18. Semakin Sakit

773 27 0
                                    

"Sayang. " ucapku pada Alissa istriku.

Aku harus belajar mencintainya setulus hatiku. Dan benar saja semakin lama aku semakin terbiasa bersamanya.

"Iya beb, aku gak enak badan. " ucap Alissa menghampiriku.

"Yaudah ke rumah sakit yuk! " ajaku padanya.

"Gak mau. Aku mau makan rujak. " rengeknya.

"Tapi ini kan tengah malam? "

"Pleeaasee..! " mohonnya padaku.

Akhirnya aku pergi dari mencari rujak malam-malam padahal ini hampir larut. Istriku akhir-akhir ini aneh sekali seperti wanita hamil maunya banyak. Atau jangan-jangan dia memang ngidam?

Di perjalanan aku melihat Anindya dan suaminya bersama seorang wanita yang tidak ku kenal. Sepertinya mereka sedang berantem. Tetapi aku sampai tidak percaya melihatnya. Suami Anindya kasar sekali padanya. Aku menghampiri mereka di waktu yang tepat. Aku menahan tangan suaminya yang hendak menampar Anindya.

"Riki?! " ucap Anindya kaget.

"Oh kamu rupanya. Kenapa kamu mau ikut campur?! " ucap Kevin marah.

"Maaf, tapi ini tempat umum sebaiknya kalo ada masalah bicarakan dengan baik-baik. " ucapku mengingatkan.

"Gak usah sok nyeramahin deh, dia itu istri geu ya, jadi terserah guelah..! " ucap Kevin menarik kerah bajuku.

"Tapi Anindya sudah saya anggap keluarga jadi saya tidak akan terima siapapun seenaknya sama dia. " ucapku melepas tangannya dari kerah bajuku.

"Udah sayang udah. " ucap wanita yang kemudian merangkul Kevin itu.

"Hahaa.. Lu suka ya sama dia?  Ambil gue gak butuh cewek mandul.! " ucap Kevin membuatku emosi.

"Baik. " ucapku lantas menarik Anindya pergi dari mereka.

"Lepas Rik.. Lepas.! " ucap Anindya mencoba melepaskan tangannya dari peganganku tetapi aku tidak membiarkannya.

"Tidak Anindya kamu harus ikut aku sekarang. " ucapku terus menariknya menuju mobilku.

"Tapi kamu tidak boleh begini. Kita.. Kita bukan muhrim. " ucap Anindya menangis.

Aku langsung melepaskan peganganku. Tuhan aku lupa jika kita tidak pantas berpegangan tangan seperti ini.

"Maaf Anindya. " ucapku menundukan kepala.

"Sebaiknya kamu ikut denganku malam ini dan ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. "

Akhirnya Anindya mau ikut denganku.

"Jadi ada apa?  Siapa gadis itu? " tanyaku padanya.

"Bukan apa-apa. " ucapnya.

"Anindya,,, Baiklah kalo kamu tidak ingin menceritakannya. Tapi asal kamu tau, bukan cuma kamu yang sakit karena dia begitu padamu tapi,, aku juga. "

Mendengar ucapanku dia menunduk menangis.

"Aku ini egois, disaat seperti ini aku merindukan sahabatku. Sahabat yang ku kira sudah pergi dari hidupku. " ucapnya menangis.

"Kamu tidak egois, semua orang pasti membutuhkan seseorang untuk mendengar keluh kesahnya. Kamu sabar yah, masih ada aku dan Alissa. " ucapku.

"Terimakasih. " ucapnya.

Sesampai di depan rumah, Anindya tidak ikut masuk ke rumahku melainkan ke rumah orangtuanya.

Saat masuk ke kamar aku melihat Alissa sudah tertidur pulas. Aku menyelimutinya dan tidur di sampingnya. Sebenarnya aku tidak bisa memejamkan mataku dengan tenang. Melihat kejadian tadi rasanya ingin sekali dia memberikan pelajaran pada pria itu.

"Beb, tadi aku liat Mbak Anindya. " ucap Alissa saat sarapan.

"Iya, semalam aku tidak sengaja bertemu dengannya. "

"Bohong!  Kalian ketemuan ya? " ucap Alissa cemberut.

"Sayang.. Semalam itu Alissa dan suaminya berantem. Dan kamu tahu suaminya bersama wanita lain."

"Kok bisa?  Yaampun kasihan mbak Alissa. Kalo begitu nanti aku kerumahnya yah.?! "

"Iya boleh. " ucapku.

*****

Cinta Dalam Do'a  ANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang