_
_
_
Demi Tuhan, gue kaget banget ketika mendapati istri gue ada di antara wanita-wanita berpakaian seksi yang duduk santai di salah satu sofa Rooftop Bar yang gue datangin bersama Doni, teman lama gue. Gue ikut kesana pun karena Doni meminta untuk menemaninya sebentar. Dia grogi kalau harus datang sendirian karena akan bertemu dengan teman-teman dari calon kekasih kopi daratnya itu yang membuat gue akhirnya tahu keberadaan istri gue sebenarnya. Tuhan memang adil dengan menunjukkan langsung kebohongan istri gue sendiri.
Gue kesal, geram dan nggak habis pikir sama otaknya Bianca. Bisa-bisanya dia bohong sama gue. Dimana-mana istri kalau mau pergi keluar harus izin sama suami. Itu harga mati. Mutlak dan harus dipatuhi. Apalagi pergi nongkrong ke tempat model beginian dengan pakaian yang di mata gue terlihat sangat seksi.
Damn it!!
Dia benar-benar menguji habis kesabaran gue. Bianca memang harus di kasih ancaman frontal yang nggak main-main. Selama ini gue mencoba untuk menahan sabar tidak meminta hak gue sebagai suami karena gue nggak mau melakukannya bersama Bianca dalam keadaan terpaksa. Gue juga memberinya kesempatan untuk pelan-pelan mencoba menerima kenyataan kalau kita sudah bersatus suami istri sekarang. Gue tahu dia masih kaget dan shock dengan pernikahan kilat ini di tambah lagi yang jadi suaminya adalah gue, seseorang yang dia jutekin sejak pertemuan pertama. Yah, itu sih mungkin memang salah gue ya yang terlihat seperti stranger mesum di matanya. Andaikan gue tahu kalau gue akan dijodohkan sama dia, mungkin gue bisa lebih menahan diri dan menjaga sikap. Bisa jadi sekarang kita sedang pergi bulan madu ke mana gitu saling mencumbu mesra buat Dustin junior bukannya malah bersikap layaknya Spongebob dan Squidward.
Jadi ketika Doni membawa gue menghampiri calonnya -- yang kebetulan banget -- salah satu dari tiga wanita itu -- gue mencoba untuk mengikuti permainan Bianca. Bersikap tenang dan memberi isyarat jelas lewat tatapan mata kalau gue marah melihat tingkahnya yang seperti ini. Sepertinya itu berhasil dilihat dari wajahnya yang sejak awal melotot kaget melihat gue dan seperti panik sendiri. Itu berarti ancaman tak kasat mata gue membuatnya takut.
Memang ya sepertinya Bianca ini enaknya gue iket di ranjang terus gue ena-enain. Mampus lo Bi!!!
Atau memang itu yang dia mau tapi terlalu jual mahal untuk memintanya. Malam ini, tidak peduli dia menolak, memberontak atau malah pasrah, gue pastikan ancaman gue akan menjadi kenyataan.
"Dustin, lepasin tangan gue!!"desis Bianca yang gue genggam erat tangannya sejak keluar dari lift ke basemant gedung yang sepi menuju ke mobil Audy gue yang terparkir. Gue tidak memperdulikan semua ocehannya sejak masuk ke dalam lift yang mengeluh tangannya sakit gue geret. Padahal gue bawanya pake nyantai sih tapi dianya aja yang nggak mau usaha buat ngelepasin sendiri malah ngomel.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TERSEDIA DI GRAMEDIA] MARRIAGE EXPRESS[21+] || END ✔
Ficción General[ROMCOM] MARRIAGE EXPRESS - Hanya 5 menit dan aku terjebak seumur hidup - Ketika lo berfikir bahwa lo bisa bebas dan santai menikmati pencapaian lo seperti hembusan angin sepoi-sepoi yang melenakan dan bersikap masa bodoh dengan pertanyaan seputar...