21. Benarkah yang ku putuskan?

1.1K 35 0
                                    

Aku begitu bahagia saat pria yang ku dambakan mengajaku menikah. Tanpa bertanya aku menyetujui pernikahan ini. Dulu aku tak memikirkannya. Aku begitu egois, bahkan aku senang saat tahu Riki lebih memilihku ketimbang mbak Anindya yang sejak dulu di kenalnya. Aku bangga mendapatkannya, bahkan aku tersenyum saat melihat wanita itu menahan tangis dalam senyumnya.

Kini keadaan kian terbalik, aku menyesalinya. Seakan semuanya miliku selamanya, seakan akulah yang paling sempurna. Mendengar suamiku menyebut nama gadis itu di dalam tidurnya, aku merasakan sakit yang begitu mendalam. Duniaku hancur perlahan apalagi saat aku bertanya-tanya mengapa aku tak kunjung hamil meski sudah lama menikah. Aku memeriksakan diri ke dokter ahli kandungan. Itu pertama kali aku mengetahui jika aku tidak bisa mempunyai anak dari rahimku. Dengan penuh rasa takut aku menyembunyikan penyakitku dari suamiku. Aku takut dia meninggalkanku terlebih saat mendengar mbak anindya diselingkuhi suaminya karena tak kunjung hamil juga.

Semakin hari keadaanku semakin memburuk. Aku yang dahulu merasa bangga telah merebut Riki dari gadis yang di cintainya, kini aku menyesal. Aku merasa menyesal karena telah menyakiti keduanya. Riki pasti tersiksa hidup bersamaku yang sampai kapanpun tidak akan memberikannya keturunan. Aku ingin mengembalikan semuanya. Aku membujuknya untuk menikahi mbak Anindya yang telah di ceraikan suaminya. Ku kira suamiku tak tahu tentang penyakitku, dia menemukan amplop coklat yang ku simpan rapat-rapat di dalam lemari. Dia sangat marah padaku.

"Kamu menyuruhku menikah dengan Anindya karena ini kan?! " ucap Riki berdiri di depanku memegang amplop coklat berisi riwayat penyakitku.

"Jawab Alissa..!! " ucap Riki berteriak.

"Maaf Rik... Aku gak.. " ucapku terbata.

"Gak apa? Senang ya kalian mengoperku kesana kemari?  Dulu Anindya yang menyuruhku menikah denganmu dan sekarang kamu menyuruhku menikahi Anindya. Kalian pikir aku ini apa? " ucap Riki marah.

"Bukan begitu, tapi kenyataannya aku tidak bisa memiliki keturunan. " ucapku menangis.

"Baiklah akan ku ikuti kemauan kalian sampai kalian lelah. " ucap riki pergi dari hadapanku.

*****

"Tante, om . Saya mau menikahi Anindya. " ucap Riki pada kedua orangtua Anindya.

Anindya yang duduk di sebelah kedua orangtuanya menunduk. Orangtua nya pun bingung dan kaget mendengarnya.

"Maksudnya apa? Kamu sudah beristri. " ucap Ayah Anindya.

"Om ini permintaan istri saya juga. Lagian dulu kami memang sudah berencana menikahkan? Mungkin Allah memang menakdirkan kami berjodoh. "

"Iya Tante, Alissa yang minta kok. " ucap Alissa.

"Lagian Alissa sampai kapanpun tidak akan pernah bisa memberikan Riki keturunan. Jadi Alissa mohon om, tante. " lanjutnya memohon.

"Alissa, Anindya sudah menceritakan penyakit kamu itu. Bersabarlah Alissa, kamu tidak bisa mengambil keputusan sejauh itu. " ucap Ibu Anindya.

"Umurku takan lama, aku hanya ingin menyerahkan suamiku pada wanita yang benar. " ucap Alissa menangis.

"Sudahlah tante, mereka itu sama-sama keras kepala. " ucap Riki menatap Anindya dan Alissa secara bergantian.

"Tidak Riki, kali ini kamu tidak boleh menuruti kemauan mereka. Kamu harus melakukan apa yang kamu mau. Jika kamu menikahi Anindya karna Alissa bukan kamu yang mau, om takan mengijinkan. " ucap Ayah Anindya.

"Aku mohon om bantu aku. " ucap Alissa memohon sambil mengusap air matanya yang bercucuran.


****

Hallo readers.
Maaf ya baru up lagi di karenakan saya kurang enak badan seminggu ini.
Minta doanya ya semoga saja cepat sembuh dan bisa melanjutkan menulis ceritanya. Terimakasih.

Cinta Dalam Do'a  ANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang