6. Rindu masa itu

982 49 0
                                    

Saat itu kami masih sangat kecil untuk saling mengerti satu sama lain tetapi kami tetap bersama meski kadang berselisih pendapat atau bahkan berantem karena masalah kecil. Hal yang tidak dapat aku lakukan pada masa itu adalah hal yang akan begitu mudah ku lakukan saat ini. Dulu aku tidak mempunyai apapun saat kecil, bisa di bilang keluarga Anindya banyak membantuku saat itu. Tanpa membedakan status kekayaan Anindya meraih tanganku, menggenggamnya dan mengajaku bermain saat aku tidak punya teman satupun. Saat aku mulai dewasa aku mulai sibuk dan keadaanku semakin membaik, malah bisa di bilang sukses. Tetapi kini Anindya sudah tidak meraih tanganku, dia meninggalkanku tanpa ucapan perpisahan.

Aku terus menyalahkan diriku yang waktu itu bersikap kasar padanya. Aku yang merasa tersaingi atas hadirnya pria-pria itu di sampinya aku marah dan kesal. Padahal selama ini aku tidak memperdulikannya. Aku sering mengingkari janjiku terhadapnya, aku selalu mengesampingkan dirinya. Aku yang egois karena ingin terus menjadi orang nomber satu dalam hidupnya akhirnya harus kehilangan dia yang selama ini sabar di sampingku karena keegoisan.

Lima tahun sudah berlalu, aku berpapasan dengan Wulan saat keluar Cafe.

" hey, masih ingat aku? " tanya Wulan.

"Tentu saja, kamu mau kemana? " tanyaku.

"Aku sedang menunggu suamiku. " ucapnya membuatku terkejut.

"Suami? "

"Iya aku sudah menikah dengan pria yang waktu itu ku bilang. " ucapnya mengingatkan pada saat itu, saat dimana dia menolakku.

"Sayang aku sudah.. " ucap seorang pria menghampiri kami.

"Ini suamiku, namanya Roby. " ucap Wulan memperkenalkan.

"Tu.. Tunggu aku seperti pernah melihatmu? " ucapku.

"Dimana? " tanya Roby.

"Malam itu dengan Anindya di depan rumahnya. " ucapku teringat.

"Anindya? Oh maksudmu Nana? " ucapnya.

Bahkan dia memanggil anindya seakrab itu dengan memanggil nama tak banyak oranglain gunakan untuk memanggilnya. Sedekat itukah pria itu dengan Anindya? Sebenarnya apa hubungan mereka?

"Tunggu kalian ini membicarakan siapa sih? " tanya Wulan penasaran.

"Bukan siapa-siapa. "Ucap Roby menenangkan istrinya.

"Bukan siapa-siapa katamu? " ucapku menarik kerah bajunya geram.

Aku memukulnya dua kali lalu pergi meninggalkannya. Aku memukulnya untuk dua perempuan di hidupku. Untuk wulan yang lebih memilihnya dan membuatku patah hati, dan untuk Anindya sahabatku yang karena aku melarangnya jalan dengan pria itu pada akhirnya kami bertengkar dan Anindya meninggalkanku tanpa kabar sampai saat ini.

Aku marah, bisa-bisanya dia bilang Anindya bukan siapa-siapa setelah jalan dengan begitu senangnya dan memanggilnya seakrab itu. Aku terus mengutukinya dalam hati. Taukah Anindya soal ini, taukah jika pria yang jalan dengannya kini sudah menikah bahkan dengan gadis yang membuatku patah hati.

*****

Tahun demi tahun sudah ku lewati tanpa dirinya. Tanpa Riki, pria yang sangat ku sayangi sejak dulu. Apakah kini dia sudah menemukan seorang wanita? Atau dia sudah menikah?

Lima tahun yang lalu aku merengek pada ayahku untuk pindah kuliah agar tidak lagi bertemu dengan pria itu. Pria yang membuatku merasa patah hati sebelum menyatakan perasaanku sekalipun. Pria yang paling menyebalkan. Hatiku masih sangat terasa sakit sampai sekarang. Kuliahku sudah selesai dengan cepat. Kini waktunya kembali ke tanah air. Aku melihat ayah dan ibuku menungguku di Airport.

Cinta Dalam Do'a  ANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang