IML15

7.2K 127 16
                                    

Warning! Untuk 18+
Bgi yang msih dibwh umur. Tolong sadar sendiri..

"Kalau begini jadinya! Aku juga harus cacat sepertimu! Aku harus tidak bisa berjalan sepertimu. Hiks! Hiks".

" Nona! Apa yang nona lakukan!" Teriak lelaki tua yang ku kenal sebagai supir pribadi aryan. Dia berlari ke arahku lalu melihat miris ke arah kakiku yang berlepotan darah. Aku lelah dan sangat lelah. Aku melihatnya sayup dengan mataku yang berat. Tak lama kemudian, pandanganku pun menggelap.

Di tempat lain

"Aryan! Ini semua berkasnya. Aku minta kau membacanya dulu lalu menandatanganinya" Christ datang ke rumah aryan untuk memberikan beberapa berkas padanya.

"Letak saja disitu!" Ketusnya dan christ hanya mendengus kesal. Sebenarnya apa yang diinginkan christ.

"Kau tak dengar letakkan saja disitu. Aku masih banyak pekerjaan".bentak aryan. Chris berjalan meninggalkan aryan.

Drrrt! Drrtt!

Sebuah panggilan menyadarkan lamunan aryan yang sedang duduk di kursi rodanya. Aryan melihat nama yang menelpon lalu mengangkatnya.

"Apa!"

"..........."

"Tak usah banyak cerita rob! Dia tadi aku suruh memanggang ikan di belakang!".

"..........."

Aryan masih tidak percaya dengan apa yang di bilang robby supir pribadinya. Robby mengirimkan sebuah gambar padanya lalu ia buka dan terkejut. Bahwa apa yang di katakan robby memang benar.

"Hery! Hery!" Teriak aryan. Datanglah seorang pria muda yang bernama hery. Dia Asisten aryan.

"Bawa aku ke kamar Prilis! Cepat!". Tanpa membantah hery langsung membawanya ke kamar prilis dengan menaiki lift.

***********************

Robby menunggu aryan datang di luar kamar prilis lalu membukakan pintu kamar prilis. Aryan tidak sabar melihat kondisi prilis dia membentak hery untuk lebih cepat mendorong kursi rodanya. Hery maklum dengan sikap tuannya dan dia hanya diam menuruti apa kata Aryan.

"Sayang! Sayang!" Aryan berdiri dari kursi rodanya di bantu oleh robby dan hery. Ia duduk di samping prilis. Air matanya lolos begitu saja melihat kaki prilis yang tertutupi selimut.

Aryan mengelus puncak kepala prilis dengan lembut. Robby dan hery pamit untuk keluar dari kamar prilis dan aryan mengijinkannya.

"Sayang.." Panggil aryan serak. Ia mencium tangan kanan prilis dan ikut berbaring di samping prilis sambil memeluknya.

Suara isak tangis aryan sangat kuat hingga membuat prilis bangun dari pingsannya. Prilis juga ikut menitikkan air matanya. Aryan dapat melihat tangis kesakitan di matanya.

"Maafin aku aryan!" Lirih prilis langsung memeluk aryan. Ia menangis histeris sambil sesegukan di dada bidang aryan. Aryan juga membalas pelukan prilis sangat erat. Mereka berdua menghabiskan waktu mereka dengan saling menyesali kesalahan mereka sampai rasa kantuk yang menghantui mereka.

*****************

Rasa nyeri di kakiku mulai membaik, saat Aryan memutuskan untuk merawatku di rumah. Ia meminta Dokter untuk merawatku di rumahnya saja, karena dia takut tidak akan ada yang menjagaku di rumah sakit.

Aryan juga sudah mulai bisa berjalan seperti biasanya. Berkat usaha dan dukungan dari sahabat terdekatnya, dia semakin semangat berlatih berjalan.
Walaupun belum terlalu lancar seperti biasanya.

Its My Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang