Reader

86 12 0
                                    




"Jebalyo..."







Gadis es di hadapannya tetap kukuh tidak ingin mengalihkan perhatiannya dari kertas-kertas soal di bawah naungan lampu langit-langit perpustakaan pusat itu.








"Ini sudah cukup. Mianhae.. Kiky ah.. aigoo.."







Pemuda yang cerewet sekali seperti Yoo Siwoo akan membuatku tidak bisa berpikir jernih. Aku akan turuti kemauannya kali ini. Kuharap aku tidak menyesal. Batin Kiky.








"Ne.. ne.. kajja!"












Siwoo yang tadinya lesu langsung bersemangat mendengar Kiky mengiyakan ajakannya untuk segera keluar dari perpustakaan. Sebenarnya ini bukan salah siapapun, mengapa Siwoo meminta maaf? Entahlah, Kiky tidak ingin ambil pusing.









"Kita mau kemana?"



"Heumm... kita ke taman, call?"







Kiky menghentikan langkahnya, menatap tajam Siwoo. Stay at library will more better. Kiky menyesal telah menuruti keinginan Siwoo.







"Kajja!"







Dengan cepat tangan Siwoo menyambar bahu Kiky, membawanya kembali berjalan. Ke taman tentunya.



.
.


"Aku akan membeli permen kapas disana, kau duduk disana dulu. Oke?"







Kiky mengikuti arah yang ditunjuk Siwoo, lalu beralih menatap punggung lebar pemuda itu yang mulai menjauh. Permen kapas? Oh.. come on... so childish!





Langit memang hampir menggelap sempurna, entah mengapa Siwoo justru mengajak Kiky keluar. Harusnya mereka sudah pulang dari tadi, jika saja Kiky tidak mengajak mampir ke perpustakaan terlebih dahulu. Juga Siwoo yang mengajaknya ke tempat ini.



Saat Kiky masih memgomel di dalam hatinya, sesuatu terantuk ujung sepatunya. Dan betapa terkejutnya dia.














"Kkamjagiya! Yena!! Ya!! Ireona!!"









Ya, Yena tergeletak di jalanan paving taman ini tanpa kesadaran. Kiky menepuk pipinya berkali kali, bahkan sesekali menamparnya. Dia tidak membawa minyak aromaterapi atau air minum.



Apa harus diberi CPR? Kiky menggeleng keras setelah ide gila itu muncul.









"Eungh... "









Yena tersadar dan akhirnya Kiky bisa bernafas lega. Sepertinya gadis itu baru saja pulang bekerja. Yena bisa merasakan punggungnya terganjal sesuatu yang keras.



Tangannya mengambil sesuatu itu di balik punggungnya, sepertinya tertindih tubuhnya saat pingsan tadi. Sebuah kaleng bekas minuman. Tapi.... kenapa dia bisa pingsan?










"Gwaenchana?"













Kiky menuntun Yena yang masih ling lung duduk di bangku taman. Heran juga, kenapa tidak ada seorangpun yang menyadari keberadaan Yena tadi.








"Kiky ah!! Eoh? Nuguseyo?"








Siwoo sudah kembali dengan dua permen kapas pink di tangannya. Yena mendongak, tanpa sengaja matanya bertumbuk dengan mata Siwoo.





Siapa dia? Mengganggu saja.





"Mworago?"








Yena mengernyit heran, dia melihat dengan jelas bahwa Siwoo tidak membuka mulutnya sama sekali. Tapi ada suaranya, Kiky? Tidak mungkin, suara itu benar-benar bukan suara Kiky, suara itu terdengar berat khas seorang pemuda. Satu satunya pemuda didekat sini hanyalah Siwoo. Yoo Siwoo.










"Jadi namamu Mworago? Anyeong, Siwoo imnida."














Dengan cepat, Siwoo memarkir pantatnya di samping Kiky dan menyodorkan permen kapasnya. Kiky menolak dengan wajah datarnya. Hingga Siwoo memaksa tangannya untuk menerima permen itu.










Makan saja... lalu aku akan membawamu. Choi Kiky....

















Yena panik mendengar suara yang sama kali ini, hingga terpikir olehnya sesuatu yang sangat aneh. Dia bisa membaca pikiran.










Plak











"Ya!"










Siwoo berteriak kesal ketika melihat permen kapas ditangan Kiky jatuh ke tanah, dan itu karena Yena. Sementara Kiky menatap heran pada gadis itu, air mukanya yang panik membuatnya heran.











"Apa maksudmu?!"









Yena diam saat Siwoo meneriakinya dengan kesal. Kiky masih berusaha mencerna apa yang terjadi. Kaleng ditangan Yena dilemparnya sekuat dan sejauh mungkin.










Apa ini karena pria tadi? Yang melemparkan kaleng itu padaku? Dan.... dia membuatku pingsan. But... how???












Tap tap tap














"Ya! Jangan lari!"










Siwoo hendak mengejar Yena namun ditahan oleh Kiky.









"Makan punyaku saja, oke?"



"Tidak usah, aku ingin pulang. Aku capek."










Dengan perlahan Kiky melangkah pergi dari sana, Siwoo pun harus menurut pada gadis itu. Kiky tidak ingin jika dia akan kehilangan kesadaran, hingga dia akan kehilangan kendali nantinya. Jangan dulu.


.
.


Tbc

Oneirokinesis ~ Kim Jisung TRCNG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang