Warning: 18+!
.
.
.It's also difficult for me. Please, hold me tight. Learn me right.
Aku tidak tahu apa yang merasuki Kim Jong-Woon. Tahu-tahu dia ada di depan kamarku ketika aku membuka pintu. Kebisuan merayap di antara kami. Sebelah tanganku masih mengait di handle pintu. Sepasang gelap di mata Jong-Woon terpancang ke arahku, mengalirkan ludah di kerongkongan.
Aku melihat ke balik bahunya, mencari keberadaan keluargaku; sepi, sepertinya ayah dan ibu dan si bungsu masih berada di restoran kami. Tak sengaja mataku bersinggungan dengan mata Jong-Woon. Ada aura gelap yang entah bisa kurasakan menguar darinya.
"Kenapa datang tanpa memberitahuku?" Akhirnya aku bertanya. Jong-Woon masih menelanjangiku dengan pandangan terluka dan marah yang sangat kentara. "Bisa jelaskan arti tatapanmu ini, Orabeoni?" Aku menggunakan panggilan namanya ketika dia mulai bertingkah sok marah. Sebab terus terang, aku tidak mengerti kenapa laki-laki ini datang dalam keadaan seakan dia ingin menumpahkan segala amarahnya kepadaku.
Tungkai kanannya menuntun maju, memaksaku untuk mundur. Butuh tiga langkah dan kami berdua sudah berada di dalam kamar. Pintu ditutup oleh Jong-Woon. Rasa gugup entah bagaimana menggerayangi tubuhku. Otakku berusaha mengumpulkan setiap ingatan, mencari setiap serpihan kesalahan yang mungkin saja sudah kulakukan. Hingga membuat Jong-Woon yang biasanya tidak pernah menunjukkan kemarahannya kepadaku, datang dengan ekspresi semacam ini; yang berarti dia marah, yang berarti... ada kesalahan yang telah kulakukan.
Embusan dingin napasnya terasa di kulitku. Kewarasanku baru saja pulih ketika kusadari Jong-Woon sudah tegap di depanku, tepat hanya beberapa jengkal saja. Aku tidak mengerti; mungkin saja rasa takutku membuat impuls terlambat disampaikan ke otakku hingga aku tidak menyadari kapan jarak kami sudah sedekat ini. Jong-Woon masih mengunci. Sepasang mataku bergerak gelisah, hanya mampu memandang kerah kaus yang Jong-Woon kenakan.
Ada apa ini? Kenapa Jong-Woon kelihatan begitu terluka? Kesalahan apa yang sudah kulakukan? Aku hanya mampu meneguk ludah, tak punya cukup keberanian lagi untuk membalas tajam tatapan miliknya. Demi Tuhan, ini bukan aku sekali. Biasanya aku selalu membalas tatapan tajam Jong-Woon dengan tatapan yang sama menghunusnya. Hari ini, aku tidak memiliki keberanian itu. Sebab selintas lalu, aku menyadari apa kiranya yang menjadi pemicu Jong-Woon begitu kelihatan kecewa.
Meski seakan tahu apa yang kupikirkan, ia masih geming. Ini seperti ia membiarkanku makin merasa tersiksa. "Kau punya cukup tenaga untuk bicara, kan, Jong?"
Tanpa peringatan, dua detik kemudian, rasa hangat membungkus tubuhku. Jong-Woon menerjangku; tidak dengan tiba-tiba--lamat, namun begitu tegas. Kerjapan mataku seakan menjadi bias betapa bingungnya diriku saat ini. Pelukan ini jelas memiliki arti lain. Jong-Woon tidak pernah menyiksaku dalam sebuah pelukan posesif; ia terbiasa membuatku nyaman, tak pernah sekali pun mendekapku dalam keegoisan. Tapi pelukan ini ... seakan ia ingin menunjukkan, bahwa ia tidak mengizinkanku pergi ke mana pun; termasuk menginap di rumah Ishida Sho--teman sekolah menengah atasku, juga cinta pertamaku.
"Bagaimana kalau dia membawamu pergi dariku? Bagaimana kalau dia ... membuatmu jatuh cinta lagi?"
Napas Jong-Woon memburu di sekitar leherku. Emosi jelas-jelas sudah membutakannya. Gumaman Jong-Woon terasa menyakitkan, begitu jelas terdengar di telinga kanan. Tangan Jong-Woon dengan erat mendekap bahu dan kepalaku.
Hela napasku menginterupsi gumamannya. Ia diam bahkan setelah beberapa belas detik berlalu. Ada apa, Kim Jong-Woon? Kenapa kau begitu ketakutan? Kenapa ... kau tidak percaya kepadaku?
Kularikan tanganku ke punggungnya, menepuk pelan di sekitar sana. Jong-Woon begitu wangi hingga tanpa dapat dicegah menuntun mataku terpejam, barangkali menemukan penenang yang tepat untuk segala kegugupan serta ketakutan yang tadi mendera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Tales
Fiksi PenggemarCover by @sulispark Jung Ji-Mi mencintai Kim Jong-Woon tapi enggan mengakui; melainkan dengan jutaan kalimat penuh caci-maki. Dan Kim Jong-Woon mencintai Ji-Mi sepenuh hati, yang dia tunjukkan dengan hal-hal aneh--setengah waras dan setengah tidak...