11. Benarkah

818 41 0
                                    

"Sebenarnya hubungan Roby sama Anindya itu apa sih?  Kamu tahu kan?! " tanya Wulan pada Riki.

Riki tidak menggubrisnya dia terus saja memeriksa laporan keuangan kedua usahanya.

"Riki..! " ucap Wulan setengah berteriak.

"Apa sih?  Kamu tanya dong sama suami kamu itu. " ucap Riki cuek.

"Kamu marah sama aku ya? " tanya Wulan.

"Hah marah? " ucap Riki menanya baik.

"Ya soal aku yang dulu nolak kamu itu. " ucap Wulan pelan.

"Semuanya sudah berlalu. Hubungan kita sekarang itu cuma temen yah. " ucap Riki terhenti saat melihat Alissa masuk ke ruangan nya.

"Maaf pak saya mau memberikan ini. " ucap Alissa menaruh dokumen di atas meja Riki.

"Kamu temani saya di sini aja Alissa. " ucap Riki saat Alissa berniat melangkahkan kakinya keluar ruangan.

"Tapi pak.. " ucap Alissa.

"Oh ini ya pacar kamu?  Cantik, muda dan imut. Kamu bisa aja deh. " ucap Wulan menggoda.

"Eh kenalin saya Wulan. Mantan gebetan Riki. " ucap Wulan mengulurkan tangannya.

"Ehh mantan ge.. " ucap Alissa terbata.

"Hahaa.. Saya becanda kok. " ucap Wulan tertawa membuat Riki menggelengkan kepalanya tersenyum.

"Oh saya Alissa karyawan disini. " ucap Alissa menjabat tangan Wulan.

.
.
.
.
.
.

Waktu sudah semakin siang. Matahari bersinar terik di luar sana. Wanita memang aneh, baru saja berkenalan mereka sudah terlihat sangat akrab saja malah sambil memesan banyak makanan untuk makan siang. Mereka mengobrol dan tertawa bersama. Alissa dan Wulan sepertinya mereka cocok. Apa Anindya akan cepat akrab seperti mereka ya? Riki tiba-tiba memikirkan Anindya. Senyumnya, ucapannya serta tingkah lakunya. Anindya memang sedikit pendiam jika belum terlalu kenal. Berbeda dengan Wulan dan Alissa, Selama ini tak ada yang lebih dekat darinya terhadap Anindya.

Memang. Saat itu keadaannya seperti itu. Tetapi ternyata salah. Anindya terlihat sangat dekat sekali dengan Roby. Perasaan tak ikhlas menyelimuti perasaannya. Apalagi setelah tahu jika pria yang di cintai pujaan hatinya dulu ternyata pria yang sama.

Egoiskah ketika kita berharap hanya ada kita saja di hidup dia?  Kini aku jatuh Cinta padanya entah dari kapan. Mungkin sejak dulu. Tetapi waktu itu aku tidak menyadarinya. Pertanyaan nya adalah cintakah dia? Cintakah dia padaku yang di kenalnya selama ini. Adakah Rasa itu untukku? Egoiskah aku ingin memilikinya untuk diriku sendiri?
.
.
.
.
.
.

"Eh pada ngumpul ya? " ucap Anindya tiba-tiba di depan pintu.

"Hai.. " ucap Wulan melambaikan tangan  bersamaan dengan anggukan Alissa.

"Ayo kita makan siang. " ucap Riki bangkit dari tempat duduknya menarik tangan Anindya keluar dari ruangannya.

"Ehh.. " ucap Anindya.

"Riki...! " ucap Wulan berteriak membuat Riki tertawa dan mempercepat langkah kakinya.

Anindya mengikuti setiap langkah kaki Riki dari belakang. Dia masih menatap tangannya yang di genggam Riki. Jantungnya berdegup sangat kencang. Tiba-tiba Anindya menghentikan langkah kakinya membuat Riki menoleh ke arahnya. Melihat anindya memandangi tangan yang di genggamnya, Riki seraya melepaskannya.

"Maaf.. " ucap Riki.

"Kamu selalu meminta maaf tetapi terus mengulanginya. " ucap Anindya menunduk.

"Ayo menikah.! " ucap Riki.

Anindya tidak menjawabnya dia hanya tersenyum  menunduk.

"Tapi bagaimana dengan Alissa? " ucap Anindya wajahnya memerah hampir menangis.

"Anindya, aku tidak ingin membahasnya. " ucap Riki.

"Kalo begitu kamu juga seharusnya tahu jika aku tidak ingin membahas soal ajakan kamu itu. " ucap Anindya.

"Kenapa? Karena gadis lain menciumku?  Atau karena aku tidak pantas menikahi gadis suci seperimu? Kamu harus ingat satu hal jika saja waktu itu aku tidak ada, apa kamu masih akan tetap sok suci padaku?  Aku sadar aku bukan pria baik untukmu tapi.. "

"Cukup!  Cukup Riki. " ucap Anindya menunduk.

Suaranya bergetar seperti menahan tangis. Kini tangisnya sudah tak bisa di bendung.

"Aku kira kamu... Ah cukup. " ucap Anindya pergi.

"Anindya..! "

Teriakan Riki tidak di dengarnya. Anindya terus berlari meninggalkannya sambil menangis. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Masihkah Riki dan Anindya akan tetap rukun seperti sedia kala ataukah sebaliknya?

Dahulu saat Anindya baru duduk di kelas 1 SMA, Anindya hampir di perkosa dua preman saat sepulang sekolah. Untung saja Riki menjemputnya waktu itu mereka bertemu di jalan. Jalanan di daerah sana memang sepi. Jarang sekali pejalan kaki lewat di daerah sana. Mobil juga paling beberapa.

Hampir saja dia terlambat. Riki dengan sigap melawan preman-preman itu sampai mereka melarikan diri. Saat itu Anindya sangat histeris memeluk Riki yang tengah di hadapannya. Baju sekolahnya koyak karena ulah preman itu. Kejadian ini membuat Anindya sangat terpukul sampai tidak mau sekolah jika tidak di antar jemput Riki. Kejadian itu sangat menyakitinya.

"Kalo nanti calon suamiku tahu aku pernah hampir di perkosa, apa dia masih mau menikah denganku? " tanya Anindya sepulang sekolah.

"Kamu kok ngomong gituh? Ya pasti maulah. " ucap Riki sambil menyetir.

"Tapi.. "

"Kalo cowok berengsek itu tidak mau, kan ada aku. Jika sampai itu terjadi aku siap menikahimu. " ucap Riki mengelus rambut Anindya.

Kenangan itu tiba-tiba muncul di benak Riki. Obrolan yang dahulu di lontarkannya untuk menghibur teman kecilnya memenuhi pikirannya. Membuatnya semakin menyesal atas ucapannya yang mengungkit masa lalu yang menyedihkan itu.

*****

Cinta Dalam Do'a  ANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang