Hari ini seijin suamiku aku mengunjungi mbak Anindya yang kata suamiku dia bertengkar dengan suaminya.
"Mbak aku kangen.. " ucapku memeluknya.
"Aku juga. " ucapnya tersenyum mengelus bahuku.
"Kata Riki mbak berantem ya? Mbak bisa cerita padaku kok. Mbak jangan di pendam sendirian. "
"Tidak apa-apa kok kami memang akhir-akhir ini sering begitu. " ucap Anindya.
"Riki semalaman uring-uringan loh mikirin mbak. "
"Maaf yah Alissa, aku gak ada maksud buat semuanya seperti ini. "
"Gapapa mbak lagian kalian kan sahabatan jadi wajar kalo Riki khawatir, aku juga begitu. " ucapku.
"Terimakasih Alissa, kamu wanita yang sangat beruntung. " ucapnya menangis.
Tiba-tiba seseorang menggedor pintu rumah Mbak Anindya sambil berteriak memanggil nama Anindya. Aku dan mbak Anindya menghampirinya.
"Kevin. " ucap mbak Anindya.
"Kenapa kamu kaget? Ini aku bawakan barang-barangmu. Mulai sekarang kita pisah. " ucapnya melempar tas besar. yang di pegangnya.
"Tapi Kevin. ."
"Kamu budek ya? "
Kevin kemudian pergi dari hadapan kami. Aku merangkul mbak Anindya yang menangis. Dia terus saja mengucap istighfar sambil menangis.
Riki yang melihat kami langsung berlari menghampiri kami.
"Anindya..? " tanya Riki.
"Sebaiknya kalian pulang aku mau istirahat. " ucap Anindya.
"Tidak mbak, kita lewatin semuanya sama-sama ya?" ucapku.
"Aku.. Aku malu kalian harus melihatku seperti ini. " ucap Anindya menangis.
"Kamu tidak harus malu Anindya, kamu ingat? Aku yang dari kecil menggendongmu saat kamu menangis. " ucap Riki tersenyum.
Tatapan matanya pada mbak Anindya semakin meyakinkan aku jika mereka saling mencintai.
"Mbak, mbak tinggal sama kita aja ya biar mbak gak sedih terus. Kita seneng-seneng oke?! " hiburku.
"Terimakasih. " ucapnya memeluku.
Akhirnya mbak Anindya tinggal di rumahku karena di rumahnya tak ada siapapun. Om dan tante sedang pergi ke luar kota.
Perutku sakit sekali. Aku sampai tidak kuat bangun. Sebetulnya aku terkena serangan kangker rahim tetapi aku menyembunyikan penyakit ini dari Riki, aku tidak mau dia sedih dan memperlakukanku seperti orang sakit. Dari pagi aku hanya berbaring di tempat tidur. Riki sedang sibuk bekerja. Beruntung mbak Anindya ada disini. Dengan sabar mbak Anindya merawatku.
"Waktunya makan siang. " ucap mbak Anindya membawakan aku makan.
"Wah terimakasih yah mbak. " ucapku.
"Kamu harus cepat sembuh ya. " ucapnya.
Mbak Anindya benar-benar sangat baik. Dia memperlakukanku seperti adik kesayangannya. Betapa cocoknya jika dia bersanding dengan Riki yang penyayang. Semakin kesini aku semakin memikirkannya. Bagaimanapun penyakitku tidak bisa di sembuhkan. Salahkah jika aku menginginkan mbak Anindya jadi maduku, mengingat aku yang tak akan memiliki keturunan.
Apalagi setelah tahu jika sebenarnya mbak Anindya tidak mandul, karena yang mandul itu mantan suaminya. Perceraian mereka begitu cepat. Aku senang mbak Anindya sudah tidak terlalu sedih lagi.
"Bak, kalo misalkan aku minta mbak jadi maduku mbak mau kan? " tanyaku padanya.
"Kamu kok ngomong gitu? " tanyanya terkejut.
"Maaf yah mbak, tapi saya tahu kok bagaimana perasaan kalian sebenarnya. Maaf saya egois udah ngerebut Riki dari mbak, tapi saya berniat mengembalikan Riki pada mbak. " ucapku.
"Jangan ngaco ah. Aku kedapur dulu ya? " ucap Anindya mengalihkan pembicaraan.
"Tolong mbak, aku mau Riki dan mbak bahagia. Selama ini aku sudah cukup bahagia memiliki kalian. " ucapku.
"Sebetulnya apa yang terjadi? Kamu menyembunyikan sesuatu ya? " tanyanya menghampiriku.
"Aku sakit mbak. Kangker rahim dan sudah stadium akhir. " ucapku menangis.
Mendengar perkataanku mbak Anindya langsung menangis memeluku.
"Tidak Alissa, kamu adalah satu-satunya wanita yang berhak menjadi istri sahabatku. " ucapnya.
"Aku mohon mbak tolong aku, tolong bantu aku merawat suamiku. " ucapku memohon.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Do'a AND
RomanceNamaku Nana Anindya. Sejak dulu aku mencintai Riki Darmantio sahabatku sejak kecil. Tetapi dia menyukai gadis lain. Alissa Putri gadis yang cantik dan lembut. semua orang bilang wajah mereka sangat mirip. bukankah jika memiliki wajah yang mirip kata...