LGL 24

2K 259 80
                                    

"... Kepalanya membentur benda keras sehingga memutuskan saraf-saraf penghubung penglihatannya."

"..."

"Bagian lain tidak terlalu mendapatkan luka serius, namun tetap saja harus dilakukan pemeriksaan ulang."

"..."

"Saya sudah mengerahkan seluruh kemampuan saya namun hasilnya tidak ada."

"..."

"Pasien berjenis kelamin laki-laki, dan bernama Lai Guanlin saya nyatakan mengalami kebutaan permanen."

***

"C'mon, boi."

Jinyoung yang merasa dirinya ditantang segera melayangkan satu pukulan keras pada laki-laki itu namun berhasil dihindari.

Tidak menyerah, Jinyoung kembali melayangkan tinjuan tanpa henti lalu langsung memutar tubuhnya kebelakang laki-laki itu lalu menendang keras lutut bagian belakang laki-laki itu. Jinyoung mencekal leher laki-laki itu lalu segera membuka masker yang menghalangi.

Jinyoung berdecih, "Gue udah duga ini sebelumnya—"

"— Kang Daniel."

Daniel menatap Jinyoung bengis laku meludahinya, "lo tau? Lo cowok pengecut."

Jinyoung memiringkan kepalanya lalu tertawa, "Gue emang pengecut, jadi kenapa?"

"Gue kenal sama Aluna duluan jauh sebelum lo sama Guanlin kenal." Jinyoung memelintir lengan Daniel kuat lalu mengambil borgol disaku belakang celananya.

"Gue suka sama Aluna jauh sebelum lo suka juga sama Aluna." Jinyoung tersenyum kecil lalu mengunci borgol itu dilengan Daniel. Jinyoung mundur beberapa langkah lalu mengambil satu buah kayu jati.

"Manusia kayak lo, harusnya mati aja."

BRAK!

"Ganggu soalnya."

Satu detik kemudian, Daniel ambruk dengan kepala belakang bercucuran darah.

Jinyoung melirik pada tempat tidur dan melihat Aluna yang terbangun setengah terperanjat. Mungkin pukulannya ini pada kepala Daniel sampai senyaring itu yang bisa membuat Aluna terbangun.

Aluna menoleh pada Jinyoung namun pandangannya terfokus pada tubuh laki-laki yang sudah tergeletak dengan darah yang mengucur deras. Bau amis mendominasi kamar yang ditempati Aluna.

Jinyoung tersenyum manis lalu mendekati Aluna, ia mengusap kepala Aluna yang menunduk takut.

"Lo kenapa bangun, Al?"

Jinyoung duduk tepat didepan Aluna yang masih terduduk. Aluna menggelengkan kepalanya tetap tidak menatap wajah Jinyoung.

"Lo gak diajarin buat mandang orang kalo lagi ngomong?"

Aluna tetap terdiam dan itu menyulut emosi Jinyoung. Jinyoung menjambak rambut Aluna keras sehingga Aluna mendongkakkan kepalanya, menatap Jinyoung takut serta waspada.

"Jangan buat gue marah ya," Jinyoung tersenyum manis lalu merobek pakaian yang digunakan Aluna.

Aluna tersentak kaget lalu seketika menutupi tubuh bagian depannya yang terekspos. Jinyoung tersenyum miring lalu menyalipkan rambut Aluna ketelinganya.

Aluna meringkuk dengan mata yang sudah berkaca-kaca menahan tangis.

Jinyoung berjongkok menyesuaikan tinggi tubuhnya dengan Aluna yang meringkuk. Jinyoung meraih dagu Aluna lalu mengusap pipinya pelan, "jangan nangis dong," Aluna mendongkak menatap Jinyoung yang tersenyum gila, "gue kan belum merkosa lo, kalo lo udah gue perkosa, lo bebas mau nangis atau bunuh diri."

Iblis!

"Lo gila."

Jinyoung terbahak lalu mengusap lembut rambut Aluna yang segera ditepis. "Lo yang buat gue gila."

Tangan Aluna mengepal, ia sudah tidak tahan diperlakukan seperti binatang di sini, Aluna menggeram, menatap Jinyoung dengan aura kebencian yang begitu kental.

"Lo tau?" Aluna memiringkan kepalanya yang mulai terasa berkunang-kunang, "lo cowok bajingan yang bisanya main culik-culikan."

Kepala Aluna semakin terasa sakit, telinganya berdengung kencang sementara tubuhnya seperti mendapatkan serangan tak kasat mata. Rasanya seperti ditusuk-tusuk.

"Gue salah apa sama lo?" Aluna berbisik rendah ketika tenggorokkannya terasa sangat panas membakar. Mungkin ini efek yang ia terima kembali ketika ia berusaha berhenti mengkonsumsi obat penenangnya.

Seperti sakaw rasanya.

Jinyoung duduk dikursi lalu memperhatikan Aluna yang telah guling-gasah menahan sesuatu. Jinyoung mengernyitkan alisnya bingung. "Lo kenapa?"

Aluna tidak menjawab namun malah menjambak rambutnya sendiri dari kedua sisi. Jinyoung menatap bingung Aluna lalu mendekatinya.

"Heh!"

"Al!"

"Aluna!" Jinyoung menepuk-nepuk pipi Aluna pelan, keringat mengucur dari pelipisnya ketika Aluna mengeluarkan busa dari mulutnya.

"ALUNA!"


— numb —

HAI! WAH UDAH PADA BULUKAN YA NUNGGUIN CERITA INI, wkwkwk maaf, abis ukk otak gak fresh lagi :' kayak mati aja gitu, buntu gak ada ide samsek.

Huhu maafin aku ㅠ.ㅠ hujat aku gapapa, nunggu sampe berbulan-bulan itu gak enak kan?

Feeling any Numb'ness?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang