13. Apa aku bermimpi?

786 36 0
                                    

Hari sudah pagi. Mentari sudah memberikan cahayanya memasuki celah jendela kamarku. Aku terbangun saat sinarnya menyilaukan mataku. Aku memandang sekelilingku. Ah aku tidur di rumahku sendiri ternyata.

"Eh siapa yang mengantarku sampai sini ya? Semalam itu aku... Ah semalam aku ke bar. " ucapku dalam hati.

"Eh kok aku gak pakai baju? " terkejut saat membuka selimbut melihat tubuhku tanpa atasan.

Tanpa berpikir panjang aku segera pergi ke dapur untuk mengambil segelas air mineral. Aku terus mengingat apa yang terjadi semalam sampai bisa sampai di rumah. Tiba-tiba aku teringat Anindya. Sambil menghela napas panjang aku kembali ke kamar. Rasanya malas sekali untuk beraktivitas hari ini apalagi saat mengingat betapa Anindya membenciku.

Aku berbaring kembali di tempat tidur, seingatku semalam itu apa yah? Apa itu yang di sebut mimpi basah?  Kenapa terasa sangat nyata dan hangat. Aku bermimpi mencium Anindya. Rasanya tidak logis juga karena seharusnya sekarang aku memikirkan bagaimana caranya meminta maaf pada Anindya bukan malah memikirkan mimpi semalam.

Aku kembali duduk dan mengacak rambutku berkali-kali. Aku menyibakkan selimbut yang membungkus tubuhku. Aku melihat ada kain berwarna hitam. Aku mengambilnya dan betapa terkejutnya saat aku melihatnya.

"Hahh.. Ini kan jilbab? Kok ada di sini. "Ucapku sambil membeberkannya.

"Ini kayak punya Anindya..?! "

"Apa jangan-jangan semalam itu..? "

"Ah tidak mungkin. Anindya kan sedang di rumah sakit. " ucapku.

"Tapi... "

Aku langsung berlari ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Setelah selesai aku segera turun ke bawah untuk mengambil sepotong roti. Tetapi aku melihat sarapan sudah tersedia di meja makan.

"Ah siapa yang sudah menyiapkannya? " tanyaku pada diriku sendiri sambil duduk.

Tiba-tiba saja aku terpikir pada Anindya. Karena dulu dia sering melakukannya untuku. Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku aku langsung berdiri memeluknya. Betapa kagetnya saat aku melihat gadis yang berada di hadapanku.

"Alissa.. " ucapku.

"Kok mukanya gitu sih kayak yang kecewa kalo ini aku? " ucap Alissa memelukku kemudian.

"Kamu yang siapin makanan ini? " tanyaku melepaskan pelukannya.

"Iya karena kata mbak Anindya jika ingin mendekati bapak itu harus bisa masak. "

"Apa, Anindya? " tanyaku.

"Hmmm.. " jawabnya mengangguk.

"Ayo makan. Anggap saja kita sepasang pengantin baru. " ucapnya tersenyum.

"Kamu tahu umurku berapa bukan? " tanyaku.

"Tahu. "

"Lalu. "

"Aku tetap mencintaimu. " ucapnya sambil mengambilkan makanan ke piringku.

"Aku coba ya. " ucapku mencoba masakan yang telah di hidangkan di depanku itu.

"Ini seperti... "

"Masakan mbak Anindya? "

"Ya. "

"Memang, aku kan tadi masak di rumahnya. Di bantuin dia juga. "

"Kamu dan Anindya? "

"Iya. Oh ya, mbak Anindya itu baik banget ya. Udah soleha, cantik pinter masak pula. "

Aku terdiam mendengar ucapannya. Aku terus mengunyah makananku.

"Pak, tapi kayaknya mbak Anindya lagi ada masalah deh. Kenapa ya? "

Cinta Dalam Do'a  ANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang