jadi melotot! Huh.. mungkin manusia bunglon kali yah . Hahahaha tapi dia tampan juga ya. Matanya indah banget, walaupun hampir keluar. ets! Sekarang aku mulai memperhatikannya pula..... Aww" lamunanku terpotong saat dia berteriak lagi dia depan wajahku . Entah siapa yang ngasih keberanian padaku. Aku mempelototinya dengan sangat tajam. Setajam parang! Yang bisa membelah kelapa. Bukanya malah takut, dia malah menetapkan tajam hingga membuat ku tersadar akan batasan ku.

"Tatapannya tadi sangat tulus haha... Apa ini! Jangan-Jangan.. dia mulai cinta samaku hahaha. Udahlah pak Aryan! Bilang aja, kalok perlu tembak aja. Pasti prilis terima kok hahahaha. " Aku menjambak rambutku untuk mengusir pikiran buruk itu dariku.

Its My Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang