Who

182 23 3
                                    












All that we see or seem
Is but a dream within a dream.

*Edgar Allan Poe*








"Math competition? Okay, it's my delight when they can conclude at our geniuses. Isn't it?"



"Terserah.."







Seperti biasa, gadis itu bicara dengan bayangan keduanya di cermin. Rambutnya basah karena air dingin yang menjaga kesadarannya di siang itu.







Krauuuukk











Gadis itu tersenyum kecil memegang perutnya yang ternyata minta diisi. Dia lapar. Maklum, ini sudah lewat jam makan siangnya.












Langkah kakinya bergema di rumah minimalis modern yang bernuansa vanilla di seluruh penjuru. Lalu turun ke pantry, mencari setidaknya ramyeon atau apel dan pisang. Namun, hanya satu pack anggur hijau yang didapatnya dari lemari es.







"Ah.. sudah habis."








Dia membuka plastik yang melindungi butir-butir anggur itu dan melahap semuanya pelan pelan. Mengingat kembali, orang yang juga sering melakukan hal ini.








"Eonnie... Kau juga suka anggur ini kan? Aku lebih suka buah jeruk, kita biasa memakan ini bersama dulu. Sudah lama, tapi aku tidak tahu dimana kau eonnie.."











Sekilas bayangan detik detik kepergian kakak perempuannya melintas di kepalanya, keringat yang membanjiri tubuh kecilnya dulu saat berpacu di jalanan yang macet. Airmata yang mengalir tanpa hentinya saat itu.





.
.
.
.

Flashback






Brakk










"Pergi kau! Pergi!! Kau tidak berhak melihat putri kami walau sedetik! Pergi!!"












Dengan lantang, wanita berwajah merah dengan maskara yang meluber di matanya berteriak setelah mendorong keras gadis kecil itu.
















Orang orang hanya bisa melihat dan berbisik-bisik tanpa ada niatan menolong, begitu pula dengan bocah lelaki kecil dengan kursi roda di sisi koridor bersama ibunya.




"Eomma, ada apa dengan ah-jumma itu? Kenapa dia marah dan berteriak? Itu menggangguku membaca."



"Sst... Kita pergi saja ya, Jiji? Kajja!"








Ibu bocah itu mendorong kursi roda putranya menjauh dari koridor, hingga di taman rumah sakit itu putranya buka suara lagi.








"Eomma... Jiji kasihan melihat anak perempuan tadi, sepertinya dia sangat sedih dan menangis tadi."











Ibunya tersenyum, kemudian mengangguk mengerti. Putranya berhati baik dan suka menolong sesama.












Bocah itu kembali mencari gadis kecil, keadaan kakinya memang kurang baik. Karena itulah dia memakai kursi roda tadi, sekarang dia berjalan sendiri dengan langkah perlahan.









Oneirokinesis ~ Kim Jisung TRCNG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang