16. Bahagiakah kamu?

709 30 0
                                    

Namaku Alissa, sebuah keberuntungan dapat menikah dengan pria tampan yang ku cintai juga bosku sendiri. Riki suamiku, menurutku dia adalah pria yang sangat baik di balik ketampanannya tetapi juga cuek sekali. Aku sampai tidak pernah melihatnya tersenyum selama bekerja di restoran miliknya. Tetapi saat itu aku melihat senyumnya mengembang di bibir tipisnya. Saat itu pula aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Aku jatuh Cinta pada senyum itu.

Hampir satu tahun aku bekerja disini, aku melihatnya menggandeng satu perempuan cantik dengan rambut terurai dengan tinggi semampai bak model majalah. Melihatnya sangat akrab aku cemburu. Tetapi esok harinya aku melihat gadis lain mencarinya. Gadis berhijab.

"Pak Riki ada? " tanya nya padaku.

"Ah baru saja dia keluar. " ucapku.

"Yah gak tepat. " ucapnya membenarkan jilbabnya.

"Dengan mbak siapa? Barangkali ada pesan nanti saya sampaikan. " ucapku ramah padanya.

"Saya temannya. Bilang saja tadi Anindya mencarinya kesini. " ucapnya.

Jadi gadis ini bernama Anindya, dia bilang jika dia temannya. Apa gadis waktu itu juga temannya? Setelah ku tahu Riki dekat dengan dua wanita aku jadi tidak terlalu cempuru apalagi saat melihat mereka duduk bersama saat makan malam di restaurant tempatku bekerja. Aku merasa mereka hanya berteman.

Aku memang sempat merasakan kejanggalan tetapi aku tidak menggubrisnya karena terlalu menyukainya. Sampai aku bertekad untuk menyampaikan perasaanku padanya. Aku memberanikan diri menciumnya saat itu. Bahkan aku kepergok mbak Anindya yang sudah berdiri di depan pintu ruangan Riki. Saking malunya aku langsung pergi dari hadapan mereka.

Beberapa saat kemudian aku melihat Mbak Anindya keluar dari ruangan Riki wajahnya seperti ingin menangis. Apa dia menangis karenaku?. Jika karenaku, apa hubungan mereka?  Tetapi jika mereka pacaran waktu itu saat aku bilang menyukai Riki pada mbak Anindya dia tidak marah ataupun bilang padaku jika mereka benar ada hubungan. Terlebih semakin lama aku dan Mbak Anindya semakin dekat dia malah memberiku cara agar bisa mendapatkan hati pria itu.

Aku sangat senang karena mbak Anindya mendukungku, dan aku jauh lebih senang saat hari yang di tunggu itu tiba. Riki tiba-tiba mengajaku menikah dan tentu saja aku menerimanya. Tetapi saat hari pernikahan aku tidak melihat mbak Anindya hadir di pernikahaanku. Aku semakin bertanya apakah yang terjadi?

Terlebih setelah orangtua mbak Anindya bilang pada Riki atas harapan mereka berdua. Ini malam pertamaku, meski Riki bilang itu bukan apa-apa tapi kok hatiku gelisah?

"Beb..? " tanyaku pada Riki saat berbaring bersama di ranjang.

"Ya.. "

"Kalian kenal sejak kapan? "

"Siapa? " ucap Riki masih memejamkan mata.

"Kamu sama mbak Anindya. "

"Dari bayi. "

"Mbak Anindya baik sekali ya? "

"Dia memang begitu, tapi dia wanita yang sulit ku pahami belakangan ini. " ucap Riki membuka matanya.

"Kenapa? "

"Entahlah, mungkin salahku. " ucapnya menghela napas.

"Apa kalian pernah saling jatuh Cinta? "

Mendengar pertanyaanku itu Riki terdiam, aku melihat raut wajahnya berubah. Sepertinya benar, dan aku ini apa? Aku berada di antara mereka.

"Jawab sejujurnya.. " ucapku mengusap rambutnya.

"Sebetulnya kami,... Ah sudahlah. " ucapnya membalikkan badannya membelakangiku.

"Kamu mencintainya kan?  Jadi aku ini apa?  Kenapa kamu menikahiku? " ucapku menahan tangis.

"Bolehkah kamu jangan membahasnya? " ucap Riki dingin.

"Baik akan ku bahas masalah lain. Jadi... Apa yang dilakukan pengantin baru? " tanyaku mengganti topik.

Riki tidak menjawab pertanyaanku ataupun berbalik ke arahku. Perasaanku semakin yakin, aku ini hanya pelampiasannya. Aku benar-benar benci keadaan ini. Aku benci wanita itu.

*****

Cinta Dalam Do'a  ANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang