Setelah setengah tahun lamanya kini aku dan Anindya sudah tak sedekat dulu. Lagi-lagi aku di tolaknya. Rasanyapun egois sekali jika aku terus memaksanya menikah. Umurku semakin bertambah saja. Aku harus segera menikah. Aku ingin melupakannya. Karena selama ini hanya Alissa yang memperhatikan aku, aku memutuskan untuk menikahinya saja.
Meskipun Aku dan Anindya kini tidak sedekat dulu, tetapi Alissa masih dekat dengannya. Menurut Alissa, Anindya meminta kepada kedua orangtuanya untuk di jodohkan. Setelah mendengarnya aku sudah tidak ingin lagi mendengar apapun tentangnya dan aku meminta Alissa untuk tidak lagi membicarakan Anindya di depanku.
"Loh kenapa pak? "
"Gapapa, aku cuma ingin membahas antara kita saja. " ucapku.
"Maksud bapak? " tanyanya tak mengerti.
"Apa kamu mau menikah denganku? " ucapku.
"Apa?! Serius?! " tanya Alissa di jawabku dengan anggukan.
"Ahh pak Riki. I love you. " ucapnya kemudian memeluk dan menciumku.
"Kita belum menikah, sebaiknya kamu tahan harga kenapa sih? " ucapku.
Bukannya malu dia malah tertawa.
"Kamu melamarku tapi mana cincinnya? " tanya Alissa.
"Ah iya, aku menyimpannya di laci. " ucapku mengambil dan memberikannya.
"Longgar. " ucapnya merengek.
"Aku kan tidak tahu ukuran jarimu. " ucapku.
Sebenarnya cincin itu sudah lama ada di laci. Aku menyiapkannya untuk Anindya. Ya pantas saja jika itu akan sedikit longgar di Alissa yang mempunyai badan lebih kecil dan mungil dari Anindya.
*****
"Mbak, pak Riki melamarku. " ucap Alissa memelukku.
Seperti di hantam petir janjungku terasa begitu sesak mendengarnya. Aku tidak bisa menahan tangisku.
"Loh kok mbak nangis? "
"Tidak, aku hanya sangat senang mendengarnya. " ucapku.
"Terimakasih mbak. " ucapnya memelukku lagi.
Benar seharusnya aku senang mendengarnya. Tidak tahu diri jika aku sedih karena kini bukan aku lagi yang di ajaknya menikah. Terlebih mereka sangat serasi sekali.
Bukan hanya dari Alissa aku mengetahuinya. Sepulang mengajarpun aku bertemu Riki di depan gerbang rumah.
"Anindya.. " Riki memanggilku.
Aku diam tanpa menjawabnya.
"Aku akan menikah. Jadi ku mohon. Aku ingin kamu tidak terbebani lagi. " ucapnya.
"Selamat ya. Aku senang mendengarnya. " ucapku mencoba tersenyum padanya.
"Bisakah sebelumnya kita bicara? "
"Ah maaf aku sibuk, aku... "
"Yasudah. " ucapnya pergi memasuki gerbang rumahnya.
Mengapa rasanya masih sakit saja, Tuhan ku mohon ikhlaskanlah. Berikan aku kekuatan untuk itu. Rasanya kemarin kita bermain bersama. Kemarin kita berkenalan. Waktu begitu cepat kini dia akan menikah. Tapi bukan denganku melainkan dengan Alissa.
*****
Hari ini adalah hari pernikahannya. Aku tidak sanggup hadir di pernikahannya. Aku tetap mengajar di sekolah. Aku ingin melupakannya. Jika aku hadir nanti, aku takut merusak suasana, aku takut tidak bisa menahan tangisku. Aku tidak bisa menahan perasaanku.
Sepulang ngajarpun aku tidak langsung pulang ke rumah, aku pergi ke perpustakaan setelah itu duduk di mesjid sambil membaca Al-qur'an. Aku takut pulang ke rumah. Ayah dan ibu pasti menyuruhku menemuinya. Tetapi jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Aku pulang ke rumah diam-diam. Ayah dan ibuku tidak ada di rumah sepertinya mereka masih di sana. Karena bagaimanapun ibu dan ayah sangat menyayangi Riki seperti anak mereka sendiri apalagi kini Riki sudah tidak punya orantua.
*****
Pernikahan telah berlangsung. Kini aku sudah beristri. Acara sudah hampir selesai tetapi aku tidak melihatnya datang ke pernikahanku. Apa sih harusnya aku tidak terlalu berharap.
"Maaf nak Riki, Anindya sepertinya sibuk. " ucap Ibunya Anindya yang sudah ku anggap ibuku sendiri.
"Tidak apa-apa kok tante. "
"Padahal om dan tante banyak berharap kalian.. "
"Tidak apa-apa tante, aku kan masih bisa jadi anak tante. " ucapku menepuk bahunya.
"Anak? " tanya Alissa.
Hari ini begitu cepat berlalu. Acara sudah selesai. Aku membaringkan tubuhku di ranjang.
"Sayang.. Maksud omonan ibunya mbak Anindya itu apa? "
"Ah itu bukan apa-apa. " ucapku.
"Apa mereka berharap kamu menikah dengan anak mereka? "
"Iya, tapi akan sekarang aku menikah denganmu. Sudah aku mau istirahat. Kamu juga ya. " ucapku memakai selimbut.
"Sayang, masa langsung tidur? " ucap Alissa memelukku dari belakang.
"Besok aja ya, aku cape banget. "
"Baiklah. "
Sepertinya dia menyerah. Tidak seperti sebelum menikah kini Alissa lebih pengertian. Dia tidak lagi bersikap agresif seperti sebelumnya.
Tuhan benarkah apa yang telah aku lakukan ini. Aku mencintai Anindya tetapi menikahi gadis lain. Sebenci itukah Anindya padaku sampai ia tidak hadir di acara pernikajannku sebentar saja.
Tidak kini aku sudah tidak boleh memikirkannya. Aku harus belajar mencintai istriku. Aku tidak ingin mengecewakannya jika suatu saat nanti dia tahu kesungguhannya. Alissa memang gadis yang baik meski tidak pernah sekalipun marah dia tetap punya hati dan aku harus menjaganya. Aku tidak boleh egois lagi. Aku tidak ingin mengulangnya lagi. Aku tidak ingin membuatnya kecewa padaku seperti yang telah aku lakukan pada Anindya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Do'a AND
RomanceNamaku Nana Anindya. Sejak dulu aku mencintai Riki Darmantio sahabatku sejak kecil. Tetapi dia menyukai gadis lain. Alissa Putri gadis yang cantik dan lembut. semua orang bilang wajah mereka sangat mirip. bukankah jika memiliki wajah yang mirip kata...