Manic: Allow Me to Kiss You

199 16 3
                                    

Warning: 18+!(For the first time I can write something like this wkwkwkk)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning: 18+!
(For the first time I can write something like this wkwkwkk)

Bunga baby's breath dalam vas di kamar Jong-Woon sudah layu. Itu artinya sudah seminggu sejak terakhir kali gadis itu masuk ke kamarnya-dengan kemarahan yang aneh dan membuat Jong-Woon cuma bisa menggeleng pasrah, sekaligus heran. Dia mengeluh, katanya rambut Jong-Woon mengingatkannya pada Einstein yang tersetrum belut air.

Kim Jong-Woon menyentuh bunga-bunga kecil itu, saat sebuah ketukan terdengar di pintu kamarnya. Empat ketukan.

Itu ketukan dari Ji-Mi, sangat jarang terdengar, sebab yang gadis itu lakukan biasanya adalah masuk tanpa izin dan kadang membuat Jong-Woon harus berada dalam situasi di mana dia mengingatkan dirinya jutaan kali untuk mengunci pintu kamar.

Berderap pelan, laki-laki itu memutar handle pintu, dan menguak sebentuk buket bunga-bunga kecil di wajahnya, kali ini berwarna putih. Dan Jong-Woon mencoba untuk menyembunyikan tawa, meski gagal, tepat ketika rengutan wajah tidak suka dari Ji-Mi menyambutnya kemudian.

"Kau bilang tidak akan menemuiku lagi, kalau rambutku masih seperti ini? Tidak bisa menahan rindumu padaku, ya, Nona Jung?" Sindir Jong-Woon, dengan jeondaemal yang mendatangkan rasa sakit di tulang keringnya sedetik kemudian.

Serentetan kalimat kotor menyembur dari mulutnya, "Kenapa menendangku?! Sakit, Bodoh!" Tapi Ji-Mi bahkan terlihat tidak peduli. Lantas tanpa mengacuhkan Kim Jong-Woon yang masih mengaduh kesakitan, gadis itu masuk dan mengganti bunga yang sudah layu di meja dekat tempat tidur.

"Harusnya kau bilang padaku kalau bunga di kamarmu sudah layu. Tidak usah memberi kode tidak jelas dan mengunggahnya di SNS. Atau, Brengsek, gajimu itu cukup banyak untuk membuat kurir mengantar bunga ke rumah, 'kan?" Ji-Mi meracau, tapi tangannya dengan rapi menata baby's breath di dalam vas. Seolah gadis itu sedang memarahi adik kecilnya yang main bola dan mengotori baju yang harus dia cuci, dan, astaga, membutuhkan banyak tenaga untuk itu.

Di belakangnya, laki-laki berambut jagung itu, yang sedang bersandar di pintu demi memerhatikan gadisnya yang hari ini ini tampak luar biasa cantik dengan rok selutut dan blus tanpa lengan, tersenyum, sementara sebelah tangannya masih mengait di gagang pintu. Tidak seperti Jung Ji-Mi, pikirnya. Jong-Woon hampir tidak bisa berkata-kata. Tapi dia menghela napas kasar demi menormalkan detak jantungnya yang masih saja tak keruan tiap melihat Jung Ji-Mi. Apalagi setelah seminggu tanpa eksistensi gadis itu di hidupnya. Dia melangkah, memerhatikan pantulan dirinya dan Ji-Mi dalam cermin.

"Bilang saja kalau kau rindu padaku, Jung Ji-Mi. Kenapa melibatkan bunga tidak bersalah untuk jadi alibimu?" Kata Jong- Woon, entah bagaimana terdengar mengancam dan berat dan seolah Ji-Mi akan diterkam kalau dia berbalik saat itu juga.

Tapi Jung Ji-Mi tidak mungkin kalah. Maka dia menghunuskan tatapan setajam yang ia punya ke mata Jong-Woon dalam cermin. "Dan kau harusnya bilang padaku untuk menyusulmu ke mana pun kau berada kalau rindumu itu sudah tidak tertahankan. Bodoh."

Love TalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang