Nana Anindya melangkahkan kakinya gontai. Berkali-kali dia menghirup napas panjang untuk meredam rasa kecewa yang menggebu.
"Namanya Wulan ya, dia begitu cantik pantas saja aku yang sejak dulu mengenalnyapun tidak bisa mengalihkan pandangannya. " ucap Anindya berbicara sendiri.
Lagi-lagi gerimis, bulan ini memang musim penghujan. Nana Anindya berlari segera menuju gang-gang kecil jalan tikus ke rumahnya. Tiba-tiba di depan matanya dia melihat seorang pria terluka. Pria itu meringis kesakitan.
"Roby? Kamu Roby kan? " tanya Anindya menghampiri.
"I.. Iya. Kamu siapa?" tanya Roby berusaha berdiri.
"Aku Anindya. " ucap Anindya menatapnya.
"Anindya siapa? Gak kenal. " ucapnya berbalik badan.
"Hei, lukamu? " ucap Anindya menyusulnya.
"Apa sih? "
"Sini aku obatin nanti lukamu infeksi. "
Anindya mengajak Roby duduk di bangku depan warung. Anindya membersihkan lukanya dan mengobatinya perlahan.
"Kamu kok mirip seseorang. " ucap Roby menatapnya lekat.
"Sudah kubilang namaku Anindya. Nana Anindya. " ucap Anindya kesal.
"Nana, kamu Nana?! " ucap Roby memegang kedua pergelangan tangan Nana.
"Ih lepas.! " ucap Nana menepiskan kedua tangannya yang di pegang Roby.
"Maaf, maaf. Abisnya aku kaget bisa ketemu kamu lagi. Sekarang kamu pake jilbab ya? "
"Iya. "
"Kamu makin cantik pake jilbab. " ucap Roby tersenyum.
"Jangan bilang jatuh Cinta. " ucap Nana meledek.
"Dih, masa itu sudah lewat. Lagian sekarang aku punya pacar cantik. " ucap Robi meledek.
"Alhamdulillah. " ucap Anindya.
Roby adalah teman lamanya Anindya dan lebih tepatnya Roby adalah kaka kelas Anindya sewaktu Anindya kelas 1 SMA. Saat itu Roby sudah jelas 3 SMA. pada waktu kelulusan SMA Roby mengutarakan perasaannya pada Anindya tetapi Anindya menolaknya. Dan mulai memakai jilbab karena satu-satunya alasan Roby menyukainya karena dia suka rambut Indah tergerai Anindya. Anindya tidak ingin seseorang menyukainya karena fisik. Bagaimana jika suatu saat Rambut indahnya itu rontok dan mengalami kebotakan Atau memutih karena usia?
"Kamu tinggal disini? " tanya Roby.
"Iya. Jangan ngapel. "
"Dih.. Hahaaa.. " ucap Roby tertawa.
*****
Roby mengantarkan Anindya sampai ke rumahnya. Di sepanjang jalan mereka bercerita banyak dari mulai pertama kali mereka saling mengenal sampai akhirnya bertemu di gang tadi.
"Oh jadi pacar kamu itu cewek kaya jadinya kalian tidak di ijinkan pacaran karena perbedaan status? " ucap Anindya tertawa.
"Tapi aku serius ko sama dia, aku gak perduli. Aku bakalan buktiin kalo aku tuh bisa sukses suatu saat. " ucap Roby penuh ambisi.
"Wow gayanya.. Hahaa. "
"Eh sekarang kamu punya pacar? "
Pertanyaan Roby yang menanyakan soal pacar membuatnya sedikit tak senang.
"Oh kamu kan gak pacaran. Aku lupa maaf ya?! " ucap Roby memperbaiki keadaan.
"Ini rumahku. Terimakasih sudah mengantar. " ucap Anindya.
"Oke. Aku pamit ya. " Robi pergi melambaikan tangan.
"Oh keperluannya itu ya? " ucap Riki yang tiba-tiba ada di belakang Anindya.
"Kok ada suara ya? Ih serem. " ucap Anindya pura-pura tidak melihat pria yang berada di belakangnya.
"Kenalin dia sama aku. Kamu gak boleh pacaran sama sembarangan cowok. " ucap Riki menarik tali tas Anindya.
"Memangnya kenapa? Kamu juga pacaran gak bilang-bilang. "Ucap Anindya ketus.
"Sudah masuk sana. Udah malem." ucap Riki menghindari pembicaraannya.
"Di tolak ya? " ucap Anindya meledek.
"Iya. " ucap Riki menundukkan kepalanya.
Anindya yang tertawa meledeknya tiba-tiba hatinya seperti di sambar petir melihat pria yang di sayanginya memasang wajah sedih padahal sebelumnya dia tidak pernah melihat wajahnya yang seperti itu.
"Eh aku mau makan es cream, anter yuk..! " ucap Anindya menarik tangan Riki.
Riki mengikuti langkah kaki wanita yang menariknya. Ini adalah pertama kalinya Anindya memegang tangannya lagi setelah dia memutuskan untuk memakai jilbab.
"Kamu mau rasa apa coklat atau strawberry? " tanya Anindya.
"Cokelat. "
"Tumben bukannya kamu suka strawberry ya? "
"Udah nggak. "
"Kenapa? "
"Karena itu kesukaannya Wulan juga."
"Maaf ya, aku.. " ucap Anindya menunduk.
"Gapapa, karena kamu suka coklat jadi aku mau belajar menyukai kesukaanmu saja. " ucap Riki membuka es cream yang di pegangnya.
"Belajar menyukai kesukaanku? Apa maksudnya? " ucap Anindya dalam hati.
Dia memandangi Riki yang sudah berjalan lebih jauh dari hadapannya. Dia bahkan tidak melirik ke belakang.
"Dek, mau es cream? "
"Mau kak. "
"Nih buat kamu. "
"Terimakasih. "
Anindya memberikan es cream yang di pegangnya pada seorang anak kecil yang berpapasan dengannya. Kemudian dia mengejar Riki yang sudah tidak terlihat di pandangannya.
"Kamu kok lama sih. " ucap Riki pada Anindya yang di tingginya di depan pintu pagar rumahnya.
"Maaf tadi aku.. "
"Sana masuk udah malem. "
"Tapi kamu.. "
"Aku akan kembali ke cafe. "
"Aku akan tidur jika kamu juga tidur. " ucap Anindya.
"Aku harus kembali. "
"Terserah. " ucap Anindya pergi dari hadapan Riki.
"Itu yang aku tidak suka dari kamu. " ucap Riki membuat Anindya tersentak.
"Memangnya aku suka sama kamu?! Jangan geer ya, kalaupun di dunia ini cuma ada kamu aku tidak akan mau memilihmu. " ucap Anindya membentaknya.
"Aku juga. " ucap Riki lalu pergi.
Anindya menangis melihatnya pergi. Anindya merasa patah hati sebelum menyatakan perasaannya. Bisa-bisanya sahabat yang sangat di cintainya mengatakan hal yang menyakitkan setelah dia berusaha menghiburnya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Do'a AND
RomanceNamaku Nana Anindya. Sejak dulu aku mencintai Riki Darmantio sahabatku sejak kecil. Tetapi dia menyukai gadis lain. Alissa Putri gadis yang cantik dan lembut. semua orang bilang wajah mereka sangat mirip. bukankah jika memiliki wajah yang mirip kata...